Pemeraman dalam hortikultura adalah tindakan yang dilakukan untuk mempercepat proses pematangan buah[1] dengan menyimpan buah yang telah dipetik pada massa curah tertentu dalam tempat relatif tertutup; di Indonesia, massa curah ini dapat berupa beras, gabah, jerami, daun pisang, atau kertas koran. Pemeraman dapat dilakukan bersamaan dengan penyimpanan dan distribusi buah.[2]
Pemeraman hanya berhasil mempercepat pematangan bagi kelompok buah klimakterik atau buah yang mengalami pemercepatan respirasi (katabolisme) seusai dipetik. Usaha ini akan meningkatkan kadar etilena di sekitar buah (karena buah berada pada ruang tertutup) sehingga mempercepat proses pematangan. Namun buah hasil pemeraman cenderung memiliki rasa yang kurang manis dan aroma yang kurang kuat.[3]
Buah yang biasa diperam adalah mangga,[4] pisang,[3] sirsak,[5][6] srikaya,[5] kesemek,[6] sawo,[6] apokat,[7] kakao,[8] nanas,[9] dan kelapa.[10]
Metode pemeraman
Setiap jenis buah dan lokasi budi daya dapat memiliki metode pemeraman yang berbeda-beda, namun metode yang paling umum antara lain:[1]
- Menggunakan wadah tertutup yang terbuat tanah liat, lalu wadah dipanaskan dengan api
- Menggunakan lubang yang digali di tanah, lalu ditutup dan asap dihembuskan ke dalam tanah
- Menggunakan gas etilena. Gas ini merupakan hormon tumbuhan yang berperan dalam proses pematangan buah.
- Menggunakan kalsium karbida (batu karbit). Batu ini ketika bereaksi dengan kelembaban udara akan menghasilkan gas asetilena yang memiliki sifat yang sama dengan gas etilena.
Lihat pula
Referensi