Nicolaas Verhoeven, M.S.C. (2 Juni 1896 – 31 Maret 1981) adalah seorang imamMisionaris Hati Kudus (MSC) yang berasal dari Belanda. Ia terpilih sebagai Vikaris ApostolikManado pada 13 Maret 1947, sebelum diangkat menjadi uskup pertama Manado pada 3 Januari 1961. Pengunduran dirinya sebagai Uskup Manado secara resmi diterima pada 26 Juni 1969.
Latar belakang
Nicolaas lahir dari pasangan Adriaan Verhoeven dan Anna Maria Verstijnen.[1] Adriaan bekerja sehari-hari sebagai seorang petani. Ia masuk secara resmi sebagai anggota Misionaris Hati Kudus di Biara MSC Tilburg pada 28 September 1917, pada saat ia mengucapkan kaul perdananya. Lima tahun kemudian, bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga pada 15 Agustus 1922, Verhoeven ditahbiskan menjadi imam.[2]
Karya sebagai imam
Setelah menerima tahbisan imamat, Verhoeven mulai menjalani tugas sebagai misionaris. Ia berangkat ke Papua dan tiba di sana pada tahun 1923. Pada saat tiba di Papua, ia turut terlibat dalam misi untuk membuka daerah yang sebelumnya sulit diakses. Verhoeven juga mendirikan beberapa sekolah peradaban (beschavingsschooltjes).[3] Ia menjadi pemimpin misi di Papua sejak 1935 hingga 1942.
Beberapa bulan setelah tahbisan episkopal dan perayaan pesta perak imamatnya, Verhoeven bertolak menuju Manado. Di sana ia membangun Gereja Katedral Manado yang sebelumnya hancur karena perang yang berlangsung. Ia juga membangun gedung Seminari Fransiskus Xaverius Kakaskasen yang ditujukan untuk persiapan para calon imam.[4] Pada saat itu, pendidikan seminari tinggi berlangsung di Pulau Jawa, sementara para calon imam yang melanjutkan tahap novisiat dan studi teologi diberangkatkan ke Manila, Filipina.
Mgr Verhoeven menaruh perhatian pada kegiatan gerejawi umat terutama terkait wadah dalam bentuk paroki dan juga stasi. Hal ini berpuncak pada tercapainya suatu titik stabil (stabilitas loci). Hal ini juga didukung dengan kunjungan rutin para imam kepada para umat dalam melayani sakramen serta memberikan pengajaran. Nilai pendidikan ini terus berkembang hingga terwujudnya Sekolah Dasar Roma Katolik (SDRK). Semua anak yang beragama Katolik saat itu wajib mengikuti pendidikan di SDRK.[5]
Pada tahun 1951, Manado dikunjungi oleh Internuncio Kepausan, Georges Marie Joseph Hubert Ghislain de Jonghe d'Ardoye, M.E.P. yang membuahkan pendirian suatu seminari di Pineleng. Hal ini untuk menjawab kebutuhan pendidikan dan pelatihan para calon imam lokal di wilayah Indonesia timur. Meskipun pada waktu itu sudah tersedia sebuah seminari di Flores, namun seminari tersebut hanya dikhususkan bagi para calon Serikat Sabda Allah (SVD). Secara keuangan, seminari ini didukung dari Belanda, dan juga beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Ambon dan Purwokerto.[6] Seminari ini mulai beroperasi pada tahun 1954 dengan nama Seminari Agung Hati Kudus Pineleng.
Seiring peningkatan status Vikariat Apostolik Manado menjadi Keuskupan Manado yang terjadi terkait Konstitusi Apostolik Qoud Christus Adorandus tentang berdirinya Hierarki Gereja Katolik di Indonesia secara mandiri oleh Paus Yohanes XXIII, maka status Verhoeven berubah dari Vikaris Apostolik Manado menjadi Uskup Manado sejak 3 Januari 1961. Sebagai seorang uskup, ia menghadiri keempat sesi dalam Konsili Vatikan II yang berlangsung sejak 1962 hingga 1965.
Pengunduran diri Verhoeven sebagai Uskup Manado diterima pada 26 Juni 1969. Pada saat yang sama, ia ditunjuk sebagai Uskup Tituler Strongoli. Kepemimpinan di Manado dilanjutkan oleh Uskup Auksilier Manado, Theodorus Hubertus Moors, M.S.C. yang terpilih sebagai Uskup Manado kedua. Verhoeven mengajukan pengunduran diri dari gelar Uskup Tituler Strongoli pada 15 September 1976.
Pada 31 Maret 1981, Verhoeven meninggal dunia di Tilburg dalam usia 84 tahun.
Penghargaan
Sebuah jalan di kota kelahiran Verhoeven, Oisterwijk, dinamai menurutnya sejak tahun 1960. Pada perayaan emas imamat dan perak episkopalnya, ia menerima sebuah medali perak dari Dewan Kota Oisterwijk.