New Orleans

Kota New Orleans
Ville de La Nouvelle-Orléans
Orleans Parish
Dari kiri atas: St. Charles Avenue,Loyola University dan Tulane University, pemandangan Central Business District, Jackson Square, dan pemandangan Royal Street di French Quarter.
Dari kiri atas: St. Charles Avenue,Loyola University dan Tulane University, pemandangan Central Business District, Jackson Square, dan pemandangan Royal Street di French Quarter.
Bendera Kota New Orleans
Lambang resmi Kota New Orleans
Julukan: 
"The Crescent City", "The Big Easy", "The City That Care Forgot", "Nawlins" and "NOLA" (acronym for New Orleans, Louisiana).
Lokasi di negara bagian Louisiana
Lokasi di negara bagian Louisiana
NegaraAmerika Serikat
Negara bagianLouisiana
ParishOrleans
Ditemukan1718
Pemerintahan
 • MayorMitch Landrieu (D)
Luas
 • City and Parish350,2 sq mi (907 km2)
 • Luas daratan180,6 sq mi (467,6 km2)
 • Luas perairan169,7 sq mi (439,4 km2)
 • Luas metropolitan
3,755,2 sq mi (9,726,6 km2)
Ketinggian
−6,5 - 20 ft (−2 - 6 m)
Populasi
 (2010)[1]
 • City and Parish343.829
 • Kepadatan1.965/sq mi (759/km2)
 • Metropolitan
1.235.650
DemonimNew Orleanian
Zona waktuUTC-6 (CST)
 • Musim panas (DST)UTC-5 (CDT)
Kode area telepon504
Situs webnola.gov

New Orleans (/ˈnj ɔːrˈlnz/, pembacaan lokal: /n ˈɔːrlənz/ atau /ˈnɔːrlənz/; bahasa Prancis: La Nouvelle-Orléans [la nuvɛlɔʁleɑ̃] ( simak)) adalah salah satu pelabuhan utama di Amerika Serikat sekaligus kota terbesar di negara bagian Louisiana. Lokasinya yang berdekatan dengan Teluk Meksiko dan sekaligus di muara Sungai Mississippi menjadikannya sebuah hub yang bagus untuk perjalanan ke dan dari Amerika Selatan. Pada tahun 2009, kawasan metropolitan New Orleans berpenduduk 1.235.650 orang sehingga dicatat sebagai kota metropolitan terbesar ke-46 di Amerika Serikat.

Kota ini berada di Selatan Amerika Serikat, di bagian tenggara Louisiana. Sungai Mississippi membelah kota menjadi dua bagian. Dua danau besar, Danau Pontchartrain berada di utara kota, dan Danau Borgne di sebelah timur.[2] Di utara, kota ini berbatasan dengan Paroki St. Tammany yang berada di seberang Danau Pontchartrain, di barat dengan Paroki St. Bernard, di selatan dengan Paroki Plaquemines, serta Paroki Jefferson di sebelah barat dan selatan.[2][3][4]

Nama "New Orleans" diambil untuk menghormati Philippe II, Adipati Orléans yang menjabat Bupati Prancis waktu itu. Sebagai kota di Selatan Amerika Serikat. Kota ini memiliki warisan multikultural dan multibahasa yang kaya.[5] New Orleans juga terkenal dengan bangunan gedung berarsitektur Prancis Kreol, masakan khas, musik (khususnya sebagai tempat kelahiran musik jazz),[6][7] serta perayaan tahunan dan festival, terutama Mardi Gras, festival jazz, dan Sugar Bowl. Kota ini juga sering disebut sebagai kota "terunik" di Amerika.[8][9][10][11][12]

