Bali
Bali adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara dan beribu kota di Kota Denpasar. Pulau Bali, yang merupakan pulau terbesar di Provinsi Bali, memiliki beberapa julukan, di antaranya Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.[9] Pada tahun 2020, penduduk provinsi Bali berjumlah 4.317.404 jiwa, dengan kepadatan 747 jiwa/km2, dan pada akhir 2024 berjumlah 4.375.263 jiwa.[4][5][10] Di awal kemerdekaan Indonesia, pulau ini termasuk dalam Provinsi Sunda Kecil yang beribu kota di Singaraja, dan kini terbagi menjadi 3 provinsi, yakni Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.[11][12] Selain terdiri dari pulau Bali, wilayah provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu pulau Nusa Penida, pulau Nusa Lembongan, pulau Nusa Ceningan, Pulau Serangan, dan Pulau Menjangan. Secara geografis, Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu.[10] Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya dan juga mitosnya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan julukan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura. SejarahBali kuno![]() Bali dihuni sekitar 2000 tahun sebelum masehi oleh Bangsa Austronesia yang awalnya bermigrasi dari pulau Taiwan ke Asia Tenggara dan Oseania melalui Asia Tenggara Maritim.[13][14] Secara budaya dan bahasa, masyarakat Bali berkerabat dekat dengan masyarakat kepulauan Indonesia, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Oseania.[14] Peralatan batu yang berasal dari masa ini telah ditemukan di dekat desa Cekik di bagian barat pulau.[15][16] ![]() ![]() Di Bali kuno, terdapat sembilan Sekte Hindu, yaitu Siwaisme Pasupata, Bhairawa, Siwa Shidanta, Vaishnava, Bodha, Brahma, Resi, Sora, dan Ganapatya. Setiap sekte memuja dewa tertentu sebagai Tuhan pribadinya.[17] Prasasti dari tahun 896 dan 911 tidak menyebutkan seorang raja, hingga tahun 914, ketika Sri Kesarivarma disebutkan. Mereka juga menunjukkan Bali yang mandiri, dengan dialek yang khas, di mana Buddhisme dan Siwaisme dipraktikkan secara bersamaan. Cicit perempuan Mpu Sindok, Mahendradatta (Gunapriyadharmapatni), menikah dengan raja Bali Udayana Warmadewa (Dharmodayanavarmadeva) sekitar tahun 989, dan melahirkan Airlangga sekitar tahun 1001. Pernikahan ini juga membawa lebih banyak Hinduisme dan budaya Jawa ke Bali. Putri Sakalendukirana muncul pada tahun 1098. Suradhipa memerintah dari tahun 1115 hingga 1119, dan Jayasakti dari tahun 1146 hingga 1150. Jayapangus muncul pada prasasti antara tahun 1178 dan 1181, sementara Adikuntiketana dan putranya Paramesvara pada tahun 1204.[18] Kebudayaan Bali sangat dipengaruhi oleh budaya India, Cina, dan khususnya budaya Hindu, yang dimulai sekitar abad ke-1 Masehi. Nama Bali dwipa ("Pulau Bali") telah ditemukan dari berbagai prasasti, termasuk prasasti pilar Blanjong yang ditulis oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 914 Masehi dan menyebutkan Walidwipa. Pada masa inilah masyarakat mengembangkan sistem irigasi yang kompleks subak untuk menanam padi di ladang basah. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya yang masih dipraktikkan hingga saat ini dapat ditelusuri hingga periode ini. Kerajaan Majapahit Hindu-Buddha (1293–1520 M) di timur Jawa mendirikan pemukiman di Bali pada tahun 1343. Paman Hayam Wuruk disebutkan dalam piagam tahun 1384–86. Imigrasi massal orang Jawa ke Bali terjadi pada abad berikutnya ketika Kerajaan Majapahit jatuh pada tahun 1520. Pemerintah Bali kemudian menjadi kumpulan kerajaan Hindu yang independen yang mengarah pada identitas nasional Bali dan peningkatan besar dalam budaya, seni, dan ekonomi. Negara dengan berbagai kerajaan tersebut menjadi independen hingga 386 tahun hingga tahun 1906 ketika Belanda menaklukkan dan mengusir penduduk asli untuk menguasai ekonomi dan mengambil alihnya.