PT PGN LNG Indonesia adalah anak usaha PGN yang berbisnis di bidang pengadaan dan regasifikasi LNG. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini mengoperasikan FSRU Lampung yang terletak sekitar 21 kilometer di lepas pantai Labuhan Maringgai, Lampung Timur, dengan kapasitas 1,7 juta ton per tahun dan dapat mengirim gas sebanyak 240 MMSCFD.[2][3]
Sejarah
Perusahaan ini didirikan oleh PGN pada tahun 2012, dan setahun kemudian, perusahaan ini mulai menyiapkan skema pengoperasian Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Lampung. Pada bulan
Februari 2014, perusahaan ini mendapat novasi proyek FSRU Lampung dari PGN, dan pada awal bulan Juli 2014, perusahaan ini mengkonfirmasi pembelian 1 kargo LNG dari ladang gas Tangguh. Pada akhir bulan Juli 2014, untuk pertama kalinya, FSRU Lampung mendapat pasokan LNG, dan pada bulan Oktober 2014, untuk pertama kalinya, FSRU Lampung mengalirkan gas hasil regasifikasi sebanyak 120 MMBTU.
Pada bulan Oktober 2015, perusahaan ini ditunjuk sebagai pemasok gas untuk pabrik feronikel milik Aneka Tambang di Pomalaa, Kolaka. Pada bulan Januari 2018, bersama PT Saka Energi Investasi, perusahaan ini membentuk Bentang Energi Indonesia Ltd. di Hongkong untuk berbisnis di bidang perdagangan LNG. Pada bulan Februari 2018, bersama Keppel Singmarine Pte Ltd., PT Enviromate Technology Internasional, dan PT Rekayasa Industri, perusahaan ini membentuk sebuah konsorsium untuk mengerjakan proyek FSRU Gorontalo. Pada bulan Juli 2018, bersama PT Papua Doberai Mandiri, perusahaan ini juga mendirikan PT Padoma Global Neo Energi guna mengelola alokasi LNG dari ladang gas Tangguh untuk Provinsi Papua Barat. Pada tanggal 1 Oktober 2019, bersama PT Pelindo Energi Logistik, perusahaan ini membentuk PT Lamong Nusantara Gas untuk mengelola dan mengoperasikan Terminal LNG Jawa Timur.
Pada tanggal 9 Oktober 2019, bersama PT Tripatra Engineers & Constructors dan PT Saipem Indonesia, perusahaan ini juga membentuk sebuah konsorsium guna mengerjakan proyek pengembangan infrastruktur LNG untuk PLTG di Sorong, Manokwari, Nabire, Jayapura, dan Biak.[2][3] Pada tahun 2022, perusahaan ini menguji coba mengubah bahan bakar dari salah satu kereta pembangkit milik Kereta Api Indonesia, yang awalnya menggunakan bahan bakar diesel diubah menjadi LNG. Dari uji coba tersebut, ditemukan bahwa LNG 37% lebih efisien daripada bahan bakar diesel.[4]
Referensi