Sejarah

Awal hingga abad ke-19

La Nouvelle-Orléans (New Orleans) didirikan 7 Mei 1718 oleh French Mississippi Company di bawah pimpinan Jean-Baptiste Le Moyne de Bienville di atas tanah yang dihuni oleh suku Chitimacha. Kota ini dinamakan untuk menghormati Philippe d'Orléans bergelar Adipati Orléans yang menjabat Bupati Prancis waktu itu. Gelarnya berasal dari nama kota Orléans di Prancis. Koloni Prancis di Amerika diserahkan kepada Kekaisaran Spanyol berdasarkan Traktat Paris (1763). Semasa Perang Revolusi Amerika, New Orleans berperan sebagai pelabuhan penting untuk barang-barang selundupan yang dikirim untuk membantu para pemberontak. Perlengkapan dan pasokan militer dibawa menghilir Sungai Mississippi. Bernardo de Gálvez y Madrid, Count dari Gálvez berhasil mengusir tentara Inggris dari New Orleans pada 1779.[13] Kota ini tetap berada di bawah penguasaan Spanyol hingga 1801 sebelum dikembalikan kepada Prancis. Hampir semua bangunan berarsitektur abad ke-18 di Vieux Carré (French Quarter) berasal dari masa penjajahan Spanyol (bangunan Biara Old Ursuline termasuk salah satu pengecualian).[14] Napoleon menjual teritori Louisiana milik Prancis kepada Amerika Serikat berdasarkan perjanjian Pembelian Louisiana tahun 1803. Setelah itu, kota ini berkembang dengan pesat berkat gelombang kedatangan orang Amerika, Prancis, Kreol, Irlandia, Jerman, dan Afrikan. Perkebunan besar yang menghasilkan komoditas penting seperti gula dan kapas bermunculan di luar kota berkat adanya para budak pekerja perkebunan.

Pertempuran New Orleans (1815)

Revolusi Haiti yang terjadi pada 1804 di koloni Prancis St. Domingue berakhir dengan didirikannya negara republik pertama yang dipimpin oleh orang kulit hitam. Pengungsi Haiti, orang kulit putih maupun orang kulit berwarna yang bebas (affranchis atau gens de couleur libres) berdatangan di New Orleans, dan kerap kali mengajak budak-budak mereka. Sementara Gubernur Claiborne dan para pejabat lainnya berniat membatasi kedatangan orang kulit hitam yang sudah bebas, orang Kreol Prancis justru berkeinginan memperbanyak penduduk berbahasa Prancis. Sejalan dengan makin bertambahnya pengungsi yang diizinkan menetap di Louisiana, imigran asal Haiti yang sebelumnya tinggal di Kuba juga ikut berdatangan. Hampir 90 persen dari para imigran tersebut menetap di New Orleans. Pada 1809, gelombang migrasi ke kota ini telah membawa 2.731 orang kulit putih, 3.102 orang merdeka keturunan Afrika, dan 3.226 budak pengungsi, sehingga populasi penduduk berbahasa Prancis bertambah dua kali lipat.[15] Sebagian dari penutur frankofon berkulit putih tersebut dideportasi oleh pejabat di Kuba sebagai reaksi terhadap rencana penganut paham Bonapartisme di Spanyol.[16]

Semasa kampanye terakhir Perang tahun 1812, Inggris mengirim tentara berkekuatan 11.000 prajurit untuk merebut New Orleans. Meskipun sulit, Andrew Jackson muda berhasil mengumpulkan segerombolan milisi setempat, orang kulit hitam merdeka, tentara reguler Angkatan Darat AS, penembak senapan dari Kentucky, dan privatir setempat untuk secara telak mengalahkan pasukan Inggris yang dipimpin Sir Edward Pakenham dalam Pertempuran New Orleans 8 Januari 1815. Kedua belah pihak yang bertempur tidak tahu bahwa perang sudah berakhir dengan ditandatanganinya Traktat Gent 24 Desember 1814.

Sebagai pelabuhan utama, New Orleans berperan penting dalam perdagangan budak Atlantik terutama pada masa-masa sebelum perang saudara Amerika. Pelabuhan kota ini menangani barang-barang impor dan komoditas dari pedalaman dalam kuantitas besar-besaran untuk diekspor. Semuanya digudangkan dan ditransfer di New Orleans ke kapal-kapal yang lebih kecil untuk didistribusikan di sepanjang daerah aliran Sungai Mississippi yang luas. Sungai di kota New Orleans ramai dengan kapal uap, tongkang, dan kapal layar. Meskipun berperan sebagai kota perdagangan budak, New Orleans pada saat yang bersamaan telah dijadikan tempat tinggal oleh komunitas kulit berwarna merdeka yang termakmur dan terbesar di Amerika Serikat. Di antara mereka sering terdapat kelas menengah pemilik properti dan terdidik.[6][17]