[19] Kontak PortugisKontak dengan Bangsa Eropa pertama yang diketahui dengan Bali diperkirakan terjadi pada tahun 1512, ketika sebuah ekspedisi Portugis yang dipimpin oleh Antonio Abreu dan Francisco Serrão melihat pantai utaranya. Itu adalah ekspedisi pertama dari serangkaian armada dua tahunan ke Maluku, yang sepanjang abad ke-16 berlayar di sepanjang pantai Kepulauan Sunda. Bali juga dipetakan pada tahun 1512, dalam peta Francisco Rodrigues, di atas ekspedisi tersebut.[20] Pada tahun 1585, sebuah kapal karam di lepas pantai Semenanjung Bukit dan meninggalkan beberapa orang Portugis yang melayani Dewa Agung.[21] Hindia Belanda![]() Pada tahun 1597, pedagang-penjelajah Belanda Cornelis de Houtman tiba di Bali, dan Perusahaan Hindia Timur Belanda didirikan pada tahun 1602. Pemerintah Belanda memperluas kekuasaannya di seluruh kepulauan Indonesia selama paruh kedua abad ke-19Kendali politik dan ekonomi Belanda atas Bali dimulai pada tahun 1840-an di pantai utara pulau tersebut ketika Belanda mengadu domba berbagai kerajaan Bali yang bersaing satu sama lain. [22] Pada akhir tahun 1890-an, pertikaian antara kerajaan-kerajaan Bali di selatan pulau tersebut dieksploitasi oleh Belanda untuk meningkatkan kendali mereka. Pada bulan Juni 1860, naturalis Welsh yang terkenal, Alfred Russel Wallace, melakukan perjalanan ke Bali dari Singapura, dan mendarat di Buleleng di pantai utara pulau tersebut. Perjalanan Wallace ke Bali berperan penting dalam membantunya menyusun teori Garis Wallace. Garis Wallace adalah batas fauna yang membentang melalui selat antara Bali dan Lombok. Garis ini merupakan batas antara spesies. Dalam memoar perjalanannya Kepulauan Melayu, Wallace menulis tentang pengalamannya di Bali, yang banyak menyebutkan metode irigasi Bali yang unik:
Belanda melancarkan serangan besar-besaran di wilayah Sanur melalui laut dan darat pada tahun 1906 dan disambut oleh ribuan anggota keluarga kerajaan dan pengikut mereka yang, alih-alih menyerah kepada kekuatan Belanda yang lebih unggul, melakukan ritual bunuh diri (puputan) untuk menghindari penghinaan karena menyerah.[22] Meskipun Belanda menuntut untuk menyerah, diperkirakan 200 orang Bali bunuh diri daripada menyerah.[24] Dalam intervensi Belanda di Bali, bunuh diri massal serupa terjadi saat menghadapi serangan Belanda di Klungkung. Setelah itu, gubernur Belanda menjalankan kendali administratif atas pulau tersebut, tetapi kendali lokal atas agama dan budaya pada umumnya tetap utuh. Kekuasaan Belanda atas Bali datang kemudian dan tidak pernah mapan seperti di wilayah lain di Indonesia seperti Jawa dan Maluku. Pada tahun 1930-an, antropolog Margaret Mead dan Gregory Bateson, seniman Miguel Covarrubias dan Walter Spies, dan musikolog Colin McPhee semuanya menghabiskan waktu di sini. Catatan mereka tentang pulau dan penduduknya menciptakan citra Bali di dunia Barat sebagai "tanah yang mempesona bagi para aesthetes yang damai dengan diri mereka sendiri dan alam". Turis Barat mulai mengunjungi pulau tersebut.[25] Citra sensual Bali ditingkatkan di Barat oleh sebuah dokumenter semi-pornografi tahun 1932 Virgins of Bali tentang satu hari dalam kehidupan dua gadis Bali remaja yang narator film Deane Dickason catat dalam adegan pertama "memandikan tubuh perunggu mereka yang telanjang tanpa malu-malu".[26] Berdasarkan versi yang lebih longgar dari Hays code yang berlaku hingga tahun 1934, ketelanjangan yang melibatkan wanita "beradab" (yaitu kulit putih) dilarang, tetapi diizinkan dengan wanita "tidak beradab" (yaitu semua wanita non-kulit putih), celah hukum yang dieksploitasi oleh produser Virgins of Bali.