Perang Italia[b] adalah serangkaian konflik yang terjadi dari tahun 1494 hingga 1559, sebagian besar di Semenanjung Italia, tetapi kemudian meluas ke Flandria, Rheinland dan Laut Tengah. Pihak utama yang terlibat adalah raja-raja Wangsa Valois dari Prancis, di satu sisi, dan lawan mereka di Kekaisaran Romawi Suci dan Spanyol di sisi lain. Pada titik yang berbeda, berbagai negara-negara Italia ikut serta dalam perang, beberapa di kedua sisi,[c] dengan keterlibatan terbatas dari Inggris, Swiss, dan Kesultanan Utsmaniyah.
Liga Italia yang didirikan pada tahun 1454 mencapai keseimbangan kekuasaan di Italia, tetapi hancur setelah kematian pendiri utamanya, Lorenzo de' Medici, pada tahun 1492.[1] Disatukan dengan ambisi dari Ludovico Sforza, keruntuhannya memungkinkan Charles VIII dari Prancis untuk menginvasi Napoli pada tahun 1494, sehingga menarik perhatian Spanyol dan Kekaisaran Romawi Suci. Meskipun Charles terpaksa melakukan penarikan pada tahun 1495, perpecahan politis yang sedang berlangsung di antara negara-negara Italia menjadikan mereka medan pertempuran dalam persaingan dominasi Eropa antara Prancis dan Habsburg.
Peperangan yang sangat brutal, peperangan ini terjadi di tengah kekacauan agama yang disebabkan Reformasi Protestan, terutama di Prancis dan Kekaisaran Romawi Suci. Peperangan ini dipandang sebagai titik balik dalam evolusi dari peperangan Abad Pertengahan ke modern, dengan penggunaan busur panah atau pistol yang menjadi umum, bersama dengan peningkatan teknologi yang signifikan dalam artileri pengepungan. Komandan terpelajar dan teknik percetakan modern juga menjadikan peperangan ini sebagai salah satu konflik pertama dengan catatan kontemporer dalam jumlah besar, salah satunya catatan dari Francesco Guicciardini, Niccolò Machiavelli, dan Blaise de Montluc.
Setelah tahun 1503, sebagian besar pertempuran dimulai dengan invasi Lombardia dan Piemonte oleh Prancis, tetapi meskipun mampu mempertahankan wilayahnya untuk sementara waktu, ini tidak bertahan selamanya. Pada tahun 1557, pertumbuhan Protestanisme mengakibatkan pihak-pihak utama menghadapi konflik internal terkait agama, memaksa mereka untuk kembali fokus pada urusan dalam negeri. Ini menyebabkan dibuatnya Perjanjian Cateau-Cambrésis, di mana Prancis sebagian besar diusir dari Italia, tetapi sebagai imbalan memperoleh Calais dari Inggris, dan Tiga Keuskupan dari Lorraine. Pada gilirannya, Spanyol memperoleh kedaulatan atas Kerajaan Napoli dan Kerajaan Sisilia di Italia bagian selatan, serta Kadipaten Milan di Italia bagian utara.
Kematian Lorenzo pada bulan April 1492 sangat melemahkan Liga pada masa ketika Prancis berupaya untuk berekspansi ke Italia. Ini bermula ketika Louis XI dari Prancis mewarisi Kontas Provence dari sepupunya, Charles IV dari Anjou, pada tahun 1481, bersama dengan klaim oleh Anjou atas Kerajaan Napoli. Putranya, Charles VIII, menggantikan dirinya pada tahun 1483 dan secara resmi menyatukan Provence ke dalam Prancis pada tahun 1486; pelabuhannya yaitu Marseille dan Toulon menyediakan akses langsung ke Laut Tengah dan dengan demikian ia memiliki kemampuan untuk mengejar ambisi teritorialnya.[3]
Giovio, Paolo. Pauli Iovii Opera. Volume 3, part 1, Historiarum sui temporis. Edited by D. Visconti. Rome: Libreria dello Stato, 1957.
Lot, Ferdinand. Recherches sur les effectifs des armées françaises des guerres d'Italie aux guerres de religion, 1494–1562. Paris: École Pratique des Hautes Études, 1962.
Monluc, Blaise de. Commentaires. Edited by P. Courteault. 3 volumes. Paris: 1911–25. Translated by Charles Cotton as The Commentaries of Messire Blaize de Montluc (London: A. Clark, 1674).
Monluc, Blaise de. Military Memoirs: Blaise de Monluc, The Habsburg-Valois Wars, and the French Wars of Religion. Edited by Ian Roy. London: Longmans, 1971.
Saulx, Gaspard de, Seigneur de Tavanes. Mémoires de très noble et très illustre Gaspard de Saulx, seigneur de Tavanes, Mareschal de France, admiral des mers de Levant, Gouverneur de Provence, conseiller du Roy, et capitaine de cent hommes d'armes. Château de Lugny: Fourny, 1653.