Dibandingkan kota-kota lain yang jauh lebih kecil di Selatan Amerika Serikat sebelum perang saudara, New Orleans memiliki pasar budak terbesar. Dua pertiga dari lebih dari satu juta budak dibawa ke kawasan Selatan Amerika Serikat melalui migrasi paksa yang diakibatkan perdagangan budak di dalam negeri. Uang dari hasil penjualan budak di Selatan Hilir Amerika Serikat diperkirakan sekitar 15% dari nilai ekonomi tanaman pangan makanan pokok. Para budak bernilai setengah miliar dolar yang dihitung sebagai harta milik, dan kegiatan ekonomi yang mendukung perdagangan budak—transportasi, perumahan, pakaian, ongkos-ongkos, dan sebagainya—diperkirakan sekitar 13,5% dari harga seorang budak. Semuanya semasa sebelum perang saudara bila dijumlah bernilai puluhan miliar dolar (nilai dolar tahun 2005 setelah memperhitungkan inflasi), dan keuntungannya terutama dinikmati oleh kota New Orleans.[18]

Mardi Gras di New Orleans, awal 1890-an.

Menurut sejarawan Paul Lachance, “kedatangan imigran berkulit putih di kalangan penduduk Kreol putih mempertahankan dominasi penutur bahasa Prancis sebagai populasi kulit putih mayoritas hingga hampir tahun 1830. Kalau saja sejumlah besar orang kulit berwarna yang merdeka dan para budak tidak ikut-ikutan berbahasa Prancis, komunitas orang Galia sebetulnya sudah menjadi penduduk minoritas sejak tahun 1820”[19] Sekitar waktu itu pula sejumlah besar imigran Jerman dan Irlandia mulai berdatangan. Penduduk kota bertambah dua kali lipat pada 1830-an, dan pada 1840 New Orleans telah menjadi kota terkaya dan berpenduduk terbanyak nomor tiga di Amerika Serikat.[20]

Tentara Uni berhasil merebut New Orleans pada tahap awal Perang Saudara Amerika Serikat sehingga kota ini selamat dari kehancuran seperti halnya diderita banyak kota-kota lainnya di Selatan.[21]

Pada 1850-an Frankofon putih bertahan sebagai komunitas yang bersatu dan bersemangat. Mereka mempertahankan bahasa Prancis sebagai bahasa pengantar di dua distrik dari empat distrik sekolah yang ada di kota ini.[22] Seperti telah ditakuti kalangan elite Kreol, keadaan tersebut berubah akibat pecahnya Perang Saudara. Pada 1862, bahasa Prancis sebagai bahasa pengantar dihapus di sekolah-sekolah oleh Jenderal Ben Butler dari pihak Uni, dan pengajaran bahasa Prancis dilarang di sekolah-sekolah pada 1868.[22] Pada akhir abad ke-19, penggunaan bahasa Prancis di kota ini telah jauh berkurang,[23] meskipun pada tahun 1945 masih ada wanita tua Kreol yang sama sekali tidak dapat berbicara bahasa Inggris.[24]

Pada era rekonstruksi, New Orleans dimasukkan ke dalam penguasaan Distrik Militer Kelima. Louisiana diterima kembali ke dalam Serikat pada 1868, dan Konstitusi Louisiana 1868 menjamin hak suara penduduk secara universal. Mengingat populasi Afrika-Amerika yang besar di negara bagian Louisiana, banyak orang kulit hitam yang menjadi pejabat pemerintah. Pada 1872, wakil gubernur waktu itu, P.B.S. Pinchback terpilih menggantikan Henry Clay Warmouth sebagai Gubernur Louisiana yang menjadikannya gubernur negara bagian Amerika Serikat pertama non-kulit putih, namun sekaligus orang Afrika-Amerika terakhir yang menjadi gubernur hingga terpilihnya Douglas Wilder di Virginia, 117 tahun kemudian. Era rekonstruksi di New Orleans tidak hanya diwarnai oleh kerusuhan rasial di Institut Mekanik (1866), melainkan juga keberhasilan proyek sistem sekolah umum yang terintegrasi penuh secara rasial. Sementara itu, kota New Orleans masih harus berjuang di bidang ekonomi setelah perekonomian kota ini nyaris terhenti setelah adanya deklarasi perang 1861 dan Panik 1873 yang melanda seluruh negeri.