[26] Film tersebut, yang sebagian besar berisi adegan wanita Bali bertelanjang dada, meraih kesuksesan besar pada tahun 1932, dan hampir sendirian menjadikan Bali sebagai tempat yang populer bagi wisatawan.[26] Kekaisaran Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II. Pulau ini awalnya bukan target dalam Kampanye Hindia Belanda, tetapi karena lapangan udara di Borneo tidak beroperasi karena hujan lebat, Tentara Kekaisaran Jepang memutuskan untuk menduduki Bali, yang tidak mengalami cuaca yang sebanding. Pulau ini tidak memiliki pasukan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) reguler. Yang ada hanyalah Korps Pembantu Pribumi Prajoda (Korps Prajoda) yang terdiri dari sekitar 600 tentara pribumi dan beberapa perwira KNIL Belanda di bawah komando Letnan Kolonel KNIL W.P. Roodenburg. Pada tanggal 19 Februari 1942, pasukan Jepang mendarat di dekat kota Sanoer (Sanur). Pulau ini segera direbut oleh tentara kekaisaran Jepang. [27] Selama pendudukan Jepang, seorang perwira militer Bali, I Gusti Ngurah Rai, membentuk 'pasukan kemerdekaan' Bali. Kekerasan pasukan pendudukan Jepang membuat mereka lebih dibenci daripada para penguasa kolonial Belanda.[28] Kemerdekaan dari BelandaPada tahun 1945, Bali dibebaskan oleh Divisi Infanteri ke-5 Inggris di bawah komando Mayor Jenderal Robert Mansergh yang menerima penyerahan Jepang. Setelah pasukan Jepang dipulangkan, pulau itu diserahkan kepada Belanda tahun berikutnya. Pada tahun 1946, Belanda membentuk Bali sebagai salah satu dari 13 distrik administratif Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, negara saingan Republik Indonesia, yang diproklamasikan dan dipimpin oleh Sukarno dan Hatta. Bali dimasukkan ke dalam "Republik Indonesia Serikat" ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 29 Desember 1949.[29] Gubernur pertama Bali, Anak Agung Bagus Suteja, diangkat oleh Presiden Sukarno pada tahun 1958, ketika Bali menjadi sebuah provinsi.[30] Kontemporer![]() Letusan Gunung Agung tahun 1963 menewaskan ribuan orang, menimbulkan malapetaka ekonomi, dan memaksa banyak orang Bali yang mengungsi untuk dipindahkan ke daerah lain di Indonesia. Mencerminkan pelebaran perpecahan sosial di seluruh Indonesia pada tahun 1950-an dan awal 1960-an, Bali menyaksikan konflik antara pendukung sistem kasta tradisional, dan mereka yang menolak sistem ini. Secara politis, pihak oposisi diwakili oleh pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Partai Nasionalis Indonesia (PNI), dengan ketegangan dan rasa tidak senang yang semakin meningkat akibat program reformasi tanah PKI.[22] Upaya kudeta yang diduga di Jakarta berhasil digagalkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Jenderal Suharto. TNI menjadi kekuatan dominan karena memicu pembersihan antikomunis yang brutal, di mana TNI menyalahkan PKI atas kudeta tersebut. Sebagian besar perkiraan menunjukkan bahwa sedikitnya 500.000 orang tewas di seluruh Indonesia, dengan perkiraan 80.000 orang tewas di Bali, setara dengan 5% dari populasi pulau tersebut.[22][25][31] Tanpa keterlibatan kekuatan Islam seperti di Jawa dan Sumatera, tuan tanah PNI kasta atas memimpin pemusnahan anggota PKI.[31] Sebagai akibat dari pergolakan 1965–66, Suharto mampu mengeluarkan Sukarno dari jabatan presiden. Pemerintahan "Orde Baru"-nya membangun kembali hubungan dengan negara-negara Barat. Bali sebelum Perang sebagai "surga" dihidupkan kembali dalam bentuk modern. Pertumbuhan besar dalam bidang pariwisata yang diakibatkannya telah menyebabkan peningkatan dramatis dalam standar hidup masyarakat Bali dan devisa yang signifikan yang diperoleh negara.