Pelacuran legal dilakukan di India.[1] Sedangkan sejumlah kegiatan seperti memiliki atau mengelola rumah bordil, pelacuran di hotel,[2]pelacuran anak, mucikari dan pandering[3] adalah hal yang ilegal.[4][5] Namun demikian, sudah banyak rumah bordil yang beroperasi secara ilegal di kota-kota di India seperti di Mumbai, Delhi, Bengaluru, Kolkata dan Chennai.[6]UNAIDS memperkirakan terdapat sekitar 657.829 pelacur di negara itu pada tahun 2016.[7]
Sejarah
Seorang tawaif adalah seorang pelacur yang melayani kaum bangsawan India, khususnya selama era Mughal. Para tawaif berkontribusi serta unggul dalam hal musik, tarian (mujra), teater, dan tradisi sastra Urdu.[8] Tawaif sebagian besar berada di India Utara yang menjadi pusat budaya istana Mughal sejak abad ke-16 dan seterusnya[9] dan menjadi lebih menonjol dengan melemahnya kekuasaan Mughal pada pertengahan abad ke-18. Mereka memberikan kontribusi signifikan terhadap kelanjutan bentuk tarian dan musik tradisional dan kemudian munculnya sinema India modern.[10]
Goa adalah daerah koloni India Portugis yang didirikan pada awal abad ke-16, dan benteng Portugis ini berisi komunitas budak Portugis. Selama akhir abad 16 dan 17 perdagangan budak Jepang oleh Portugis mengakibatkan pedagang dari Kekaisaran Portugis dan tawanan anggota kru laskar dari Asia Selatan membawa budak Jepang ke Goa. Budak tersebut biasanya adalah wanita atau gadis muda Jepang yang dibawa atau ditangkap dari Jepang sebagai budak seksual.[11]
Budaya seni pertunjukan nautch, merupakan sebuah gaya tarian populer yang memikat, dan menjadi terkenal selama periode dari Kekaisaran Mughal serta pemerintahan Perusahaan Hindia Timur Britania.[12] Selama periode pemerintahan Kompeni (dan setelah Pemberontakan India tahun 1857), militer Inggris mendirikan dan mengurus rumah bordil di seluruh anak benua India. Pelacur yang bekerja di rumah bordil tersebut direkrut dari keluarga di pedesaan India dan dibayar langsung oleh otoritas Inggris. Distrik lampu merah di kota-kota seperti Mumbai mulai berkembang pada saat tersebut.[13] Pemerintah di banyak wilayah kerajaan (Princely state) di India telah mengatur prostitusi di India sebelum tahun 1860-an. British Raj memberlakukan Cantonment Act tahun 1864 untuk mengatur prostitusi di kolonial India.[14]Cantonment Acts mengatur tentang pelacuran di pangkalan militer Inggris yang menyediakan sekitar dua belas hingga lima belas wanita India yang disimpan di rumah bordil yang disebut dengan chaklas untuk setiap resimen yang terdiri dari seribu tentara Inggris. Mereka mendapat lisensi oleh pejabat militer dan hanya diizinkan untuk bergaul dengan tentara saja.[15] Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, ribuan wanita dan gadis dari benua Eropa dan Jepangdiperdagangkan ke India Britania, di mana mereka bekerja sebagai pelacur yang melayani tentara Inggris dan pria India setempat.[14][16][17]
Menurut Priti Patkar, seorang aktivis sosial yang tinggal di Maharashtra yang bekerja dengan pekerja seks di negara bagian tersebut. Banyak pekerja seks terpaksa mengambil pinjaman dari pemberi pinjaman swasta dengan bunga tinggi selama gelombang pertama pandemi Covid. “Kami melakukan survei selama gelombang pertama yang mengungkapkan bahwa pekerja seks mengambil pinjaman untuk bertahan hidup. Untuk makanan sehari-hari, mereka sepenuhnya bergantung pada sumbangan. Kami belum melakukan survei seperti itu selama gelombang kedua, tetapi kami mendengar hal yang sama juga terjadi kali ini, ”kata Patkar, yang juga memimpin sebuah LSM, Prerana.[18]
Jenis profesi
Nochi, wanita muda peserta pelatihan di bawah Tawaif[19]
Organisasi pemerintah seperti MDACS (Maharashtra District AIDS Control Society) telah memainkan peran yang sangat penting dalam membangkitkan kesadaran tentang HIV/AIDS melalui bantuan dalam menyediakan literatur gratis dan mengorganisir kampanye jalanan. Terdapat beberapa LSM yang juga menggalang dana untuk melindungi dari Penyakit menular seksual yang menyebar ke masyarakat umum. NACO (National AIDS Control Organisation), adalah sebuah lembaga pemerintah yang memimpin LSM ini.
[20] Komite Durbar Mahila Sumanwua adalah sebuah serikat pekerja seks yang berbasis di Sonagachi, Kolkata, yang memiliki 65.000 anggota. Mereka mengadvokasi hak-hak buruh pekerja seksual, dan mereka juga berjuang melawan perdagangan manusia.[21]
Prevalensi
Diperkirakan terdapat dua juta pekerja seksual perempuan di negara ini pada tahun 1997.[4] Pada tahun 2007, Kementerian Perempuan dan Perkembangan Anak India melaporkan adanya lebih dari 3 juta pekerja seks perempuan di India, dimana 35,47 persen dari mereka memasuki dunia pekerjaan seks sebelum usia 18 tahun. Jumlah pelacur meningkat 50% antara tahun 1997 dan 2004.[22]
^"2008 Human Rights Reports: India". U.S. Department of State. 25 Februari 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Februari 2009. Diakses tanggal 2 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Sex Work Law - Countries". Sexuality, Poverty and Law (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-29. Diakses tanggal 2 November 2021.
^"Mapping cultures". The Hindu. Chennai, India. 11 Agustus 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 November 2004. Diakses tanggal 2 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Bhandari, Sudhanshu (19 Juni 2010). "Prostitution in Colonial India". Mainstream Weekly. XLVIII (26). Diakses tanggal 2 November 2021.
^Fischer-Tiné, Harald (2003), "'White women degrading themselves to the lowest depths': European networks of prostitution and colonial anxieties in British India and Ceylon ca. 1880-1914", Indian Economic and Social History Review, 40 (2): 163–90, doi:10.1177/001946460304000202Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)
^"Prostitution 'increases' in India". BBC News. 3 Juli 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 September 2009. Diakses tanggal 2 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)