Nasib orang yang tidak mengetahui, juga dikenal sebagai takdir orang yang tak diinjili, adalah sebuah pertanyaan eskatologi tentang takdir mutlak dari orang yang tak mendapatkan teologi atau doktrin tertentu dan sehingga tak memiliki kesempatan untuk menganutnya. Pertanyaaannya adalah apakah orang yang tak pernah mendengar kewajiban-kewajiban yang dikeluarkan melalui wahyu ilahi akan dihukum karena gagal menjalankan kewajiban-kewajiban tersebut.
Pertanyaan tersebut terkadang ditujukan dalam kombinasi dengan pertanyaan serupa terhadap nasib orang yang tak percaya. Tradisi kepercayaan berbeda memiliki tanggapan berbeda terhadap pertanyaan tersebut. Dalam Kristen, nasib orang yang tidak mengetahui berkaitan dengan pertanyaan dosa asal. Karena beberapa orang menyatakan bahwa bacaan kitab-kitab agama mengharuskan hukuman berat bagi orang-orang yang tak pernah mendengar agama tersebut, pertanyaan tersebut terkadang dimajukan sebagai argumen melawan keberadaan Tuhan dan umumnya diterima sebagai pernyataan atau bagian dari masalah kejahatan.
Gereja Katolik meyakini bahwa Yesus Kristus memberikan keselamatan "bagi semua orang lewat kematian-Nya di atas kayu salib, namun beberapa orang memilih untuk menolaknya."[2] Gereja Katolik mengajarkan bahwa keselamatan datang dari "Allah sendiri", namun Gereja adalah "bunda"nya dan "guru" dari keimanannya.[3] Sehingga, "seluruh keselamatan datang lewat Gereja", dan Gereja Katolik memperantarai keselamatan Kristus lewat sakramen-sakramen. Secara khusus, Gereja Katolik mengajarkan bahwa pembaptisan Kristen dibutuhkan untuk keselamatan,[4] dan bahwa Gereja Katolik juga dibutuhkan sebagai "sakramen keselamatan universal", namun beberapa orang dapat bergabung dengan Gereja lewat baptisan rindu atau lewat baptisan darah (kemartiran) dalam ketiadaan baptisan ritus, dan sehingga keselamatan juga dapat diraih melalui Gereja. "Keilahian dan iman Katolik", yang tak dapat diraih lewat kehendak bidaah, dan kasih juga dibutuhkan untuk keselamatan, seperti saat sekarat dalam keadaan rahmat. Ajaran Katolik mengijinkan keselamatan bagi orang yang benar-benar menghiraukan Gereja Katolik, yang "mencari kebencaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya akan hal itu".[5] Mengenai nasib orang yang tidak mengetahui, para teolog Katolik biasanya mengajarkan bahwa terdapat empat syarat untuk keselamatan, dengan dua syarat jika Injil telah disebarkan di wilayah tersebut:[6]
Allah mengkaruniai orang baik dan menghukum orang jahat.[6]
Allah adalah Tritunggal Kudus: Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus.[6]
Allah Putra, Yesus Kristus, menjadi manusia untuk kita, disalibkan, wafat dan bangkit .[6]
Dalam pandangan Katolik, para katekumen yang belum dibaptis dapat diselamatkan karena keinginan untuk menjalani sakramen baptisan, bersama dengan silih bagi dosa-dosa peniten, bersama dengan pencapaian "ilahi dan iman Katolik", mendorong keselamatan.[7] Dalam kasus orang budiman yang tidak mengetahui, "Orang dapat mengandaikan bahwa orang-orang semacam itu memang menginginkan Pembaptisan" dan, secara garis besar, Allah dapat mengijinkan mereka untuk meraih keselamatan.[5]
Sebuah masalah serupa muncul dalam Islam, karena otoritas-otoritas berbeda dalam kepercayaan tersebut mengeluarkan teori-teori berbeda mengenai takdir orang-orang yang tak mengetahui Muhammad atau Allah. Islam umumnya menolak kemungkinan bahwa orang-orang yang tak pernah menerima wahyu-wahyu yang berasal dari al-Qur'an dapat secara otomatis menerima hukuman.[9]
Sesungguhnya, orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin, dan Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.[11]
Pandangan lain
Masalah orang yang tidak diinjili tak berkembang dalam tradisi-tradisi agama atau spiritual seperti deisme, pandeisme dan panteisme.
Dalam Agama Buddha, seluruh makhluk, entah didakwahi atau tidak, masih akan terlahir kembali sampai mereka mencapai Nirwana."[12]
Dante berniat untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan tingkat satu dari Neraka dalam Divine Comedy, dimana para pagan budiman berdiam. Mereka dikatakan sebagai orang-orang yang hidup sebelum zaman Yesus dan sehingga tak dapat memasuki Purgatorium atau Surga. Salah satu dari mereka adalah Virgil, pemandu Dante saat datang ke Neraka dan Purgatorium.
Referensi
^ abcKesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama ct
^Catechism of the Catholic Church, 2nd ed., para. 1741
^Catechism of the Catholic Church, 2nd ed., para. 169.
^Catechism of the Catholic Church, 2nd ed., para. 1257 et seq.
^ abCatechism of the Catholic Church, 2nd ed., para. 1260.
^ abcdeNew Catholic Encyclopedia: Ead-Fre (dalam bahasa English). Thomson/Gale. 2003. hlm. 602. ISBN9780787640095.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Catechism of the Catholic Church, 2nd ed., para. 1259