Rekonstruksi berakhir tahun 1877 di Louisiana. Kalangan Demokrat selatan berkulit putih yang disebut Redeemer berhasil mengambil alih kekuasaan dari Partai Republik dan secara bertahap membatasi hak-hak sipil yang baru saja diperoleh orang Afrika-Amerika. Di New Orleans, sekolah-sekolah umum kembali disegregasi, dan keadaan tersebut bertahan hingga tahun 1960.

Sejumlah besar penduduk kulit berwarna di New Orleans, sebagian di antaranya penutur bahasa Prancis yang bukan budak pada masa sebelum perang saudara, berusaha menentang diterapkannya Hukum Jim Crow. Di antaranya dengan merekrut salah seorang dari kalangan kulit berwarna bernama Homer Plessy untuk menguji secara konstitusional keabsahan Akta Gerbong Terpisah. Plessy naik kereta komuter khusus kulit putih yang berangkat dari New Orleans dengan tujuan Covington, Louisiana, dan ia ditangkap. Kasus ini dikenal sebagai Plessy v. Ferguson yang berlanjut hingga ke Mahkamah Agung Amerika Serikat pada 1896. Keputusan Mahkamah Agung yang menetapkan perlakuan "terpisah namun sama" sebagai konstitusional memberi landasan untuk makin meluasnya gerakan Jim Crow. Keputusan Mahkamah Agung tersebut termasuk salah satu perkembangan kunci dalam nadir hubungan antarrasial di Amerika Serikat.

Abad ke-20

Esplanade Avenue di Burgundy Street, pemandangan arah danau (1900)
Antrean semasa perang di depan kantor Dewan Ransum New Orleans, 1943

Berpuluh-puluh tahun sebelum 1860, New Orleans sudah dikenal sebagai kota padat penduduk dan pusat ekonomi. Pada akhir tahun 1860, kota ini sudah tercatat sebagai kota terbesar ke-5 di Amerika Serikat sekaligus kota terbesar di Selatan Amerika Serikat.[25] Meskipun sejak pertengahan abad ke-19, luas kota terus bertambah, populasi New Orleans akhirnya kalah banyak dari kota-kota yang berkembang sebagai hub jalur kereta api dan pusat industri di Barat Tengah. Setelah itu, pertumbuhan kota-kota metropolis di Pesisir Pasifik yang dimulai berpuluh-puluh tahun sebelum dan sesudah pergantian abad ke-20, diikuti berkembangnya kota-kota kawasan Sun Belt di Selatan dan Barat Amerika Serikat pasca-Perang Dunia II pada akhirnya mengalahkan New Orleans dalam soal penduduk.[25]

Pada pertengahan abad ke-20, New Orleans tidak lagi menempati posisinya sebagai kawasan urban utama di Selatan Amerika Serikat. Pada 1950, Houston, Dallas, dan Atlanta sudah mengalahkan New Orleans dalam hal luas kota, sebelum nantinya pada 1960 dikalahkan oleh Miami. Meskipun demikian, menurut Sensus 1960, total populasi New Orleans sedang berada pada puncak yang belum pernah dicapai dalam sejarah.[25] Seperti halnya kota-kota tua lainnya di Amerika, sejak masa-masa itu pula pusat kota New Orleans mulai kehilangan penduduknya, sedangkan populasi kawasan metropolitan New Orleans makin bertambah walau tidak secepat kawasan-kawasan lainnya di Sun Belt. Meskipun Pelabuhan New Orleans bertahan sebagai salah satu pelabuhan terbesar di Amerika Serikat, komputerisasi dan kontainerisasi menyebabkan hilangnya pekerjaan secara signifikan. Peran kota ini sebagai pusat perbankan dan keuangan di Selatan digantikan oleh perusahaan-perusahaan pesaing di kota-kota yang lebih besar di Selatan Amerika Serikat. Ekonomi New Orleans sejak dulu selalu bergantung pada perdagangan serta pergudangan komersial, dan bukan sebagai sentra manufaktur. Namun sektor manufaktur yang terhitung kecil di kota ini juga menyusut pada pasca-Perang Dunia II. Meskipun kesuksesan pembangunan ekonomi dialami kota ini pada masa DeLesseps "Chep" Morrison (1946–1961) dan Vic Schiro (1961–1970) menjabat wali kota, tingkat pertumbuhan kawasan metropolitan New Orleans secara konsisten selalu berada di bawah tingkat pertumbuhan kota-kota lainnya di kawasan Sun Belt.

