Paradoks Peto adalah hasil pengamatan yang menyatakan bahwa insiden kanker di tingkat spesies tidak berkorelasi dengan jumlah sel dalam suatu organisme.[1] Sebagai contoh, insiden kanker pada manusia jauh lebih tinggi daripada paus, padahal paus punya jauh lebih banyak sel daripada manusia akibat besar tubuhnya.[2] Hal ini bertentangan dengan asumsi bahwa paus seharusnya lebih sering terkena kanker jika kemungkinan karsinogenesis itu sama untuk semua sel organisme. Pengamatan ini pertama kali dicetuskan oleh seorang pakar epidemiologi statistik dari Universitas Oxford yang bernama Richard Peto pada tahun 1977.[3]
Bukti
Pada suatu spesies, tampaknya risiko kanker dan besar tubuh itu berkorelasi secara positif.[4] Sebagai contoh, hasil penelitian selama 25 tahun terhadap 17.738 pegawai negeri laki-laki Britania Raya (yang diterbitkan tahun 1998) menunjukkan korelasi positif antara tinggi tubuh dengan insiden kanker.[5] Namun, korelasi ini tidak berlaku di tingkat spesies. Hasil penelitian dari tahun 2015 yang mengkaji data nekropsi dari 36 spesies mamalia di Kebun Binatang San Diego (dari tikus zebra yang bermassa 51 gram hingga gajah yang bermassa 4.800 kg) tidak menemukan korelasi antara besar tubuh dengan insiden kanker.[6]
^Nagy, John D.; Victor, Erin M.; Cropper, Jenese H. (2007). "Why don't all whales have cancer? A novel hypothesis resolving Peto's paradox". Integrative and Comparative Biology. 47 (2): 317–328. doi:10.1093/icb/icm062. PMID21672841.
^Schiffman, Joshua (8 October 2015), "Potential Mechanisms for Cancer Resistance in Elephants and Comparative Cellular Response to DNA Damage in Humans", JAMA, 314 (17): 1850–60, doi:10.1001/jama.2015.13134, PMC4858328, PMID26447779
Daftar pustaka
Natterson-Horowitz, Barbara; Bowers, Kathryn (2012). Zoobiquity: What Animals Can Teach Us about Health and the Science of Healing. Alfred A. Knopf. ISBN978-0-307-95838-9.