Daftar tokoh yang diusulkan menjadi pahlawan nasional IndonesiaBerikut ini adalah daftar tokoh yang diusulkan menjadi pahlawan nasional Indonesia. DaftarTokoh pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Cirebon. Sultan Pontianak pertama. Pendiri Kota Pontianak. Presiden Republik Indonesia ke-4. Salah satu pendukung utama dari pengusulannya sebagai pahlawan adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan olehnya.[1] Pejuang asal Kalimantan Timur, Gubernur Kalimantan Timur ke-2. Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari (Lasaloka-KSB) mengusulkan kepada pemerintah untuk menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional bagi Abdoel Moeis Hassan. Usulan ini dilakukan setelah Seminar dan Bedah Buku "Moeis Hassan dalam Sejarah Perjuangan dan Revolusi di Kalimantan Timur" tanggal 2 Juni 2018 di Gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Kalimantan Timur.[2] Pemuda Papua yang terlibat dalam peristiwa Sumpah Pemuda. Ulama dan pejuang asal Aceh. Pendiri Dayah Darussalam Labuhan Haji.[3] Pejuang asal Sumatera Utara. Ia memimpin dalam peristiwa Pertempuran Medan Area. Putri dari pahlawan nasional jenderal Abdul Haris Nasution yang wafat selama Gerakan 30 September 1965. Pada 2 Juli 2018, Ketua DPR Bambang Soesatyo menyatakan dukungannya terhadap penetapan Ade Irma Nasution sebagai pahlawan nasional.[4] Pemikir, tokoh intelijen, dan politikus yang berperan penting terutama pada masa Orde Baru. Prajurit KKO berpangkat Letnan Jenderal, Gubernur DKI Jakarta ke-7. Adapun pihak yang mengusungnya menjadi pahlawan nasional antara lain Pemprov DKI Jakarta dan Pemprov Jawa Barat.[5][6][7] Perdana Menteri Indonesia ke-8. Dokter, politisi, dan pejuang kemerdekaan Indonesia di Gorontalo.[8] Pemuda Papua yang terlibat dalam peristiwa Sumpah Pemuda. Menteri Urusan Tenaga Rakyat di Kabinet Djuanda (1957-1958).[9] Pejuang dan pahlawan dari dataran tinggi Gayo. Ulama sekaligus pendiri Darud Dakwah Wal Irsyad (DDI) yang dimintai restu Andi Mattalata sebelum berjuang di Pulau Jawa. Pada 12 Oktober 2018, Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Hamka Haq bertemu dengan Gubernur Sulawesi Selatan Prof Nurdin Abdullah di Ruang Kerja Gubernur Sulsel untuk mengusulkan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Ambo Dalle[10] Jenderal, saksi dari Supersemar Pada 26 Juli 2015, Forum Peduli Kejuangan Andi Mattalatta dan Sejarahnya (Kamase) mengusulkan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Andi Mattalata.[11] Gubernur Timor Timur pertama. Pelopor salah satu metode cepat belajar membaca Al Qur'an (qira-ah) yang populer sebagai metode Iqro. Menteri Dalam Negeri Indonesia ke-9. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-8. Presiden Republik Indonesia ke-3. Berasal dari tanah Mandar yang sekarang disebut Kabupaten Polewali Mandar serta mantan Jaksa Agung Indonesia yang terbaik karena ia dikatakan sebagai orang yang sangat menentang adanya korupsi.[12] Dia pernah memperoleh jabatan tersebut pada zaman presiden Abdurrahman Wahid dan dia merupakan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi juga pada waktu itu.[13] Sultan dari Pagaruyung. Perwira yang terlibat dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Pendiri Parkindo. Pada 9 April 2017, sejumlah budayawan dan sastrawan asal Sumatera Barat yang tergabung dalam Forum Inisiator Pengusulan Chairil Anwar menjadi Pahlawan Nasional mengusulkan agar Chairil Anwar diberi gelar pahlawan nasional.