Ohrwurm (secara harfiah berarti cacing telinga), kadang dikenal dengan nama terngiang-ngiang, cacing otak,[1]musik lekat, earworm, atau sindrom lagu dan pembicaraan tersangkut,[2] adalah sebuah kejadian dimana musik atau pembicaraan yang terus terulang-ulang dalam pikiran seseorang meski lagu atau pembicaraan tersebut sudah tidak didengar.[3]
Etimologi
Frase-frase yang dipakai untuk menyebut ohrwurm meliputi "pengulangan citraan musikal", "citraan musikal yang tidak disengaja", dan "sindrom lagu tersangkut".[1][4][5] Kata Ohrwurm berasal dari bahasa Jerman.[6] Penggunaan terlawas dalam bahasa Inggris yang diketahui adalah pada novel tahun 1978 Desmond BagleyFlyaway.[7]
Penyebab
Vicky Williamson dari Universitas London melakukan studi tidak terkontrol dan menemukan bahwa ohrwurm terjadi karena dipicu oleh pengalaman yang yang mengingatkan suatu lagu (memori yang tidak disengaja) seperti melihat kata yang mengingatkan salah satu lagu, mendengarkan beberapa nada dari lagu, atau merasakan emosi yang dikaitkan dengan lagu tersebut. Lagu yang dipakai dalam studi tersebut pun tidak memiliki pola hubungan selain sama-sama populer.[8]
Menurut penelitian oleh James Kellaris, 98% orang pernah mengalami ohrwurm. Wanita dan pria sama-sama memiliki kemungkinan mengalami hal ini, tetapi cacing telinga cenderung bertahan lebih lama untuk wanita dan tentunya mereka merasa lebih jengkel.[9] Kellaris membuat statistik yang menunjukkan bahwa 73,7% kasus ohrwurm disebabkan oleh lagu-lagu yang memiliki lirik, sedangkan musik instrumental yang menyebabkan ohrwurm hanya 7,7%.[10]
British Journal of Psychology menyatakan bahwa ohrwurm biasanya berdurasi 15 hingga 30 detik dan lebih umum pada mereka yang suka dengan musik.[11]
Mengerjakan tugas yang memerlukan tenaga pikiran yang banyak.[13][14]
Mencari lagu lainnya dan didengarkan sebagai "lagu obat".[15][16]
Penelitian
Para peneliti yang mempelajari dan menulis tentang fenomena tersebut meliputi Theodor Reik,[17] Sean Bennett,[18] Oliver Sacks,[1]Daniel Levitin,[19] James Kellaris,[20] Philip Beaman,[21] Vicky Williamson,[22] dan, dalam sudut pandang yang lebih teoretikal, Peter Szendy.[23] Fenomena ohrwurm adalah hal yang lumrah dan tidak sama dengan palinakousis, sebuah kondisi medis langka yang disebabkan oleh kerusakan lobus temporalis pada otak yang mengakibatkan halusinasi auditori.[24]
^Desmond Bagley, FlyawayDiarsipkan 2015-05-21 di Wayback Machine. (1978), p. 41: "I fell into a blind, mindless rhythm and a chant was created in my mind what the Germans call an 'earworm' something that goes round and round in your head and you can't get rid of it. One bloody foot before the next bloody foot."
^Beaman, C. P.; Williams, T. I. (2010). "Earworms (stuck song syndrome): Towards a natural history of intrusive thoughts". British Journal of Psychology. 101 (4): 637. doi:10.1348/000712609X479636.
^Kellaris, James J. (Winter 2001). "Identifying Properties of Tunes That Get 'Stuck in Your Head'". Proceedings of the Society for Consumer Psychology. Scottsdale, AZ: American Psychological Society: 66–67.
^Beaman, C. P.; Williams, T. I. (2010). "Earworms (stuck song syndrome): Towards a natural history of intrusive thoughts". British Journal of Psychology. 101 (4): 637. doi:10.1348/000712609X479636.