Palam adalah desa di kecamatan Tinangkung Utara, Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, Indonesia.
a. Sejarah Singkat Desa Palam
Pada Masa Pendudukan Belanda Sistem Pemerintahan Masih Kerajaan. Kerajaan Banggai Pada Saat itu Dipimpin Oleh Raja Syukuran Amir yang Berkedudukan di Banggai, Kemudian Ibu Kota Kerajaan Banggai dipindahkan ke Luwuk. Pemerintahan Kerajaan dibagi Dalam Beberapa Wilayah Distrik dan dipimpin Oleh Seorang Kepala Distrik yang Membawahi Beberapa Wilayah Ondor Distrik. Distrik Peling Dijabat Oleh Seorang Kepala Distrik yang Berkedudukan di Salakan, dan Membawahi Beberapa Wilayah Ondor Distrik Termasuk Ondor Distrik Peling Timur yang Dijabat Oleh Banguno Berkedudukan di Desa Bolonan. Seiring perjalanan waktu, tepatnya pada tahun 1937 Onder Distrik Peling Timur berubah status menjadi Distrik Totikum yang dijabat oleh Saadan Supa yang berkedudukan di Desa Bolonan.
Desa Palam yang Berada Disebelah Barat Tanjung Mondosoan (Pemali), Pada Saat itu Belum Ada. Dilokasi ini (Sekarang Desa Palam) Adalah Tempat Perkebunan Kelapa Dari Penduduk Desa Luksagu, Kombutokan, Lopito dan lainnya. Dan pada saat itu di tempat ini telah menetap beberapa orang kepala keluarga di antaranya: Djaelani Stibis, Sunsungo, Laona Manasa, Laso Ooining Yaduna, Laso Sunggal Bilasi, dan ditambah dengan orang-orang para pekerja kelapa, sebagian besar dari suku Buton. Dan ada juga sebagian kepala keluarga yang menetap didaerah Molon Pantai.
Kemudian Pada Tahun 1939 Terjadilah Gempa Bumi dan Pada Saat itu Ada Sebagian Penduduk Desa Luksagu yang Mengungsi Ketempat ini, di antaranya: Harasia Salanggon, Badaiya, dan Beberapa Orang lainnya.
Di Tahun 1940 Orang-orang yang Ada di Tempat ini Mengadakan Pertemuan (Musyawarah) Dengan Tujuan Ingin Mendirikan Sebuah Perkampungan. Perkampungan yang Akan Didirikan Tersebut Diberi Nama Kampung Palam, Nama ini Terinspirasi Dari Nama Tumbuhan (pohon) Dimana Disekitaran Lereng Bukit Supepek Banyak Ditumbuhi Pohon Palam.
Pada Tahun 1944 Para Tokoh-Tokoh Tersebut Menemui Kepala Desa Kombutokan yang Pada Saat itu Dijabat oleh Basalo Haji Bidun. Adapun Maksud Kedatangan Mereka Yaitu Ingin Mendirikan Sebuah Desa Defenitif, Tapi Basalo Haji Bidun Memerintahkan Kepada Mereka Untuk Bertemu Langsung dengan Kapitan Laut Kerajaan Banggai yang Dijabat oleh Suleman Amir (Adik Raja Syukuran Amir).
Kemudian Pada Tahun 1945 Kapitan Laut Menyetujui Keinginan Para Tokoh Tersebut Dengan Persyaratan Palam Terlebih Dahulu Harus Menjadi Subdesa Kombutokan dan Harus Mendirikan Rumah Ibadah (Langgar) .
Subdesa Tersebut Dipimpin oleh Seorang Kepala Jaga yang Dijabat Oleh Ali Mangambali. Tepatnya Pada Tahun 1959, Palam Memisahkan Diri dari Subdesa Kombutokan dan Menjadi Desa Defenitif.
Desa Palam yang Pernah Dihantam Gelombang Tsunami Pada 4 Mei 2000 Telah
dipimpin oleh beberapa Kepala Desa, antara lain:
- Djafar Dagi: 1959–1961
- Djuhuria: 1961–1962
- Adjabu Mangambali: 1962–1964
- Tiam Stibis: 1964–1984
- Lahamin Yaduna: 1984–1987
- Pjs. Asis Dg Maeso: 1987–1990
- Tiam Stibis: 1990–1998
- Laudu Lamandapo: 1998–2004
- Alfian A Saubi: 2004–2009
- Pjs. Hartini: 2009–2010
- Subianto: 2010–sekarang
A. LUAS DAN BATAS WILAYAH DESA PALAM
1. Luas Wilayah: 15.400
Ha.
2 Batas Wilayah Desa Palam:
- Sebelah Utara Berbatasan Dengan Laut Selat Peling.
- Sebelah Timur Berbatasan Dengan Desa Kombutokan Kecamatan Totikum.
- Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Desa Batangbabasal Kecamatan Totikum.
- Sebelah Barat Berbatasan Dengan Desa Luksagu Kecamatan Tinangkung Utara.
B. KONDISI GEOGRAFIS
- Ketinggian Tanah dari Permukaan Laut: 14 Meter.
- Banyaknya Curah Hujan: 490 MM / Tahun.
- Topografi: Pesisir Pantai.
- Suhu Rata – Rata: 35 oC – 40oC.
C. ORBITASI
A. Waktu Kepusat Pemerintahan.
1. Kepusat Ibu Kota Kecamatan: < 30 – 45 Menit.
2. Kepusat Ibu Kota Kabupaten: ± 60 Menit.
3. Kepusat Ibu Kota Provinsi: ± 32 Jam.
B. Jarak Kepusat Pemerintahan
- Kepusat Ibu Kota Kecamatan: ± 7 Km.
- Kepusat Ibu Kota Kabupaten: ± 30 Km.
- Kepusat Ibu Kota Provinsi: ± 810 Km.