Kaki langit New Orleans Central Business District, pemandangan dari pinggiran kota New Orleans (1991)

Pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Morisson dan sepanjang pemerintahan Schiro, kota ini mengalami pergolakan sebagai bagian dari Gerakan Hak-Hak Sipil Afrika-Amerika. Organisasi hak-hak sipil Afrika-Amerika yang disebut Konferensi Kepemimpinan Kristen Selatan (SCLC) didirikan di New Orleans, dan bufet makan siang di toko-toko sepanjang Canal Street dijadikan sasaran aksi duduk. Serangkaian konfrontasi besar yang terburuk terjadi ketika kota ini mencoba menghapus pemisahan yang bersifat rasial di sekolah pada tahun 1960. Di kota ini pula untuk pertama kalinya seorang anak kulit hitam berusia enam tahun bernama Ruby Bridges pergi bersekolah di Sekolah Dasar William Frantz yang keseluruhan muridnya berkulit putih. Suksesnya Gerakan Hak Sipil dalam mewujudkan desegregasi di fasilitas-fasilitas publik dan sekolah-sekolah dan pemberian hak suara untuk orang kulit hitam merupakan bagian penting dari sejarah New Orleans abad ke-20.[26] Meskipun hak asasi hukum telah terwujud pada akhir 1960-an, perbedaan tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan masih menyolok antara komunitas kulit hitam dan komunitas kulit putih di New Orleans.[27] Dampak dari jurang perbedaan tersebut makin diperjelas setelah terjadinya perpindahan penduduk putih yang menyebabkan populasi kota ini menjadi semakin miskin dan semakin hitam. Kepemimpinan politik New Orleans dari tahun 1980-an dan seterusnya yang berada di tangan mayoritas Afrika-Amerika berusaha keras untuk mempersempit jurang perbedaan dengan menciptakan kondisi yang kondusif untuk kebangkitan ekonomi kulit hitam.

New Orleans makin bergantung pada pariwisata sebagai sumber penghasilan di bawah pemerintahan Wali Kota Sidney Barthelemy (1986–1994) dan Marc Morial (1994–2002). Tingkat pendidikan yang tidak impresif, tingginya tingkat kemiskinan rumah tangga, dan naiknya tingkat kejahatan makin menimbulkan banyak masalah di kota ini.[27]

Pemandangan New Orleans Central Business District dari seberang Sungai Mississippi. USS New Orleans tampak di latar depan. (2007)

Pada pergantian abad ke-20, pemimpin-pemimpin bisnis dan pemerintah kota New Orleans berusaha menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Proyek pembangunan yang sangat berarti pada periode ini adalah proyek drainase yang digagas oleh insinyur sekaligus penemu bernama A. Baldwin Wood. Proyek ini dirancang untuk membebaskan New Orleans dari kepungan rawa-rawa yang membatasi pemekaran kota. Sebelum adanya proyek tersebut, pengembangan perkotaan di New Orleans sebagian besar dibatasi pada tanah tinggi sepanjang tanggul sungai alami dan bayou. Sistem pompa rancangan Wood mengeringkan rawa-rawa yang luas dan memungkinkan pemekaran kota New Orleans hingga ke kawasan tanah rendah. Namun sepanjang abad ke-20, penurunan muka tanah baik secara alami maupun akibat perbuatan manusia menyebabkan kawasan yang baru dipadati penduduk berada beberapa kaki di bawah permukaan laut.[28][29]

