Norwegianisasi (bahasa Norwegia: fornorsking av samer) merupakan kebijakan resmi yang diterapkan oleh pemerintah Norwegia terhadap orang Sámi dan kemudian Kven di Norwegia bagian utara, dengan tujuan mengasimilasikan penduduk asli berbahasa non-Norwegia menjadi seragam dalam etnis dan budaya dengan populasi Norwegia.
Proses asimilasi dimulai tahun 1700an, dan pada saat itu motifnya hanya penyebaran agama. Selama tahun 1800an proses ini semakin dipengaruhi oleh Darwinisme sosial dan nasionalisme, sehingga orang Sámi dan budayanya dianggap primitif dan tidak beradab. Oleh karena itu, ada argumen bahwa mereka harus menyerah kepada negara bangsa Norwegia.
Setelah Perang Dunia Kedua, argumen berbasis ras terkait asimilasi mulai kehilangan daya tarik ideologis. Periode ini juga merupakan waktu di mana sistem kesejahteraan diperkuat di Norwegia. Oleh karena itu, kebijakan asimilasi berikutnya dibingkai sebagai bagian dari pembangunan sosial di area-area Sámi.
Pada 1997, Raja Norwegia, HMRaja Harald V mengakui perbuatan Negara Norwegia, dan membuat permintaan maaf resmi atas nama pemerintah kepada orang Sámi dan Kven, menjadi perwakilan pertama yang melakukan hal ini:
"Negara Norwegia diberdirikan di atas wilayah dengan dua bangsa - orang Sámi dan orang Norwegia. Sejarah Sámi saling terikat dengan sejarah Norwegia. Saat ini, kami menyampaikan penyesalan kami atas nama negara untuk ketidakadilan yang dilakukan terhadap orang Sámi dalam kebijakan Norwegianisasi yang keras."