[22] Sebuah pengeboman pada tahun 2002 oleh militan Islamis di kawasan wisata Kuta menewaskan 202 orang, sebagian besar warga negara asing. Serangan ini, dan serangan lainnya pada tahun 2005, sangat mengurangi pariwisata, yang mengakibatkan banyak kesulitan ekonomi di pulau tersebut. Pada tanggal 27 November 2017, Gunung Agung meletus sebanyak lima kali, menyebabkan ribuan orang mengungsi, mengganggu perjalanan udara, dan menyebabkan banyak kerusakan lingkungan. Letusan lebih lanjut juga terjadi antara tahun 2018 dan 2019.[32] Pada tanggal 15–16 November 2022, KTT G20 Bali 2022, pertemuan ketujuh belas dari Kelompok Dua Puluh (G20) diadakan di Nusa Dua.[33] Geografi![]() ![]() Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil di sebelah barat.[34] Wilayah Pulau Bali sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara geografis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. ![]() Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai. Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan atau Bedugul, Buyan, Tamblingan, dan Batur. Alam Bali yang indah menjadikan pulau Bali terkenal sebagai daerah wisata. Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat kesenian dan peristirahatan, terletak di Kabupaten Gianyar. Nusa Lembongan adalah sebagai salah satu tempat menyelam (diving), terletak di Kabupaten Klungkung. Sedangkan Kuta, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan utama pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan, spa, dan lain-lain, terletak di Kabupaten Badung. Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 8 kabupaten, 1 kotamadya, 55 kecamatan, dan 701 desa/kelurahan. Batas wilayah
Pada 20 November 1946, pecahlah pertempuran Puputan Margarana yang terjadi di Uma Kaang, Desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali. Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang berusia 29 tahun, memimpin tentaranya dari wilayah timur Bali untuk melakukan serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang bersenjata lengkap. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang terakhir. Pada tahun 1946, Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13 wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan bagi Republik Indonesia yang diproklamasikan dan dikepalai oleh Sukarno dan Hatta. Bali kemudian juga dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi Bali meninggalkan perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum menjadi sebuah provinsi dari Republik Indonesia. Letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak penduduk Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain di Indonesia. Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di Jakarta, Bali dan banyak daerah lainnya, terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian pada masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil diungkapkan secara hukum.[35] Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali I di kawasan pariwisata Kuta tepatnya Legian, menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang lainnya cedera. Serangan [[Bom Bali 2005 PemerintahanGubernur![]() Gubernur menjadi pejabat tertinggi di pemerintahan provinsi Bali. Gubernur Bali bertanggungjawab atas wilayah Provinsi Bali. Saat ini, gubernur atau kepala daerah yang menjabat di provinsi Bali ialah I Wayan Koster, didampingi wakil gubernur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau sering disapa Cok Ace. Mereka menang pada Pemilihan umum Gubernur Bali 2018. Wayan Koster merupakan gubernur Bali yang ke-9, sejak provinsi ini dibentuk menjadi provinsi Bali tahun 1958 berdasarkan Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958. Koster dan Cok Ace dilantik oleh presiden Republik Indonesia Joko Widodo, di Istana Negara Jakarta pada 5 September 2018, untuk masa jabatan 2018-2023.[36] Setelah masa jabatan selesai, Sang Made Mahendra Jaya dilantik menjadi penjabat gubernur Bali pada 5 September 2023.
