Ophelia
Ophelia adalah seorang karakter fiksi dalam permainan panggung Hamlet karya William Shakespeare. Ophelia adalah seorang wanita bangsawan muda dari Denmark, putri dari Polonius, saudari dari Laertes, dan istri potensial dari Pangeran Hamlet. Ia merupakan salah satu dari dua karakter perempuan pada permainan panggung tersebut, bersama dengan Ratu Gertrude. AlurDalam penampilan berbicara pertamanya pada permainan panggung,[1] Ophelia terlihat bersama dengan saudaranya, Laertes, yang akan berangkat menuju Perancis. Laertes memperingatinya bahwa Hamlet, pewaris takhta Denmark, tidak memiliki kebebasan untuk menikahi siapapun yang ia inginkan. Ayah Ophelia, Polonius, masuk setelah Laertes pergi. Ia juga melarang Ophelia mengejar Hamlet, karena Polonius khawatir Hamlet tidak tulus dengan perasaannya. Pada penampilan Ophelia selanjutnya, ia memberitahu Polonius bahwa Hamlet menyerbu ke kamarnya dengan pakaian yang ganjil dan raut wajah yang "ganas". Ia hanya menatap, mengangguk tiga kali tanpa berbicara kepadanya. Dari apa yang dikatakan Ophelia, Polonius menyimpulkan bahwa ia telah melakukan kesalahan karena melarang Ophelia menemui Hamlet, dan Hamlet pasti sedang mabuk asmara dengannya. Polonius segera menemui Claudius, raja baru Denmark yang juga pamannya Hamlet serta ayah tirinya, dan menceritakan situasinya. Lalu Polonius menyarankan Claudius agar mereka sembunyi dibalik tapestri untuk menguping Hamlet berbicara kepada Ophelia, dimana Hamlet pikir pembicaraan tersebut rahasia. Karena sekarang Polonius yakin bahwa Hamlet mencintai Ophelia dengan sepenuh hati, ia pikir Hamlet akan menyatakan cintanya kepada Ophelia. Claudius setuju untuk melakukan rencana menguping tersebut nanti. Rencana tersebut mengarah ke adegan yang secara umum disebut "Adegan Biara", karena adanya penggunaan istilah biara yang merujuk pada sebuah konven, namun pada masa itu juga istilah yang populer untuk sebuah rumah bordil. Polonius menyuruh Ophelia berdiri di lobi kastil sementara ia dan Claudius bersembunyi. Hamlet mendekati Ophelia dan berkata kepadanya untuk pergi ke rumah bordil. Hamlet bertanya dimanakah ayahnya Ophelia, Ophelia berbohong dan berkata ayahnya berada di rumah. Hamlet sadar ia sedang dimata-matai, dan pergi setelah berkata bahwa mereka tidak akan menikah. Ophelia ditinggalkan sendirian dengan limbung dan patah hati, yakin bahwa Hamlet sudah tidak waras. Setelah Hamlet bergegas pergi, Ophelia membuat senandika "O, what a noble mind is here o'erthrown". Ophelia muncul untuk yang kedua kalinya di "Drama Perangkap Tikus", yang direncanakan Hamlet untuk membuktikan bahwa Claudius telah membunuh Raja Hamlet. Hamlet duduk bersama Ophelia dan membuat ucapan yang menjurus ke arah seksual; dia juga berkata bahwa cinta seorang perempuan hanyalah sementara. Pada malam itu juga, setelah pementasan drama, Hamlet membunuh Polonius pada saat pertemuan rahasia antara Hamlet dan ibunya, Ratu Gertrude. Di penampilan Ophelia selanjutnya, setelah kematian ayahnya, dia telah kehilangan kewarasannya, apa yang dikira tokoh lainnya sebagai bentuk duka kepada ayahnya. Dia berbicara dalam bentuk teka-teki dan rima, serta menyanyikan beberapa lagu yang "gila" dan tidak senonoh mengenai kematian dan seorang gadis kehilangan keperawanannya. Dia pergi setelah mempamitkan semua orang "selamat malam". Kali terakhir Ophelia muncul di drama ini pada saat Laertes pergi ke kastil untuk menantang Claudius atas kematian ayahnya, Polonius. Ophelia bernyanyi lebih banyak lagi dan membagikan bunga, menyebutkan arti simbolisnya, meskipun interpretasi artinya berbeda. Satu-satunya herba yang Ophelia berikan untuk dirinya sendiri adalah inggu; "...there's rue for you, and here's some for me; we may call it herb of grace o' Sundays; O, you must wear your rue with a difference". Tanaman inggu dikenal sebagai simbol untuk penyesalan, namun tanaman tersebut juga digunakan untuk meredakan sakit, memar, dan menginduksi aborsi. Di Babak 4 Adegan 7, Ratu Gertrude melaporkan bahwa Ophelia memanjat pohon dedalu (ada pohon dedalu yang tumbuh di tepi anak sungai, dan dahannya patah dan Ophelia terjatuh ke anak sungai, dan ia tenggelam. Gertrude berkata bahwa Ophelia terlihat "tidak sanggup dengan penderitaannya". Pemberitahuan Gertrude mengenai kematian Ophelia menjadi salah satu adegan pemberitahuan kematian yang paling puitis di dunia literasi. Beberapa saat kemudian, seorang juru kunci di tempat penguburan bersikeras bahwa Ophelia membunuh dirinya sendiri. Laertes murka dengan apa yang dikatakannya, dan membalas bahwa Ophelia akan menjadi malaikat di surga ketika pria itu "mengerang" di neraka. Di pemakaman Ophelia, Ratu Gertrude menaburkan bunga di kuburannya ("Sweets to the sweet"), dan berkata bahwa dia telah mengharapkan Ophelia menjadi istri Hamlet (berbanding terbalik dengan peringatan Laertes kepada Ophelia di babak pertama). Laertes melompat ke ekskavasi kuburan Ophelia, meminta penguburannya ditahan sampai ia telah mendekapnya untuk kali terakhir dan mengklaim betapa ia mengasihinya. Hamlet, di dekatnya, kemudian menantang Laertes dan mengklaim bahwa ia mencintai Ophelia lebih dari apa yang "empat puluh ribu" saudara bisa. Claudius kemudian berjanji untuk membangun monumen atas memorinya. Setelah adegan pemakamannya, Ophelia tidak pernah disebutkan lagi. PemerananOphelia diperankan pada layah sejak hari-hari film bisu awal. Dorothy Foster memerankan Ophelia bersama dengan Hamlet yang diperankan oleh Charles Raymond dalam film 1912 Hamlet. Jean Simmons memerankan Ophelia bersama dengan penampilan Hamlet pemenang Oscar Laurence Olivier pada 1948; Simmons juga dinominasikan pada Penghargaan Akademi untuk Aktris Pendukung Terbaik. Paling terkini, Ophelia diperankan oleh Marianne Faithfull (1969), Helena Bonham Carter (1990), Kate Winslet (1996), Julia Stiles (2000) dan Gugu Mbatha-Raw (2009). Tema-tema yang berkaitkan dengan Ophelia pada beberapa film yakni Ophelia Learns to Swim (2000), dan Dying Like Ophelia (2002).[2] Catatan kakiReferensi
Pranala luar
|