"Old 100th" atau "Old Hundredth" (juga dikenal sebagai "Old Hundred") adalah nada himne dengan metrum panjang, dari edisi kedua Mazmur Jenewa. Nada ini adalah salah satu melodi paling dikenal di banyak tradisi musik Kekristenan Barat. Lagu ini biasanya dikaitkan dengan komponis Prancis Louis Bourgeois (ca 1510–ca.1560).
Mazmur Jenewa disusun selama beberapa tahun di kota Jenewa, Swiss, yang merupakan pusat kegiatan Protestanselama masa Reformasi, sebagai tanggapan atas ajaran John Calvin bahwa menyanyikan mazmur secara komunal dalam bahasa vernakular merupakan aspek dasar kehidupan gereja.[1] Hal ini berbeda dengan praktik Katolik yang berlaku pada saat itu, di mana teks-teks suci hanya dilantunkan dalam bahasa Latin oleh para klerus.[2] Para musikus Calvinis termasuk Bourgeois memberikan banyak melodi baru dan mengadaptasi melodi lainnya dari sumber sakral dan sekuler. Versi terakhir dari mazmur ini selesai pada tahun 1562.[3] Calvin bermaksud agar melodi-melodi tersebut dinyanyikan dalam bentuk cantus planus selama kebaktian di gereja, tetapi versi harmonisnya juga disediakan untuk dinyanyikan di rumah.
Syair
Syair asli yang yang dibuat untuk lagu ini dalam Mazmur Jenewa adalah parafrase dari Mazmur 134:
You faithful servants of the Lord, sing out his praise with one accord, while serving him with all your might and keeping vigil through the night.
Unto his house lift up your hand and to the Lord your praises send. May God who made the earth and sky bestow his blessings from on high.
Old 100th biasanya digunakan untuk menyanyikan lirik yang dimulai dengan "All People That on Earth Do Dwell", Mazmur 100, sebuah versi yang berasal dari Mazmur Anglo-Jenewa (1561) dan diatribusikan kepada pendeta Skotlandia William Kethe.[5] Kethe berada dalam pengasingan di Jenewa saat itu, karena Reformasi Skotlandia baru saja dimulai. Bait pertamanya adalah sebagai berikut:[6]
All people that on earth do dwell, Sing to the Lord with cheerful voice; Him serve with mirth, His praise forth tell; Come ye before Him and rejoice.
Sebuah himne yang biasa dinyanyikan dengan Old 100th adalah "Praise God, from Whom All Blessings Flow," menggunakan teks yang sering disebut sebagai Doksologi, yang ditulis pada tahun 1674 oleh Thomas Ken, seorang uskup di Gereja Inggris.[7] Nyanyian pujian ini awalnya adalah syair terakhir dari himne yang lebih panjang berjudul "Awake, My Soul, and With the Sun,"[8] meskipun nyanyian ini paling sering dinyanyikan sendiri sebagai sebuah doksologi. Teks tradisionalnya adalah:
Praise God, from Whom all blessings flow; Praise Him, all creatures here below; Praise Him above, ye heavenly host; Praise Father, Son, and Holy Ghost.
Doksologi dalam bahasa Indonesia
Ada paling sedikit tiga versi syair doksologi dalam bahasa Indonesia
Versi yang diambil dari buku himne Puji-Pujian Kristen (PPK) terbitan SAAT yang mengajarkan doktrin Tritunggal. Syair ini memakai klimaks "Pohon s'lamat sumber berkat". Istilah "pohon s'lamat" diambil dari Alkitab Terjemahan Lama yang berarti "Tuhan itu keselamatanku".
Versi yang diambil dari buku himne Kidung Jemaat (KJ) terjemahan Yayasan Musik Gereja (Yamuger) yang lebih mirip ke versi bahasa Inggris. Sajaknya adalah a-a-b-b
Versi baru yang diambil dari Kidung Puji-Pujian Kristen (KPPK) terjemahan tim SAAT yang sangat dekat ke versi bahasa Inggris, hanya saja sajaknya tidak puitis (a-b-a-c)
PPK Lama
KJ
PPK Baru
Puji Allah Bapa, Putra,
Puji Allah Roh'ul Kudus,
Ketiganya yang Esa,
Pohon s'lamat sumber berkat.
Amin.
Pujilah Khalik Semesta,
Sumber segala kurnia,
Sorga dan bumi puji t'rus,
Sang Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Amin.
Puji Allah sumber berkat,
Puji Dia s'mua ciptaanNya,
Puji Dia para malaikat,
Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Amin.
Himne Doksologi ini kemudian hari disebut "Te Deum Laudamus Umat Protestan", yang berarti "Himne Pujian Untuk Umat Protestan".
Nada
Lagu ini pertama kali muncul dalam Mazmur Jenewa, digabungkan dengan teks metrum Prancis untuk Mazmur 134. Selama bertahun-tahun, nada tersebut terkadang dimodifikasi secara ritmis. Di bawah ini adalah seperti yang ditetapkan oleh Johann Sebastian Bach dalam gerakan terakhir dari kantatanya Herr Gott, dich loben alle wir (BWV 130).