[14] Tokoh pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Banten. Ia adalah orang tua dari Ratu Atut Chosiyah dan kakek dari Andika Hazrumy. Pejuang kemerdekaan Indonesia dari Sumatera Barat. Ia terlibat dalam perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Pejuang yang memimpin dalam peristiwa Pertempuran Lengkong. Tokoh perjuangan yang berhasil mengusir penjajah dari Portugis untuk menjajah Wenang. Pendiri Kota Manado. Pemilik rumah Rengasdengklok, tempat penyusunan teks Proklamasi. Pejuang asal Sukabumi. Ia memimpin dalam peristiwa Pertempuran Bojong Kokosan. Ia adalah orang tua dari Laksamana Sukardi. Mahasiswa yang tewas pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia. Sultan Cirebon ke-2. Pendiri Kota Jakarta. Pada 17 Maret 2013, warga Solo menggalang 1000 tanda tangan untuk pengusulan Gesang sebagai pahlawan nasional. Aksi tersebut diikuti oleh Gubernur Jakarta (kemudian Presiden) Joko Widodo dan kelak Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.[15] Pendiri Kota Medan. Pendiri Korps Pasukan Khas.[16] Mahasiswa yang tewas pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia. Pemimpin Pemberontakan Tolitoli 1919 melawan Belanda.[17] Sultan Yogyakarta ke-2. Perwira yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Lima Hari Lima Malam. Sastrawan dan cendekiawan asal Gorontalo. Mendirikan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin di Jakarta.[18] Mahasiswa yang tewas pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia. Mahasiswa yang tewas pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5.[19] Ratu Klungkung (wilayah Bali). Pemimpin perang Kusamba pada tahun 1849.[20] Residen Bengkulu pertama. Menteri Perhubungan Kabinet Darurat pada 1948-1949.[21] Mantan istri dari Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno.[7][22] Sultan Ternate ke-47. Panglima Milisi pro-Indonesia di Timor Leste. Istri dari pahlawan nasional jenderal Abdul Haris Nasution. Putra dari Sultan Hasanuddin. Dokter yang akan mengecek cadangan air minum di daerah Candi yang kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Ia juga merupakan Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara.[23] Ulama dan pejuang asal Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Salah satu penggagas Laskar Hizbullah.[24] Menteri Agama di Era Nasakom[25][26] Pejuang yang dicari-cari tentara Belanda pada saat Pembantaian Rawagede. Jenderal, saksi dari Supersemar Ketua Dewan Pertimbangan Agung pertama. Ia adalah kakek dari Prabowo Subianto. Aktivis buruh. Diculik dan dibunuh pada 1993.[27] Raja Mori (wilayah Sulawesi Tengah). Berjuang melawan Belanda hingga gugur pada 1907.[28] Pejuang kemerdekaan menentang pemerintah Hindia Belanda di Kabupaten Toba. Akademisi dan diplomat. Tokoh penggagas konsep negara kepulauan dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut pada 1982. Menteri Kehakiman Indonesia ke-16 dan Menteri Luar Negeri Indonesia ke-12.[29] Residen Sumatera Barat ketiga. Tentara berpangkat Letnan Kolonel berdarah Betawi. Pada 14 September 2018, Forum Warga Betawi mengusulkannya menjadi pahlawan nasional di Jakarta.[30] Seorang ulama, politikus, dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Dia merupakan pengurus partai Persatuan Muslim Indonesia dan ketua Partai Masyumi cabang Sulawesi. Muhammad Ali dari Siak (Marhum Pekan)Sultan Siak ke-5. Pendiri Kota Pekanbaru.[31] Muhammad Arsyad al-Banjari (Datu Kalampayan)Ulama fikih Kesultanan Banjar. Penulis Sabilal Muhtadin yang menjadi rujukan Mazhab Syafi'i di Asia Tenggara. Menggagas lembaga peradilan di Kesultanan Banjar.