Istilah pipa knalpot panjang (dalam bahasa inggris disebut The long tailpipe) adalah istilah yang disematkan pada argumentasi bahwa penggunaan kendaraan listrik tidak selalu berarti lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar minyak. Hal ini karena walaupun kendaraan listrik tidak memiliki knalpot yang menghasilkan gas buang polutif, pada dasarnya emisi gas buang polutifnya hanya berpindah dari knalpot kendaraan ke cerobong pembangkit listrik. Karena itulah istilah pipa knalpot panjang digunakan untuk mendeskripsikan argumentasi ini.
Jejak karbon di negara tertentu
Sebuah studi yang diterbitkan di Inggris pada April 2013 mengkalkulasikan jejak karbon kendaraan listrik di 20 negara[1]. Sebagai acuan, studi analisis tersebut menetapkan bahwa emisi manufaktur menyumbang 70 g CO2/km. Kesimpulan dari studi ini menunjukkan bahda di negara dimana pembangkitan listrik masih banyak menggunakan batu bara, maka penggunaan kendaraan listrik pada akhirnya menyumbangkan tingkat emisi yang sama dengan kendaraan berbahan bakar minyak. Contoh dari negara-negara yang disebutkan dalam studi tersebut antara lain: Tiongkok, Indonesia, Australia, Afrika Selatan dan India.
Kritik
Argumentasi pipa knalpot panjang seringkali dikritik. Salah satu kritiknya adalah klaim bahwa kalkulasi perbandingan emisi gas buang tidak memperhitungkan perbedaan efisiensi pembangkitan energi di kendaraan berbahan bakar minyak dengan efisiensi pembangkitan energi di pembangkita listrik. CEO Tesla MotorsElon Musk juga mempublikasikan kritiknya terhadap argumentasi pipa knalpot panjang ini di situs Tesla.[2]