Pelengkung Darwin
Pelengkung Darwin (bahasa Inggris: Darwin's Arch) adalah bebatuan alami yang berbentuk melengkung terletak di bagian sebelah tenggara Pulau Darwin di Kepulauan Galápagos, Ekuador di Samudra Pasifik. Lengkungan Darwin merupakan lengkungan yang terdiri dari dua pilar yang terbentuk secara alami melalui proses geologi. Pelengkungan Darwin terletak kira-kira 600 mil di bagian barat daerah daratan Ekuador serta diperkirakan memiliki jarak kurang dari satu mil pulau Darwin yang tercatat tidak berpenghuni[1]. Pelengkung Darwin terletak di dataran yang berbentuk tidak teratur, berbatu, dan terendam, yang dijuluki sebagai "teater".[2][3] Pelengkung Darwin runtuh pada 17 Mei 2021, peristiwa ini diakibatkan adanya erosi air laut secara alamiah. Terjadinya peristiwa tersebut menjadikan pelengkung Darwin saat ini hanya meninggalkan dua pilar yang berdiri bebas.[4][5] Pelengkung Darwin, bersama dengan Pulau Darwin di dekatnya, diberi nama dari nama naturalis Inggris abad ke-19 Charles Darwin, yang dahulu melakukan penelitiannya di wilayah ini pada tahun 1835 yang menggunakan HMS Beagle[6], kemudian hal ini membantunya dalam menghasilkan teori evolusi melalui seleksi alam saat melakukan pengamatan terhadap satwa liar di sekitar kepulauan Galapagos.[7] Lengkungan Darwin memiliki dua pilar yang saat ini sering disebut sebagai "Pilar Evolusi". Bagian dari permukaan lengkungan berada, telah diperkirakaan memiliki jarak sekitar 141 kaki di atas permukaan laut.[1] GeografiPulau Darwin merupakan bagian dari Kepulauan Galápagos, Ekuador, sebagai sebuah pulau kecil yang tak berpenghuni dengan luas sekitar 2,33 kilometer persegi dan titik tertinggi 168 meter (551 kaki). Pelengkung Darwin berada sekitar 1 km di lepas pantai tenggara pulau.[8] Pelengkung ini memiliki tinggi 43 meter (141 kaki) dengan panjang 70 meter (230 kaki) dan lebar 23 meter (75 kaki). Dalam sudut pandang ilmiah peristiwa runtuhnya batuan pada lengkungan Darwin merupakan proses alami. Hal ini dikarenakan terjadinya proses eksogen, yaitu pelapukan disertai erosi.[9] Erosi menyebabkan bagian permukaan lengkungan runtuh yang kemudia jatuh ke Samudra Pasifik.[butuh rujukan] FaunaDiawali dari bagian ujung selatan sampai alur landai, fauna laut yang nampak di kepulauan Galapagos adalah Hiu martil bergigi, kemudian Pari manta, Lumba-lumba, Tuna sirip kuning, spesiaes besar ikan Pelagis dan juga ditemukan Hiu Paus pada kedalaman 14 sekitar (45 kaki) panjangnya. Penemuan Hiu Paus terjadi pada awal bulan juli. selain itu terdapat fauna laut lainnya seperti Hiu Galapagos, Penyu hijau, Pari elang, Hiu karang dengan unjung putih dan berbagai spesies laut lainnya. Tidak hanya fauna laut, banyak burung ditemukan di pulau Darwin. Seperti spesies burung endemik dan spesies yang sering ditemukan yaitu (Sterna Fuscata), yang berkembang biak di daerah pulau Darwin[1]. Objek wisataPelengkung Darwin menjadi tempat populer di kepulauan Galapagos bagi kalangan fotografer dan dalam rute tur-tur kapal pesiar.[10] Kehidupan satwa liar yang kaya di sekitar wilayah pelengkung menjadikannya sebagai lokasi selam skuba yang populer[11]. Perairan di sekitar lengkungan menjadi ikon utama bagi para penyelam, dengan kesempatan bertemu satwa liar dari berbagai spesies termasuk Hiu, Lumba-lumba, Pari manta, dan Penyu[1]. Seperti halnya Pulau Darwin, wisatawan tidak diizinkan menginjakkan kaki di wilayah pelengkung demi menjaga kelestariannya.[10] Daerah sekitar Kepulauan Galápagos dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO[12] pada tahun 1978, yang menjadi tempat hidup flora dan fauna yang tidak terjangkau di bagian lain Bumi dan menjadi bagian dari cagar biosfer. Tercatat sekitar 30 ribu jiwa tinggal di sekitar wilayah tersebut.[11] RuntuhLengkungan Darwin telah runtuh pada 17 Mei 2021, pukul 11:20 waktu Galápagos (UTC-6). Lengkungan tersebut runtuh karena terjadinya erosi alami. Berdasarkan postingan yang di unggah oleh Kementrian Lingkungan dan Air Ekuador menjelaskan bahwa peristiwa runtuhnya bebatuan merupakan konsekuensi dari erosi alami. selain itu dalam kasus yang terjadi pada Lengkungan Darwin di wiliayah perairan Galapagos, El Nino-pola iklim memiliki keterhubungan dengan perairan Pasifik yang suhunya lebih hangat dibandingkan perairan yang dekat dengan khatulistiwa. Hal ini juga dapat berperan dalam erosi yang mengakibatkan runtuhnya pelengkung Darwin. Penyebab lainnya yaitu kedekatan kepulauan Galapagos dengan tiga arus laut berbeda yang bertemu di sekitar lokasi situs lengkungan Darwin, hal ini juga menambah risiko yang diterima[1]. Peristiwa runtuhnya lengkungan Darwin telah disaksikan oleh para penyelam di atas Galapagos Aggressor III, pada saat peristiwa berlangsung diketahui tidak ada penyelam yang terluka. Namun setelah runtuhnya lengkungan Darwin, hanya dua pilar batu yang tersisa dan saat ini mendapat julukan sebagai Pilar Evolusi.[13] Catatan kaki
Referensi umum
Pranala luar
|