Penyergapan di Cikalong (1684)
Latar belakangPangeran Purbaya berpikir bahwa ia bergerilya sudah tidak ada artinya lagi, karena ia sudah bergerilya selama bertahun-tahun dan tidak ada hasil apapun, dan ia memutuskan untuk menyerah kepada kompeni. Kebetulan saat itu Pangeran Purbaya melewati Cikalong dan saat itu Untung ada di sana.Saat mereka berunding datanglah Vaandrig Williem Kuffeler, saat mereka berunding Kuffeler memperlihatkan sikap sombong dan tidak sopan kepada Pangeran Purbaya, karena Pangkat Untung lebih tinggi dari Kuffeler, Untung memperingati Kuffeler agar tidak bersikap seperti itu kepada Pangeran Purbaya. Kuffeler malah semakin tidak sopan kepada Untung, Untung juga dihina dan direndahkan. Penyergapan kepada KuffelerUntung saat itu menahan amarah hingga malam hari, mereka bertiga (Untung, Pangeran Purbaya, dan Kuffeler) bermalam di Cikalong. Saat malam hari Pangeran Purbaya pergi tanpa sepengetahuan Untung. Untung berfikir bahwa Pangeran Purbaya sakit hati atas omongan Kuffeler, melihat kepergian Pangeran Purbaya, Untung merencanakan untuk menyerang tenda Kuffeler. Penyergapan pun dilakukan oleh Untung dan Pasukannya. Kuffeler berhasil lolos meninggal 20 pasukannya yang tewas.[1][2] Setelah penyergapanSesampainya Van Happel di Cikalong, dia melihat tempat itu sudah kosong dan hanya melihat sisa pertempuran, ia segera melaporkan kejadian ini kepada Kapten Ruys[1] Setelah kejadian ini Untung lari kearah Timur yaitu ke Cirebon. dan disini lah Untung mendapat gelar Surapati. Referensi
Sumber
|
Portal di Ensiklopedia Dunia