Misao Fujimura (藤村 操code: ja is deprecated , Fujimura Misao, 20 Juli 1886 – 22 Mei 1903) adalah siswa Jepang kelahiran Hokkaido yang terkenal karena bunuh diri di Air terjun Kegon, Prefektur Tochigi. Sebelum tewas bunuh diri, Fujimura tercatat sebagai murid Sekolah Lanjutan Atas 1 (sistem pendidikan lama) yang merupakan cikal bakal Universitas Kekaisaran Tokyo.
Misao Fujimura dilahirkan sebagai putra sulung Fujimura Yutaka, direktur utama sebuah bank di Hokkaido. Ayahnya meninggal dunia pada tahun 1899 karena sebab yang tidak jelas, mungkin mati bunuh diri atau meninggal karena sakit. Kakeknya bernama Fujimura Masatoku, seorang samurai wilayah han Morioka.
Pada 22 Mei1903, Fujimura memanjat Air terjun Kegon di Nikkō, dan menulis puisi terakhirnya di batang sebuah pohon yang ada di dekatnya. Setelah selesai menulis puisi terakhir berjudul Perasaan di Puncak Karang (巌頭之感code: ja is deprecated , Gantō no Kan), Misao Fujimura, 18 tahun, terjun bunuh diri.
Publik Jepang terguncang mendengar berita siswa sekolah elit, Misao Fujimura memilih mati bunuh diri karena pesimis. Akibatnya, sejumlah orang meniru perbuatan Fujimura dengan bunuh diri di tempat yang sama. Walaupun dijaga pihak kepolisian, korban terus berjatuhan di Air terjun Kegon. Dalam waktu 4 tahun setelah tewasnya Fujimura, sejumlah 145 orang tewas bunuh diri, sedangkan 40 orang yang berniat bunuh diri berhasil diselamatkan. Sampai saat ini Air terjun Kegon terkenal sebagai salah satu lokasi favorit untuk bunuh diri.
Peristiwa bunuh dirinya Fujimura membuat Natsume Sōseki, guru bahasa Inggrisnya merasa terpukul. Sebelum bunuh diri, Fujimura memang sempat dimarahi Sōseki karena dinilai malas belajar. Sōseki sedikit menyinggung peristiwa bunuh diri Fujimura Misao dalam novel berjudul Wagahai wa Neko de Aru.
Makam Fujimura terletak di Pemakaman Aoyama, distrik Minato, Tokyo. Adiknya yang bernama Akira Fujimura, nantinya menjadi arsitek sekaligus direktur utama perusahaan realestatMitsubishi Estate.
Pohon tempat Fujimura meninggalkan puisi kematiannya sudah ditebang. Namun pohon tersebut sempat dipotret, dan foto tersebut dijual sebagai cenderamata bagi wisatawan yang mengunjungi Air terjun Kegon.
Yuyutaru kana tenjō, Ryōryōtaru kana kokon, Goshaku no shōku o motte hidai o hakaramu tosu, Horeisho no tetsugaku tsui ni nanra no ōsorichī o ataisuru mono zo, Banyū no shinsō wa tada hitokoto ni shite kotogotosu, iwaku "fukakai". Ware kono urami o idaite hammon, owari ni shi o kessuru ni itaru. Sude ni gantō ni tatsu ni oyonde, Kyōchū nanra no fuan aru nashi. Hajimete shiru, Ōinaru hikan wa ōinaru rakkan ni itchisuru o.
Begitu tanpa batas langit dan bumi Begitu jauh sekarang dan masa lalu Namun dengan tubuhku sekecil lima kaki, kucoba memahami segalanya, Akhirnya, mana mungkin filsafat Horatio bisa dipercaya, Kebenaran atas segalanya, hanya dinyatakan dengan sepatah kata, yakni "misteri". Kubawa sakit hati ini dengan penderitaan, akhirnya kuputuskan bunuh diri. Telah kuberdiri di puncak karang dan kusadari, Di dalam hatiku, tiada lagi kecemasan. Pertama kali kusadari, Kesedihan yang terdalam dan kegembiraan yang sangat adalah sama saja.