Media kebencianMedia kebencian adalah media yang berkontribusi demonisasi dan stigmatisasi terhadap orang-orang yang tergolong dalam kelompok berbeda yang dipercaya telah memainkan peran penting dalam membangkitkan kekerasan dan bahkan genosida. Kejahatan terhadap kemanusiaanUcapan kebencian yang dipromosikan oleh media dapat dihukum berdasarkan undang-undang nasional karena kemampuannya yang terbukti untuk berkontribusi pada (dan memicu) genosida, media kebencian yang digunakan untuk memprovokasi pembantaian suatu kelompok nasional, etnis, ras, atau agama tertentu, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Kegiatan ini dapat dihukum karena menghasut genosida menurut hukum internasional. Penghasutan terhadap genosida telah dinyatakan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dalam sidang Nuremberg, tetapi hanya propaganda media kebencian yang menyerukan pembasmian langsung yang dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.[1] Radio Televizija Srbije (RTS1) dan Perang YugoslavDua anggota Dinas Keamanan Federal (KOG) memberikan kesaksian untuk pihak penuntut dalam pengadilan Slobodan Milošević mengenai keterlibatan mereka dalam kampanye propaganda Milošević. Slobodan Lazarević menggambarkan kegiatan-kegiatan tersembunyi yang diduga dilakukan oleh KOG untuk merusak proses perdamaian, termasuk penambangan di lapangan sepak bola, menara air dan pembukaan kembali rel kereta api antara Zagreb dan Belgrade. Tindakan tersebut kemudian disalahkan pada pihak Kroasia. Mustafa Candić, asisten kepala KOG, menggambarkan penggunaan teknologi untuk memalsukan percakapan yang membuatnya terdengar seolah-olah pihak berwenang Kroasia memberi tahu warga Kroasia di Serbia untuk meninggalkan Serbia menuju Kroasia yang dianggap memiliki etnis murni. Percakapan tersebut disiarkan setelah serangan Orang Serbia terhadap warga Kroasia yang tinggal di Serbia dan memaksa mereka untuk melarikan diri. Ia juga memberikan kesaksian tentang contoh lain dari disinformasi yang melibatkan siaran televisi yang memperlihatkan mayat-mayat yang dijelaskan sebagai warga sipil Serbia yang dibunuh oleh Kroasia. Candić mengungkapkan bahwa ia percaya bahwa mayat-mayat tersebut adalah warga Kroasia yang dibunuh oleh Orang Serbia dan membenarkan adanya Operasi Opera dan Labrador.[2] Radio Télévision Libre des Mille Collines dan Genosida RwandaRadio Télévision Libre des Mille Collines (RTLM) berkontribusi pada genosida Rwanda dengan membantu otoritas Rwanda untuk "mendorong dan mengarahkan pembunuhan di daerah-daerah yang paling ingin menyerang anggota Tutsi dari oposisi Hutu dan di daerah-daerah yang awalnya menentang pembunuhan". Stasiun radio ini membantu membangkitkan kebencian terhadap Tutsi dengan menekankan kekejaman dan kelalaian mereka.[3] Der Stürmer dan GenosidaDer Stürmer adalah tabloid mingguan atau surat kabar Nazi yang diterbitkan dari tahun 1923 hingga 1945 dan dipimpin oleh Julius Streicher. Surat kabar ini terkenal karena kontennya yang bersifat antisemitisme.[4] Surat kabar ini memainkan peran penting dalam propaganda Nazi, mempromosikan ideologi rasial dan menghasut kekerasan terhadap orang Yahudi. Hal ini memicu genosida terhadap orang Yahudi selama Holocaust dengan membangkitkan kebencian di masyarakat Jerman.[5] Der Stürmer ditujukan kepada masyarakat umum Jerman, terutama kelas pekerja dan didistribusikan secara luas sehingga berpengaruh dalam membentuk opini publik. Surat kabar ini memfitnah orang Yahudi dan menyebarkan stereotip rasial, terutama di kalangan audiens yang kurang terdidik.[6] Setelah perang, Streicher dituduh menghasut genosida dan dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung dalam sidang Nuremberg.[7] Referensi
|