Mohamed Oufkir
Jenderal Mohammad Oufkir (1920, Aïn Chaïr dekat Bouarfa - 16 Agustus 1972, Rabat) (bahasa Arab: محمد أوفقير) adalah perwira senior militer Maroko yang pernah memegang beberapa jabatan penting di pemerintahan. Ia dibunuh setelah terlibat dalam upaya kudeta yang gagal. BiografiKakek buyut Oufkir berasal dari Sidi Belabbes, Aljazair.[1] Ia pindah dan menetap di Boudnib setelah Prancis menyerbu negara tersebut pada pertengahan abad ke-19. Keluarganya memiliki sebuah pesantren (zawiya) di Sidi Belabbes dan merupakan keturunan keluarga Sharif yang silsilahnya merentang sampai Idris II.[1] Selama Perang Dunia II, Mohamed Oufkir berdinas di angkatan darat Prancis (Resimen Tirailleur Maroko ke-4) di Italia pada tahun 1944 dan memenangkan Croix de Guerre. Ia juga dianugerahi Silver Star pada tahun yang sama oleh Mayor Jenderal Alfred M. Gruenther, kepala staf Jenderal Clark, setelah Pertempuran Monte Cassino. Setelah perang berakhir, ia bergabung dengan pasukan Prancis di Vietnam sejak 1947 sampai 1949; keberaniannya di sana diakui "legendaris". Tahun 1949, ia naik pangkat menjadi kapten dan dianugerahi Legion d'Honneur.[1][2][3][4] Sebagai tangan kanan Raja Hassan II pada 1960-an dan awal 1970-an, Oufkir memimpin program pengintaian pemerintah terhadap para politikus, serikat pekerja, dan lembaga keagamaan. Ia meredam paksa unjuk rasa politik dengan bantuan polisi dan militer, spionase pemerintah besar-besaran, sidang pengadilan terbuka, dan berbagai tindakan di luar hukum seperti pembunuhan dan penghilangan paksa. Sebagai tokoh yang ditakuti di kalangan oposisi, banyak pihak menganggap kekuasaan Oufkir hampir menyamai Raja Maroko. Salah satu terduga korbannya yang terkenal adalah politikus dunia ketiga Mehdi Ben Barka yang "menghilang" di Paris pada tahun 1965. Pengadilan Prancis memvonis Oufkir sebagai pelaku pembunuhan. Tahun 1967, Oufkir diangkat menjadi menteri dalam negeri. Ia pun memperluas kekuasaannya dengan mengendalikan langsung sebagian besar institusi keamanan. Setelah kudeta militer republik yang gagal tahun 1971, ia diangkat menjadi kepala staf dan menteri pertahanan, dan berencana melenyapkan angkatan darat dan mempekerjakan para pendukungnya. Hampir seluruh perpolitikan Maroko didominasi oleh Oufkir. Raja Hassan semakin bergantung pada Oufkir untuk membungkam ketidakpuasan masyarakat. Jenderal Oufkir dituduh sebagai perencana upaya kudeta republik tahun 1972 terhadap Raja Hassan II. Meski sumber-sumber resmi mengklaim bahwa jenderal bunuh diri karena gagal, putrinya, Malika Oufkir, menulis di bukunya yang berjudul Stolen Lives bahwa ia melihat lima luka tembak di jasad ayahnya dan posisinya tidak sesuai dengan posisi korban bunuh diri pada umumnya. Pihak-pihak di luar lingkup pemerintahan percaya bahwa Oufkir dieksekusi oleh pasukan yang setia dengan kerajaan Maroko. Atas perintah raja, seluruh keluarga Oufkir dikirim ke kemah penjara rahasia di gurun. Mereka baru dibebaskan tahun 1991 setelah rezim Maroko mendapat tekanan dari Amerika Serikat dan Eropa. Setelah lima tahun hidup di bawah pengawasan kepolisian, mereka pindah ke Prancis. Kisah ini dirincikan lebih lanjut oleh Malika dalam bukunya, Stolen Lives: Twenty Years in a Desert Jail. Istrinya, Fatima, dan putranya, Raouf, juga menerbitkan kesaksiannya tentang kehidupan di penjara waktu itu. Penghargaan
Secara keseluruhan, ia mendapatkan tujuh penghargaan, termasuk tiga palme (penghargaan angkatan darat).[1] Sumber
Catatan kaki
Lihat pulaPranala luar
|