Persma 1960

Persma 1960
Nama lengkapPersatuan Sepak Bola
Manado 1960
JulukanBadai Biru
Berdiri28 November 1960; 64 tahun lalu (1960-11-28)
StadionStadion Klabat,
Manado, Sulut, Indonesia
(Kapasitas: 8.000)
Ketua UmumIndonesia Vecky Gandey
SekretarisIndonesia Otto Rondonuwu
PelatihIndonesia Rajab Talib
Dokter TimIndonesia Lucky Sondakh
LigaLiga 4
Kostum kandang
Kostum tandang

Persma 1960 (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Manado 1960), biasa disebut Persma Manado 1960, Persma Manado atau Persma, adalah sebuah klub sepak bola Indonesia berbasis di Manado, Sulawesi Utara, Indonesia. Nama Persma 1960 mulai digunakan pada tahun 2014–2015 setelah adanya larangan penggunaan nama Persma Manado. Persma 1960 saat ini berlaga di Liga Indonesia tepatnya di Liga 4.

Sejarah klub

Awal berdiri

Pada zaman Hindia Belanda, klub sepak bola didirikan di Manado dengan nama VIM (Voetbalbond Indonesische Manado). Sayangnya, tidak banyak sumber yang menceritakan tentang sejarah dan kiprah klub tersebut.[1] Pada tahun 1960 dibentuklah klub sepak bola yang diberi nama Persma (Persatuan sepak bola Manado) sebagai satu klub perserikatan sepak bola yang ada di Manado, dan dikelola oleh pemerintah daerah menggunakan APBD.

Era Persma

Pada tahun 1995 salah satu tim besar Eropa yang berasal Belanda, PSV Eindhoven, menyambangi Stadion Klabat untuk menggelar partai persahabatan menghadapi Persma Manado. Pemain sekelas Ronaldo, Philip Cocu, Jaap Stam dan Boudewijn Zenden, beradu kekuatan dengan pemain Persma Manado seperti Rodrigo Araya, Francis Wewengkang, Jan Kaunang, Maxi Warokka juga Izack Fatari.[2]

Di musim 1995–1996, Persma melakukan perombakan dengan mendatangkan pemain-pemain asal Kamerun yang pernah bertanding di ajang Piala Dunia FIFA seperti Jules Denis Onana, Ernest Ebongué dan Jean-Pierre Fiala. Pada tahun 1996 tim Sepak bola Sulawesi Utara yang berlaga di PON XIV Jakarta meraih medali perunggu yang kemudian sebagian besar pemain di tim ini menjadi pemain yang mengisi skuad Persma Manado. Nama-nama seperti Hendra Pendeynuwu, Rahman Bereki, hingga Alen Mandey menjadi pemain-pemain yang berlaga di Stadion Gelora Senayan saat itu yang kemudian menjadi punggawa tim yang berjuluk Badai Biru.[3]

Setelah Reformasi 1998, Persma mengalami penurunan performa sehingga harus terdegradasi dari kompetisi liga tertinggi saat itu, Divisi Utama, di musim 2001 dan turun kasta ke Divisi Satu. Persma kembali ke Divisi Utama di musim 2007–2008 namun hanya bertahan satu musim di kompetisi kasta tertinggi Indonesia karena pembentukan Liga Super Indonesia, dan berbagai permasalahan klub sehingga Persma tidak mengikuti kompetisi liga dari tahun 2009 sampai 2011. Permasalahan Persma dengan pemain asing, dimana kontrak yang tidak dipenuhi pihak manajemen klub membuat Persma dilaporkan ke otoritas FIFA. Alhasil, Persma dicoret dari keanggotaan PSSI atas rekomendasi dari FIFA pada tahun 2011.[4]

Era Persma 1960

Pada 4 Juni 2013, Persma resmi kembali menjadi anggota PSSI, dengan nama baru Persma 1960 atau Persma Manado 1960.[5] Saat itu pengurus klub tidak lagi memakai APBD sebagai sumber dana, tapi memakai dana swadaya, serta tidak menerima sponsor dari siapapun termasuk pemerintah dan tokoh-tokoh politik di daerah. Pengurus Persma 1960 berupaya agar klub tersebut jauh dari kepentingan dari partai politik manapun.[6] Hanya saat mengikuti dan menjuarai Liga 3 2019 Sulawesi Utara, klub sempat menggunakan nama Persma 1960 Merdeka atas kerja sama dengan Komando Daerah Militer XIII/Merdeka saat kompetisi berlangsung.[7]

Sebagai juara bertahan, Persma 1960 malah gagal mempertahankan trofi karena tidak mengikuti kompetisi Liga 3 2020 Sulawesi Utara yang disebabkan pandemi Covid-19, begitu pun dengan Liga 3 Liga 3 2021 Sulawesi Utara.

Pemain

Per 26 Januari 2022.

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain

Prestasi

  • Liga Nusantara/Liga 3 Zona Sulawesi Utara
    • Juara: 2013, 2014, 2016, 2019

Pendukung dan rivalitas

Persmania dan Persma Fans Club adalah suporter kesebelasan Persma. Namun, eksistensi mereka meredup seiring meredupnya prestasi Persma. Ketika lahir kembali dengan nama Persma 1960, perlahan-lahan kelompok suporter tersebut mulai kembali eksis dengan mengusung motto: "Torang itu Persma, Persma itu Torang".

Persma mempunyai rivalitas dengan tim asal Sulawesi Utara lainnya, yaitu Persmin Minahasa. Pertemuan Persma melawan Persmin juga dijuluki sebagai Derby Sulut, atau Derby Tanah Minahasa karena sama-sama berasal dari wilayah Tanah Minahasa. Meski bertajuk derby, pertandingan antara Persma dan Persmin selalu berjalan lancar dan tidak ada kericuhan.[8] Persma juga mempunyai rivalitas dengan PSM Makassar, sebagai dua tim dari dua kota besar di Pulau Sulawesi yang bersaing di Divisi Utama di era 1990-an.

Referensi

  1. ^ "Kisah Persma Manado, Pernah Jaya di 1998 dan Tantang PSV Eindhoven". inews.id. 6 November 2021. Diakses tanggal 26 Januari 2022. 
  2. ^ "Kisah Ronaldo Berlaga di Stadion Klabat Manado Melawan Persma". jurnalmanado.com. 29 Februari 2020. Diakses tanggal 25 Januari 2022. 
  3. ^ "Jejak Starting Eleven Tim PON Sulut 96 Jakarta Peraih Perunggu (1)". barta1.com. 30 April 2020. Diakses tanggal 24 Januari 2022. 
  4. ^ "Kilas Balik Persma Manado: Jatuh Bangun Si Badai Biru". skor.id. 21 Februari 2021. Diakses tanggal 25 Januari 2022. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ "Kilas Balik Perjalanan Persma Manado, Klub Elite Lawas Asal Sulawesi Utara". indosport.com. 16 April 2020. Diakses tanggal 24 Januari 2022. 
  6. ^ http://manado.tribunnews.com/2016/08/16/persma-1960-dibangun-dengan-dana-swadaya-dan-tidak-ada-politik?page=2
  7. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-25. Diakses tanggal 2022-01-25. 
  8. ^ "Mengenang Kiprah 3 Klub Sulawesi Utara di Liga Indonesia: Suporter Militan Tanpa Topangan Dana yang Berujung Kebangkrutan". bola.com. 20 Juni 2020. Diakses tanggal 24 Januari 2022. 

Pranala luar