Pintu peron (bahasa Inggris: platform screen doors, PSD) atau pintu tepi peron (bahasa Inggris: platform edge doors, PED) adalah pintu yang digunakan di beberapa stasiun kereta api atau kereta bawah tanah untuk memisahkan peron dan kereta. Pintu ini berguna untuk keselamatan penumpang. Pintu peron banyak dipasang pada sistem angkutan cepat yang lebih baru di seluruh dunia, beberapa telah dipasang di sistem yang sudah ada. Pintu peron banyak digunakan dalam sistem metro Asia dan Eropa yang lebih baru.
Pintu peron dipasang untuk keselamatan penumpang. Pintu ini didesain untuk menghindarkan pengguna jasa dari bunuh diri, kecelakaan, benda yang jatuh di atas jalur kereta dan mencegah orang memasuki jalur kereta. Pintu peron juga berfungsi mengatur suhu ruangan stasiun, yang dapat menghemat biaya dan energi dengan menyediakan lebih sedikit pemanas dan pendingin udara di ruangan stasiun. Pintu peron juga dapat menyediakan perlindungan dari cuaca panas saat penumpang menghadap udara terbuka.[1]
Jenis
Pintu peron penuh di Metro Seoul (kiri) dan pintu peron setengah penuh di Metro Tokyo (kanan)
Pintu peron dapat berupa pintu peron penuh dan pintu peron setengah penuh. Pintu peron penuh merupakan pembatas yang sepenuhnya menutupi peron dari lantai sampai langit-langit stasiun, sedangkan pintu peron setengah penuh disebut juga gerbang peron otomatis, karena tingginya hanya setengah dari pintu peron penuh dan tidak sepenuhnya menutupi pintu hingga langit-langit stasiun, sehingga tidak menciptakan penghalang total. Gerbang peron penuh biasanya hanya memiliki tinggi setengah dari pintu peron penuh, atau berupa pintu geser setinggi dada di tepi peron kereta api untuk mencegah penumpang terjatuh dari tepi peron ke rel kereta api. Namun, terkadang pintu ini juga setinggi kereta api. Seperti pintu peron penuh, gerbang peron dapat dibuka atau ditutup secara bersamaan dengan pintu kereta. Kedua jenis pintu peron ini saat ini merupakan tipe yang paling banyak dipakai di dunia.
Pintu peron dan gerbang peron
Pintu peron jenis ini memiliki fungsi:
Mencegah orang tidak jatuh ke rel secara baik secara tidak sengaja, seperti berdiri terlalu dekat dengan kereta yang bergerak, atau secara sengaja seperti melakukan bunuh diri (dengan melompat ke rel kereta) atau membunuh (dengan mendorong orang lain ke rel kereta).[2]
Mencegah atau mengurangi hembusan angin yang dirasakan penumpang, akibat efek piston yang pada keadaan tertentu dapat membuat penumpang kehilangan keseimbangan.
Meningkatkan keselamatan—mengurangi risiko kecelakaan, terutama dari kereta api yang melewati stasiun dengan kecepatan tinggi.[2]
Meningkatkan pengendalian iklim di dalam stasiun (pemanas, ventilasi, dan pendingin udara akan bekerja lebih efektif bila stasiun terisolasi secara fisik dari terowongan kereta).
Meningkatkan keamanan—akses ke jalur dan terowongan kereta dibatasi.[2]
Biaya lebih rendah—menghilangkan kebutuhan akan masinis atau kondektur bila digunakan bersamaan dengan operasi kereta otomatis, sehingga mengurangi biaya tenaga kerja.
Mencegah penumpukan sampah di rel, yang dapat menimbulkan risiko kebakaran, kerusakan, dan hambatan pada kereta.[3]
Meningkatkan kualitas suara pengumuman di peron, karena bising suara kereta yang masuk atau keluar dari terowongan berkurang.