New Orleans sudah rentan terhadap banjir bahkan sebelum kota dimekarkan ke luar dari tanah tinggi alami Sungai Mississippi. Pada akhir abad ke-20, ilmuwan dan penduduk kota secara bertahap menjadi sadar akan makin rentannya kota mereka terhadap bencana. Pada 1965, Badai Betsy memakan korban lusinan penduduk, meskipun sebagian besar kota tetap kering. Banjir Louisiana 8 Mei 1995 menunjukkan betapa lemahnya sistem pompa banjir di kota ini. Setelah peristiwa banjir 1995, berbagai tindakan diambil untuk membenahi sistem pompa. Erosi sepanjang tahun 1980-an dan 1990-an yang terjadi di rawa-rawa dan paya-paya yang mengelilingi kota ini, khususnya di Kanal Outlet Teluk, Sungai Mississippi, menyebabkan kota ini makin rentan terhadap bencana gelombang badai daripada sebelumnya.

Abad ke-21

Badai Katrina

Foto udara dari sebuah helikopter Angkatan Laut Amerika Serikat yang memperlihatkan genangan air banjir di sekeliling Louisiana Superdome dan kawasan sekitarnya (2005).

Menurut Dr. Raymond B. Seed dari Universitas California, Berkeley, New Orleans adalah korban dari “bencana teknik terburuk di dunia setelah Bencana Chernobyl” setelah gagalnya sistem tanggul federal yang disebabkan Badai Katrina tahun 2005.[30] Pada saat badai mendekati kota ini pada akhir Agustus 2005, sebagian besar penduduk sudah dievakuasi. Setelah badai melewati kawasan Pesisir Teluk, sistem proteksi banjir federal yang melindungi kota ini gagal berfungsi dan mengakibatkan bencana teknik sipil terburuk dalam sejarah Amerika Serikat.[31] Tembok-tembok banjir dan tanggul-tanggul yang dibangun oleh Korps Zeni Angkatan Darat Amerika Serikat gagal di bawah spesifikasi desain dan 80% dari luas kota digenangi air banjir. Puluhan ribu penduduk yang masih berada di dalam kota perlu diselamatkan atau berusaha mencari selamat sendiri-sendiri ke lokasi pengungsian di Louisiana Superdome atau Pusat Konvensi Morial New Orleans. Lebih dari 1.500 orang tewas dan beberapa di antaranya masih belum ditemukan kembali.[32] Badai Katrina menyebabkan perintah wajib mengungsi dikeluarkan untuk pertama kalinya oleh kota New Orleans. Tiga tahun kemudian, perintah serupa dikeluarkan sewaktu terjadinya Badai Gustav.