Dewan Perwakilan Rakyat![]()
Daftar kabupaten dan kota di Bali
DemografiAgama![]() ![]() Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri pada akhir tahun 2024, penduduk Bali berjumlah 4.375.263 jiwa dengan mayoritas etnis Bali.[5] Data Kementerian Agama mencatat bahwa 86,40% warga provinsi Bali menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Islam sebanyak 10,28%, kemudian Kekristenan sebanyak 2,62% (dengan rincian Protestan sebanyak 1,76% dan Katholik sebanyak 0,86%). Sebagian lagi menganut agama Buddha sebanyak 0,68% yang umumnya berada di Kota Denpasar, kemudian Konghucu sebanyak 0,01%, dan penganut kepercayaan kurang dari 0,01%.[4] Masyarakat suku Bali umumnya beragama Hindu. Sementara penduduk Jawa, Sunda, Sasak, Melayu, umumnya beragama Islam, dan beberapa orang asli suku Bali juga ada yang memeluk agama Islam.[39] Sementara pemeluk agama Kristen umumnya berasal dari penduduk Nusa Tenggara Timur, kemudian Papua, suku Batak, Minahasa, Tionghoa. Dan ada juga satu desa yakni desa Blimbing Sari di kecamatan Melaya Jembrana, tidak jauh dari Pelabuhan Gilimanuk, sebuah desa Kristen di mana warganya adalah asli suku Bali, bahkan gerejanya bentuknya mirip Pura.[40] Suku bangsa![]() ![]() Mayoritas penduduk yang mendiami provinsi Bali adalah suku asli setempat, yakni Bali. Suku Bali memiliki kekayaan budaya yang dikenal dunia, sehingga Bali menjadi tujuan utama wisatawan asing ke Indonesia. Selain kekayaan pantai, budaya yang diminati di Bali adalah tari-tariannya, seperti tari Kecak, festival seperti Ogoh-ogoh, dan lainnya. Suku terbanyak dari luar suku Bali adalah suku Jawa. Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Bali:[41]
BahasaSelain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan, yang paling dikenal dunia dari pertanian di Bali ialah sistem Subak. Sebagian juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang digunakan di Bali adalah bahasa Indonesia, Bali dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata. Bahasa Bali dan bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma dan keanggotan klan (istilah Bali: soroh, gotra); meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang besar dari industri pariwisata. Para karyawan yang bekerja pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, sering kali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai. Bahasa Jepang juga menjadi prioritas pendidikan di Bali. Masyarakat Bali menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa komunikasi antar sesama orang Bali selain bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bahasa Bali merupakan subkelompok dari rumpun bahasa Austronesia Barat, dipergunakan oleh sekitar tiga juta penutur.[42] Bahasa Bali memiliki fungsi dan kedudukan yang penting dalam kehidupan masyarakat Bali terutama pada topik-topik pembicaraan yang bersifat tradisional seperti pembicaraan masalah adat (dalam rapat atau pertemuan yang disebut sangkep) kebudayaan dan agama (Hindu).[43] ![]() Bahasa Bali terdiri atas dua dialek:
Masyarakat yang menggunakan dialek Bali Aga disebut masyarakat Bali Aga dan bermukim di wilayah pegunungan. Daerah pengguna dialek Bali Aga meliputi Kabupaten Karangasem, yaitu di Desa Tenganan, Kecamatan Manggis dan Desa Seraya, Kecamatan Karangasem; Kabupaten Bangli, yaitu di Desa Terunyan serta Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani dan Desa Penglipuran, Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli; Kabupaten Klungkung, yaitu di Desa Klumpu, Kecamatan Nusa Penida; Kabupaten Badung bagian utara, yaitu di Kecamatan Petang; Kabupaten Tabanan, yaitu di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel; Kabupaten Buleleng, yaitu di Desa Sepang (Kecamatan Busung Biu), Desa Sidetapa-Cempaga-Tigawasa-Pedawa (Kecamatan Banjar), dan Desa Sembiran-Julah (Kecamatan Tejakula); Kabupaten Jembrana, yaitu di Desa Nusasari, Kecamatan Melaya. Selain itu, bahasa Bali juga dituturkan di berbagai daerah lainnya di Indonesia, yakni di Nusa Tenggara Barat, Lampung, Sulawesi Tenggara, Jawa Timur dan Kalimantan Tengah khususnya di Kabupaten Kapuas.