Mencegah polusi udara berupa asap yang disebabkan oleh gesekan roda kereta yang dengan rel.[4]
Kekurangan dari pintu peron jenis ini adalah biaya. Pemasangan sistem ini biasanya memerlukan biaya beberapa juta USD per stasiun. Ketika digunakan untuk retrofit sistem yang lama, hal ini membatasi beberapa jenis kereta api yang dapat digunakan pada suatu jalur, karena pintu kereta harus memiliki jarak yang sama persis dengan pintu peron. Ini menimbulkan biaya tambahan karena untuk meningkatkan depo dan membeli sarana kereta api baru yang sesuai dengan pintu peron.
Meskipun memberikan tingkat keamanan yang luar biasa bagi penumpang dari peron ke kereta, pintu peron tetap memiliki risiko. Risiko utamanya adalah terjepit di pintu peron dan gerbong kereta yang tertutup, yang jika tidak terdeteksi, dapat mengakibatkan kematian saat kereta bergerak. Kasus seperti ini jarang terjadi, dan risikonya dapat diminimalisir dengan desain yang cermat, khususnya dengan mengunci sistem pintu dengan sistem persinyalan, dan dengan meminimalisir jarak antara pintu peron dan badan kereta. Di beberapa kasus, sistem pemantau aktif digunakan untuk memantau jarak peron.
Pintu peron setengah penuh, juga dikenal sebagai gerbang peron otomatis, lebih murah untuk dipasang daripada pintu peron penuh yang memerlukan lebih banyak kerangka logam sebagai penyangga. Oleh karena itu, beberapa perusahaan kereta api lebih memilih opsi tersebut untuk meningkatkan keselamatan di peron kereta api, dan di saat yang sama, menjaga biaya tetap rendah karena peron yang tidak ber-AC biasanya memiliki ventilasi alami. Namun, gerbang jenis ini kurang efektif dibandingkan pintu peron penuh dalam mencegah orang melompat ke rel dengan sengaja.[5] Gerbang jenis ini pertama kali digunakan secara praktis oleh MTR Hong Kong di Jalur Disneyland Resort yang desain stasiunnya berupa stasiun terbuka.
Pintu peron jenis tali
Terdapat pula peron berjenis tali, di mana beberapa jenis kereta dengan panjang berbeda dan struktur pintu kereta yang berbeda menggunakan peron yang sama. Penghalang tersebut bergerak ke atas ketika membiarkan penumpang lewat, bukan ke samping layaknya pintu peron jenis gerbang.
Beberapa negara seperti Jepang, Korea, Tiongkok, dan Eropa Timur memiliki stasiun kereta api yang menggunakan pintu peron jenis tali untuk menurunkan biaya pemasangan dan untuk mengatasi masalah perbedaan jenis kereta dan jarak antar pintu.
Pintu peron jenis variabel
Pintu peron jenis variabel dengan tinggi penuh yang pertama baru saja dipasang di peron bawah tanah Stasiun Ōsaka, yang dibuka pada bulan Maret 2023, namun beberapa varian setengah penuh dapat ditemukan pada set yang dipasang di peron Shinkansen di Stasiun Shinagawa, Tokyo. Penggunaannya saat ini jarang karena merupakan alternatif yang jauh lebih mahal dan rumit dibandingkan pintu peron jenis tali yang disebutkan di atas. Satu-satunya perbedaan dari jenis terakhir adalah: pintu peron jenis bergerak ke samping saat membiarkan penumpang lewat.
Di Stasiun Ōsaka, pintunya dirancang sebagai satu blok (setara dengan panjang gerbong kereta). Terdiri dari lima unit: satu "pintu induk" seperti dinding yang digantung di atas dan dua set "pintu anak" kaca. Saat kereta mencapai stasiun, pemindai khusus di peron menerima dan memindai informasi untuk mengidentifikasi jenis dan jumlah gerbong kereta. Setelah jenis dan jumlah gerbong kereta sudah teridentifikasi, setiap unit pintu akan meluncur secara otomatis dan menyesuaikan dengan panjang gerbong kereta yang berhenti. "Pintu induk" dan "pintu anak" kemudian bergeser ke posisi optimal agar tepat sejajar dengan posisi masing-masing pintu kereta.[6]
Karena teknologi ini masih baru, pintu peron jenis ini masih melalui tahap pengujian di beberapa negara di dunia.[7]