[32][33] Sultan dari Aceh yang terakhir. Muhammad Kholil al-Bangkalani (Syaikhona Kholil)Ulama kharismatik asal Madura, Jawa Timur. Tokoh perjuangan abad ke-19 yang menggagas konsep Hubbul Wathan di Nusantara. Menjadi guru dari ulama-ulama besar seperti KH. Hasyim Asyari, KH. Wahab Chasbullah, dan KH. As'ad Samsul Arifin.[34][35] Tokoh pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Jember. Tokoh yang berdakwah menyebarkan agama Islam di tanah Mandar terutama di sekitar Balanipa dan Campalagian. Pemuda Papua yang terlibat dalam peristiwa Sumpah Pemuda. Pada 10 November 2014, Pengageng Kusumawandawa, KGPH Puger mengaku telah mengirim surat permohonan kepada Presiden Joko Widodo untuk mengusulkan Pakubuwana X dan Pakubuwana XI menjadi pahlawan nasional.[36] Pejuang wanita Aceh dalam melawan Belanda. Dibuang ke Blora, Jawa Tengah hingga wafatnya.[37] Tokoh Sarekat Islam Sulawesi Tengah. Berpartisipasi dalam sejumlah perang anti-kolonial pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.[38] Pelopor kemajuan wanita Sunda dan pendiri Sakola Kautamaan Istri. Pelopor kemajuan wanita Sunda dan pendiri Sakola Kautamaan Istri. Pengikut setia Pangeran Diponegoro. Ia adalah kakek buyut dari Prabowo Subianto. Tokoh pendidikan dan pejuang wanita asal Sumatera Barat. Pendiri Diniyah Putri.[39][40] Tokoh yang sangat berpengaruh dalam usulan pemekaran provinsi Sulawesi Tengah. Bapak Persandian Indonesia dan Pendiri Lembaga Sandi Negara. Politikus dan tokoh PDI-P. Anggota DPR GR (Gotong Royong) pada 1967-1973, anggota DPR RI pada 1973-1982 dan 1992-2009, dan anggota DPD RI pada 2014-2021.[41][42] Panglima Kodam X/Lambung Mangkurat ke-7 Ketua Parlemen Sementara (DPRS) pada Republik Indonesia Serikat (1949). Ulama dan tokoh pendidikan asal Sulawesi Tengah. Mendirikan lembaga pendidikan Islam Alkhairaat.[43] Tokoh pendidikan. Berperan dalam pendirian beberapa universitas di Indonesia, di antaranya Universitas Gajah Mada, Universitas Syiah Kuala, dan Universitas Cenderawasih.[44] Pemimpin Sidang pada Kongres Pemuda II.[45] Perwira yang terlibat dalam peristiwa Peristiwa 10 November. Presiden Republik Indonesia ke-2. Salah satu pendukung utama dari pengusulannya sebagai pahlawan nasional adalah Partai Golongan Karya (Golkar) dan Ketua DPP Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Ahmad Riza Patria mewajarkannya.[46] Jurnalis dan tokoh politik dalam perjuangan kemerdekaan. Menteri Ketenagakerjaan pertama. Pendiri dan Ketua Umum PSSI pertama. Kepala Staf TNI Angkatan Udara pertama. Pendiri dan Ketua Umum Partai Golkar pertama. Ulama Minangkabau, pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah.[47] Sultan Banjar pertama. Pendiri Kota Banjarmasin. Gubernur Jawa Barat pertama. Ulama asal Garut, salah satu pejuang Laskar Hizbullah Fisabilillah.[48] Sultan dari Pontianak, Menteri Negara di Kabinet Republik Indonesia Serikat, perancang Lambang negara Indonesia. Adapun pihak yang mengusungnya menjadi pahlawan nasional ialah Yayasan Sultan Hamid II.[49] Pendiri Parkindo. Pejuang yang terlibat dalam peristiwa Perang Paderi. Wakil Presiden Republik Indonesia ke-4. Tokoh sastra Indonesia, ahli perkamusan, dan penulis kamus-kamus bahasa Indonesia, Jawa, Kawi, dan lain-lain. Perwira yang terlibat dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Perdana Menteri Indonesia ke-7. Bupati Bandung ke-6. Pendiri Kota Bandung. Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara ke-4. Sultan dari Tidore, Gubernur Irian Barat. Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia