Pandanlor adalah desa di kecamatan Klirong, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia.
Batas-batas Wilayah
- Utara: Desa Bendogarap
- Selatan: Desa Tanggulangin
- Barat: Desa Tambakprogaten dan Desa Tanggulangin
- Timur: Sungai Luk Ulo dan Kecamatan Buluspesantren
Pembagian Wilayah
- Dukuh Karangtepung
- Dukuh Kauman
- Dukuh Kemacanan
- Dukuh Pecangkringan
Legenda dan Sejarah
Pada zaman dahulu kala ada dua orang yang bernama Syeh Abdul Baqi dan Syeh Abu Nawas. Kedua orang tersebut sangat di segani oleh masyarakat, karena berilmu tinggi. Sehubungan kedua orang tesebut berilmu tinggi maka masyarakat mengangkatnya sebagai pemimpin. Syeh Abdul Baqi untuk sebelah selatan dan Syeh Abunawas sebelah utara. Kedua orang tersebut menjalin persaudaraan yang sangat erat, karena sangat eratnya mereka bersumpah sampai titik darah penghabisanpun akan bersama. Keadaan tersebut berjalan bertahun-tahun.
Namun pada suatu hari datang cobaan yaitu datangnya angin kencang yang arahnya dari laut, dan dikemudian hari datang mara bahaya/musibah wabah penyakit yang mengakibatkan banyak kematian bagi warga masyarakat. Pada saat itu kedua pemimpin mohon/berdoa kepada Allah SWT, antara lain Syeh Abdul Baqi disuruh membuat tanggul, dan Syeh Abunawas disuruh menanam pohon Pandan. Setelah itu selesai keduanya membuat selamatan dan di dalam melaksanakan upacara selamatan diumumkan bahwa pembuatan Tanggul guna menangkal angin dan penanaman pohon Pandan guna penangkal penyakit.
Setelah itu kedua pemimpin tersebut mengucapkan Besok rejane zaman sebelah selatan saya beri nama Desa Tanggulangin dan sebelah utara saya beri nama Desa Pandan. Pada waktu itu Desa Pandan belum bernama Desa Pandanlor maka riwayat terjadinya Desa Pandanlor yaitu suatu saat ketika kedua pemimpin tersebut menjalin kekeluargaan atau berumah tangga, kebetulan wanita yang dipersunting kaka adik satu kandung. Jadinya kakak beradik karena mertuanya satu keluarga. Pada suatu hari mereka mengadakan musyawarah sehubungan keduanya telah dianggap menjadi seorang pemimpin ( KADES ) maka keduanya sepakat untuk mencari wahyu kepemimpinan ( Wahyu Kades ).
Kedua orang tersebut berdoa memohon kepeda Allah Swt dengan sangat khusu’ yang akhirnya keduanya diberi firasat/ ilham/perlambang yaitu bunga pandan yang berwarna kuning yang beterbangan kesana kemari. Karena keduanya sedang mencari wahyu maka bunga pandan yang berwarna kuning tersebut dianggap sebagai wahyu kepemimpinan. Kemudian keduanya mengejar - ngejar bunga pandan yang beterbangan kesana kemari, yang kemudian bunga pandan yang berwarna kuning tersebut dianggap sebagai wahyu yang kebetulan berterbang menuju kepanembahan Dukuh yang berada di sebelah utara, yang akhirnya sesampainya dipanembahan dukuh bunga pandan yang berwarna kuning menghilang.
Kemudian keduanya menunggu di tempat tersebut, yang akhirnya setelah lama menunggu tidak ada apa-apa sehingga keduanya sepakat meriwayatkan bahwa Syeh Abdul Baqi pernah tua mengucapkan Besok rejane zaman Desa Tanggulangin sebelah timur saya beri nama Dukuh Tua Buru yang disebabkan karena kepemimpinannya lebih tua dan mengejar-ngejar/mburu mburu wahyu yang pada akhirnya jadi nama Tua Buru. Sedangkan Syeh Abunawas pernah muda mengucapkan Besok rejane zaman Desa Pandan saya ganti menjadi Desa Pandanlor sebab keduanya mengejar-ngejar wahyu yang larinya menuju kearah utara atau dalam bahasa jawa berarti lor