Tata Surya telah berevolusi secara signifikan sejak awal pembentukannya. Banyak satelit alami terbentuk dari piringan gas dan debu yang berputar mengelilingi planet induknya, sedangkan satelit alami lainnya diperkirakan terbentuk dengan sendirinya dan kemudian ditangkap oleh planetnya. Sementara yang lainnya, seperti satelit Bumi, Bulan, kemungkinan merupakan hasil dari tubrukan raksasa. Tubrukan yang terjadi di antara benda-benda langit masih terus terjadi sampai saat ini dan telah menjadi pusat evolusi Tata Surya. Posisi planet mungkin dapat bergeser karena adanya interaksi gravitasi.[2] Migrasi keplanetan tersebut saat ini diperkirakan bertanggung jawab atas sebagian besar evolusi awal Tata Surya.
Kira-kira dalam 5 miliar tahun ke depan, Matahari akan mengalami pendinginan dan mengembang hingga berkali-kali lipat diameternya saat ini (menjadi sebuah raksasa merah), sebelum menghilangkan lapisan luarnya dan membentuk nebula planeter, dan meninggalkan sebuah sisa bintang yang dikenal sebagai katai putih. Jauh di masa depan, gravitasi bintang mati perlahan-lahan akan mengurangi planet yang mengiringi Matahari. Beberapa planet akan hancur, sementara yang lainnya akan terlontar ke ruang antarbintang. Pada akhirnya, dalam puluhan miliar tahun ke depan, Matahari diperkirakan tidak akan memiliki satu pun objek yang mengorbit di sekitarnya.[3]
Audrey Bouvier; Meenakshi Wadhwa (2010). "The age of the solar system redefined by the oldest Pb-Pb age of a meteoritic inclusion". Nature Geoscience. 3: 637–641. Bibcode:2010NatGe...3..637B. doi:10.1038/NGEO941.