Referensi

  1. ^ "U.S. Census Bureau Delivers Louisiana's 2010 Census Population Totals, Including First Look at Race and Hispanic Origin Data for Legislative Redistricting". Census 2010 News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-16. Diakses tanggal 2012-02-20. 
  2. ^ a b "Home Rule Charter of the City of New Orleans as amended through January 1, 1996". 1996-01-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-18. Diakses tanggal 2011-01-12. 
  3. ^ "Orleans Parish History and Information". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-05-15. Diakses tanggal 2008-03-18. 
  4. ^ "Louisiana Parish Map with Administrative Cities". Diakses tanggal 2008-03-18. 
  5. ^ Sepanjang sejarahnya, kota ini menyerap budaya berbagai bangsa, termasuk di antaranya Afrika-Amerika, Kreol, Cajun, Prancis, Jerman, Irlandia, Italia, Yahudi, Latin, Spanyol, dan Vietnam."The Founding French Fathers". Diakses tanggal 2008-04-26. 
  6. ^ a b "New Orleans: The Birthplace of Jazz" (primarily excerpted from Jazz: A History of America's Music). PBS – JAZZ A Film By Ken Burns. Diakses tanggal 2006-05-17. 
  7. ^ "America Savors Its Music During Jazz Appreciation Month". U.S. Dept. of State – USINFO. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-05-17. Diakses tanggal 2006-05-17. 
  8. ^ Institute of New Orleans History and Culture di Gwynedd-Mercy College
  9. ^ "Behind the Scenes: Hurricane on the Bayou". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-15. Diakses tanggal 2011-12-04. 
  10. ^ David Billings, "New Orleans: A Choice Between Destruction and Reparations" Diarsipkan 2010-07-14 di Wayback Machine., The Fellowship of Reconciliation, November/December 2005
  11. ^ Bring New Orleans Back
  12. ^ Spike Lee offers his take on Hurricane Katrina, oleh Damian Dovarganes, Associated Press, 14 Juli 2006
  13. ^ * Mitchell, Barbara (Autumn 2010). "America's Spanish Savior: Bernardo de Gálvez marches to rescue the colonies". MHQ (Military History Quarterly). hlm. 98–104. 
  14. ^ "National Park Service. Survey of Historic Sites and Buildings. Ursuline Convent". Diakses tanggal 2010-09-10. 
  15. ^ In Motion: African American Migration Experience - Haitian Immigration: 18th & 19th Centuries Diarsipkan 2018-06-12 di Wayback Machine., NY Public Library], Diakses 7 Mei 2008
  16. ^ The Bourgeois Frontier: French towns, French traders, and American expansion oleh Jay Gitlin. Yale University Press. ISBN 978-0-300-10118-8 pg 54
  17. ^ "History of Les Gens De Couleur Libres". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-05-22. Diakses tanggal 2006-05-17. 
  18. ^ Walter Johnson, Soul by Soul: Life Inside the Antebellum Slave Market, Cambridge: Harvard University Press, 1999, p.2 and 6
  19. ^ Dikutip dalam The Bourgeois Frontier: French towns, French traders, and American expansion oleh Jay Gitlin. Yale University Press. ISBN 978-0-300-10118-8 pg 159
  20. ^ Lewis, Peirce F., New Orleans: The Making of an Urban Landscape, Santa Fe, 2003, p.175
  21. ^ "The Ustica Connection". Diakses tanggal 2008-03-22. 
  22. ^ a b The Bourgeois Frontier: French towns, French traders, and American expansion oleh Jay Gitlin. Yale University Press. ISBN 978-0-300-10118-8 pg 166
  23. ^ The Bourgeois Frontier: French towns, French traders, and American expansion by Jay Gitlin. Yale University Press. ISBN 978-0-300-10118-8 pg 180
  24. ^ Gumbo Ya-Ya: Folk Tales of Louisiana by Robert Tallant & Lyle Saxon. Louisiana Library Commission: 1945 pg 178
  25. ^ a b c Lewis, Peirce F., New Orleans: The Making of an Urban Landscape, Santa Fe, 2003, p. 175.
  26. ^ Germany, Kent B., New Orleans After the Promises: Poverty, Citizenship and the Search for the Great Society, Athens, 2007, pp. 3–5
  27. ^ a b Glassman, James K., New Orleans: I have Seen the Future, and It's Houston, The Atlantic Monthly, July 1978
  28. ^ Kusky, Timothy M. (2005-12-29). "Why is New Orleans Sinking?" (PDF). Department of Earth and Atmospheric Sciences , Saint Louis University. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2006-06-23. Diakses tanggal 2006-06-17.  line feed character di |publisher= pada posisi 45 (bantuan)
  29. ^ O'Hanlon, Larry (2006-03-31). "New Orleans Sits Atop Giant Landslide". Discovery Channel. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-06-14. Diakses tanggal 2006-06-17. 
  30. ^ Kevin Baker Diarsipkan 2009-10-05 di Wayback Machine. "The Future of New Orleans," American Heritage, April/May 2006.
  31. ^ Marshall, Bob (2005-11-30). "17th Street Canal levee was doomed". The Times-Picayune. Diakses tanggal 2006-03-12. 
  32. ^ "Deaths of evacuees push toll to 1,577". nola.com. Diakses tanggal 2008-03-22. 

Pranala luar

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 5

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 70

 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: controllers/ensiklopedia.php

Line Number: 41