Pemelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan pendekatan atau strategi dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari paling banyak 5 (lima) orang dengan struktur anggota yang heterogen. Strategi pembelajaran ini dirancang untuk mendidik kerjasama kelompok dan interaksi antar siswa sehingga terjadi saling ketergantungan positif, adanya tanggung jawab perorangan serta komunikasi yang intensif antar anggota kelompok.[1] Tujuan pembelajaran kooperatif meliputi: (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap keberagaman, dan (3) pengembangan keterampilan sosial.[2] Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif.[3] Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning.[4] Dalam pelaksanaannya, metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif dilandasakan pada teori kognitif karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif mempunyai manfaat yang positif apabila diterapkan di dalam kelas. Beberapa keuntungan metode ini, antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya kepada guru, kemampuan untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini.[5] Tetapi, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.[6] ElemenJohnson dan Johnson (2009) menuliskan lima elemen yang terkait dengan pemelajaran kooperatif, antara lain: (1) interdepedensi positif (positive interdependence), (2) interaksi tatap muka promotif (face-to-face promotive interaction), (3) akuntabilitas individual dan berkelompok (individual and group accountability), (4) kemampuan sosial. (social skills), (5) perkembangan dalam kelompok (group processing). Rujukan
|