[44] Dialek Bali Dataran digunakan oleh masyarakat Bali yang bertempat tinggal di daerah pesisir atau dataran rendah di Bali, baik di bagian utara Bali maupun bagian selatan Bali. Dialek Bali Dataran menyebar hampir di seluruh wilayah di Bali. Adapun wilayah yang menggunakan dialek bali dataran seperti Kabupaten Klungkung dari wilayah utara di kecamatan Banjarangkan yaitu Desa Bumbungan; Kabupaten Jembrana, yaitu desa Pengragoan, kecamatan Pekutatan; Kabupaten Tabanan, yaitu di desa Bantas, kecamatan Selemadeg Timur dan desa Luwus, kecamatan Baturiti; Kabupaten Badung, yaitu di desa Baha, kecamatan Mengwi dan Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan; Kota Denpasar yaitu di Kampung Kepoan, Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan; Kabupaten Gianyar, yaitu di Desa Pupuan, Kecamatan Tegalalang dan Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh; Kabupaten Klungkung, yaitu di Kampung Toyapakeh, Kecamatan Nusa Penida dan Kampung Gelgel, Kecamatan Klungkung; Kabupaten Karangasem, yaitu di Desa Bebandem dan Kampung Kecicang Muslim, Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebanden serta Desa Tianyar, Kecamatan Kubu; Kabupaten Bangli, yaitu di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku; Kabupaten Buleleng, yaitu di Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Desa Kayu Putih, Kecamatan Banjar, dan Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak.[44] Bahasa Bali mengenal sistem sor singgih atau tingkatan-tingkatan berbahasa terutama bahasa Bali Dataran karena mendapatkan pengaruh dari Jawa. Tingkatan-tingkatan berbahasa tersebut masih dipertahankan hingga kini oleh masyarakata Bali terutama dalam ranah-ranah tradisional. Sistem Pelapisan sosial masyarakat Bali yang dikenal dengan catur warna sangat besar pengaruhnya terhadap penggunaan Bahasa Bali. Masing-masing kelas sosial dalam masyarakat Bali akan menggunakan bahasa Bali sesuai dengan siapa yang diajak bicara. Seorang sudra akan berbicara dengan bahasa Bali halus kepada seseorang dari kasta brahmana.[44] Bahasa Bali terus mengalami perkembangan terutama bahasa Bali dataran yang disebut sebagai bahasa bali standar. Berdasarkan hasil keputusan Pesamuhan Agung Bahasa Bali yang diadakan tahun 1974 bahasa Bali standar atau baku digunakan oleh masyarakat Bali dalam sekolah-sekolah, pertemuan-pertemuan, surat menyurat, kesusastraan, media massa elektronik dan cetak, adat dan budaya. Bahasa Bali baku ini mengacu pada bahasa yang digunakan oleh masyarakat tutur bahasa Bali yang berdomisili di Klungkung dan kota Singaraja, hal ini disebabkan karena kedua wilayah ini cukup lama menjadi pusat kekuasaan politik, ekonomi dan kebudayaan Bali. Selain itu, bahasa Bali di kedua daerah tersebut memiliki ciri yang sama baik secara fonologis maupun sintaksis.[44] Terdapat perbedaan yang cukup kentara dari bahasa Bali yang dituturkan di luar Bali dengan yang dituturkan di daerah Bali dan dari dialek Bali Aga dengan dialek Bali Dataran. Berdasarkan perhitungan dialektometri, persentase perbedaan yang terukur antara dialek Bali Aga dengan dialek Bali Dataran adalah sebesar 60%. Jika ditinjau lebih luas lagi terhadap daerah luar Bali, isolek Bali yang berada di pulau Bali memiliki perbedaan sebesar 71,75% dengan bahasa Bali di Nusa Tenggara Barat; sebesar 69,5% jika dibandingkan dengan bahasa Bali di Jawa Timur; sebesar 77,5% jika dibandingkan dengan bahasa Bali di Lampung; dan sebesar 76,75% jika dibandingkan dengan bahasa Bali di Sulawesi Tenggara.