Nama kodam ini merujuk pada Operasi Merdeka untuk menumpasan dan pemberontakan PRRI/Permesta, yang merupakan pengerahan kekuatan militer terbesar dalam sejarah militer Indonesia saat itu
Sejarah
Kodam XIII/Merdeka berawal dari Operasi Sapta Marga IV diturunkan di Manado, yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat. Pada 16 Juni 1958, semua pasukan Operasi Sapta Marga IV mendarat di Kema dan mulai menjalankan tugas hingga Kema berhasil ditaklukkan. Dengan mendaratnya semua pasukan di Kema, operasi di daratan Sulawesi Utara diubah namanya menjadi Operasi Merdeka. Setelah Kema dikuasai, serangan selanjutnya dilancarkan ke utara Manado, timur Bitung, dan barat untuk merebut Makalisung. Oleh karena itu, Pasukan Operasi Sapta Marga IV harus menguasai kota-kota lain di Manado.
Pada tanggal 21 Juni 1958, pasukan berhasil merebut daerah Wori yang terletak hanya beberapa kilometer saja dari Manado. Dengan ini, maka berakhir sudah pengepungan kota Manado.[1]
Bertitik tolak dari pandangan ini, Pada tanggal 12 Februari 1985 mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: Skep/131/II/1985 tentang penggabungan Kodam XIII/Merdeka dan Kodam XIV/Hasanuddin menjadi Kodam VII/Wirabuana yang berkedudukan di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.
Peresmian Kodam XIII/Merdeka berdasarkan Nomor Keputusan 33 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Pengesahan Kodam XIII/Merdeka. Keberadaan satuan jajaran akan mengatasi persoalan-persoalan di wilayah perbatasan dengan negara Filipina yang dapat memberikan potensi kerawanan terhadap NKRI.[2]
Kepala Staf Angkatan Darat JenderalTNIMulyono menjadi irup peresmian Kodam XIII/Merdeka diikuti dengan upacara pelantikan Mayjen TNI Ganip Warsito sebagai Pangdam XIII/Merdeka, pada tanggal 20 Desember 2016 di Lapangan Upacara Markas Kodam XIII/Merdeka Teling, Manado.[3][4][5]
Saat ini, Kodam XIII/Merdeka di pimpin oleh seorang Panglima Kodam (Pangdam) yang berpangkat Mayor Jenderal. Saat ini jabatan Pangdam diduduki oleh MayjenTNICandra Wijaya.