[44] Ekonomi![]() Tiga dekade lalu, perekonomian Bali sebagian besar mengandalkan dan berbasis pada pertanian baik dari segi output dan kesempatan kerja. Sekarang, industri pariwisata menjadi objek pendapatan terbesar bagi Bali. Hasilnya, Bali menjadi salah satu daerah terkaya di Indonesia. Pada tahun 2003, sekitar 80% perekonomian Bali bergantung pada industri pariwisata. Pada akhir Juni 2011, non-performing loan dari semua bank di Bali adalah 2,23%, lebih rendah dari rata-rata non-performing loan industri perbankan Indonesia (sekitar 5%). Ekonomi, bagaimanapun menderita secara signifikan sebagai akibat dari Bom Bali I tahun 2002 dan Bom Bali II tahun 2005. Industri pariwisata sendiri telah pulih dari akibat peristiwa ini. Pasca terjadinya Pandemi Covid-19 akhir tahun 2019, perekonomian Bali yang didominasi sektor Pariwisata, mengalami penurunan. Akan tetapi, sektor pertanian menjadi salah satu penopang utama perekonomian di provinsi Bali.[45] Pariwisata![]() ![]() Bali adalah primadona pariwisata Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia. Selain terkenal dengan keindahan alam, terutama pantainya, Bali juga terkenal dengan kesenian dan budayanya yang unik dan menarik. Industri pariwisata berpusat di Bali Selatan dan di beberapa daerah lainnya. Lokasi wisata yang utama adalah Kuta dan sekitarnya seperti Legian dan Seminyak, Sanur, Ubud, dan di daerah selatan seperti Jimbaran, Nusa Dua dan Pecatu.[46] Bali sebagai tempat tujuan wisata yang lengkap dan terpadu memiliki banyak sekali tempat wisata menarik, antara lain: Pantai Kuta, Pura Tanah Lot, Pantai Padang–Padang, Danau Beratan Bedugul, Garuda Wisnu Kencana (GWK), Pantai Lovina dengan Lumba Lumbanya, Pura Besakih, Uluwatu, Tegallalang, Ubud, Munduk, Kintamani, Amed, Tulamben, Pulau Menjangan dan masih banyak yang lainnya. Kini, Bali juga memiliki beberapa pusat wisata yang sarat edukasi untuk anak-anak seperti kebun binatang, museum tiga dimensi, taman bermain air, dan tempat penangkaran kura-kura.[46] Transportasi![]() ![]() Bali tidak memiliki jaringan rel kereta api namun jaringan jalan yang ada di pulau ini tergolong sangat baik dibanding daerah-daerah lain di Indonesia, jaringan jalan tersedia dengan baik khususnya ke daerah-daerah tujuan wisatawan yakni Legian, Kuta, Sanur, Nusa Dua, Ubud, dll. Sebagian besar penduduk memiliki kendaraan pribadi dan memilih menggunakannya karena moda transportasi umum tidak tersedia dengan baik, kecuali taksi dan angkutan pariwisata. Moda transportasi massal saat ini disiapkan agar Bali mampu memberi kenyamanan lebih terhadap para wisatawan. Sampai sekarang, transportasi di Bali umumnya dibangun di Bali bagian selatan sekitar Denpasar, Kuta, Nusa Dua, dan Sanur sedangkan wilayah utara kurang memiliki akomodasi yang baik. Jenis kendaraan umum di Bali atara lain:
Bali terhubung dengan Pulau Jawa dengan layanan kapal feri yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk di kabupaten Jembrana dengan Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi yang lama tempuhnya sekitar 30 hingga 45 menit saja. Penyeberangan ke Pulau Lombok melalui Pelabuhan Padangbai menuju Pelabuhan Lembar yang memakan waktu sekitar empat sampai lima jam lamanya tergantung cuaca. ![]() Transportasi udara dilayani oleh Bandara Internasional Ngurah Rai dengan destinasi ke sejumlah kota besar di Indonesia, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Timor Leste, RRC serta Jepang. Landas pacu dan pesawat terbang yang datang dan pergi bisa terlihat dengan jelas dari pantai dan menjadi semacam hiburan tambahan bagi para wisatawan yang menikmati pantai Bali. Untuk transportasi darat antar pulau di bali ada terminal Ubung-Denpasar dan terminal Mengwi yang menghubungkan pulau Bali dengan Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Terminal Ubung di pulau Bali ini melayani berbagai rute antar pulau tujuan Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Madura, Jember, dll. Angkutan antar pulau dilayani oleh armada bus besar dengan kelas ekonomi, bisnis dan eksekutif. Terminal Ubung relatif ramai mulai pukul 15.00–18.00 WITA karena pada jam tersebut banyak bus yang mulai berangkat ke kota tujuan masing-masing. Bagi anda yang datang ke terminal ini harap waspada karena banyak calo tiket yang agak memaksa penumpang. BudayaRumah Adat![]() Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan). Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya. Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung. Musik![]() Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam teknik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang dimainkan, misalnya gamelan jegog, gamelan gong gede(gamelan jawa kuno), gamelan gambang, gamelan selunding dan gamelan Semar Pegulingan. Ada pula musik Angklung dimainkan untuk upacara ngaben serta musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara lainnya. Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang merupakan musik tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan Belanda serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an. Umumnya musik Bali merupakan kombinasi dari berbagai alat musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan budaya, musik tradisional Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau saling memengaruhi daerah budaya di sekitarnya, misalnya pada musik tradisional masyarakat Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat Lombok. Tari![]() ![]() ![]() ![]() Seni tari Bali pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung.[47] Pakar seni tari Bali I Made Bandem[48] pada awal tahun 1980-an pernah menggolongkan tari-tarian Bali tersebut; antara lain yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali antara lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja, Prembon dan Joged serta berbagai koreografi tari modern lainnya. Salah satu tarian yang sangat populer bagi para wisatawan ialah Tari Kecak dan Tari Pendet. Sekitar tahun 1930-an, Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sang Hyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya. Tarian wali
Tarian bebaliTarian balih-balihan
Pakaian daerahPakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas kelihatannya sama. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik dan ornamen, berdasarkan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya. Pria![]() Busana tradisional pria umumnya terdiri dari:
Sering pula dikenakan baju kemeja, jas dan alas kaki sebagai pelengkap. Wanita![]() Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:
Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap. MakananMakanan utama![]() ![]() ![]() ![]() Provinsi Bali memiliki beragam kuliner khas Bali. Berbagai makanan olahan daging ayam dan babi, mendominasi kuliner di Bali. Makanan yang terkenal berasa dari Bali termasuk Ayam betutu dan Babi guling.[49]
Senjata![]() Salah satu senjata yang digunakan di Bali ialah Blakas. Blakas merupakan senjata tajam mirip pisau daging dari Bali, Indonesia yang memiliki bilah berbentuk persegi empat dengan mata pisau lurus.[50] Pahlawan Nasional
Tokoh BaliDalam budaya populer
Referensi
Pustaka
Lihat pulaPranala luar![]() Wikiwisata memiliki panduan wisata Bali. ![]() Wikimedia Commons memiliki media mengenai Category:Bali.
|
Portal di Ensiklopedia Dunia