Mandong, Trucuk, Klaten
Desa Mandong terbagi menjadi tujuh dukuh; Jombang Rejo, Plagan, Bendungan, Slaman, Jlogedan, Dukuh, Mandong. Sebagian besar warga Mandong beragama Islam. Kehidupan EkonomiSebagian besar warga Mandong hidup dari bidang pertanian. Namun diferensiasi kerja juga tampak dalam kegiatan ekonomi di Desa Mandong. Selain bertani, warga Desa Mandong juga berternak sapi, Kambing, ayam, bebek, dan ikan lele. Sebagian yang lain berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha benang (lawe). biasanya mereka menggelar dagangannya di Pasar Kiringan, Pasar Temuwangi, Pasar Pedan dan Pasar Cawas. Sebagian lagi bekerja dalam bidang tekstil, terutama pemintalan benang dan produksi kain. hanya sebagian kecil menjadi Pegawai Negeri Sipil(terutama sebagai guru. Selebihnya sebagai pegawai swasta. Kepercayaan LokalDi Desa Mandong terdapat sebuah sendang (telaga). Menurut Erham Budi Wiranto, peneliti dari pascasarjana UGM yang pernah meneliti Sendang tersebut, terdapat kepercayaan masyarakat lokal bahwa Sendang Mandong dihuni oleh supranatural being yang disebut Kyai Gringsing, Kyai Remeng dan Kyai Kapulogo. Ketiga makhluk supranatural tersebut sering menampakkan diri sebagai bulus (penyu). Penghormatan masyarakat setempat terhadap ketiganya diwujudkan dalam bentuk upacara bersih sendang yang dilaksanakan setiap tahun. Setelah diadakan bersih sendang, maka ritual dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Wayang yang digelar selalu mengambil lakon Bharatayuda Jayabinangun. Bahkan, dalang yang memainkannya juga harus Ki Noto Carito atau keturunannya, tidak boleh diganti dalang lain dan tidak boleh memainkan lakon lain. Pelanggaran terhadap pakem ini dikhawatirkan akan membuat kyai Gringsing, Remeng, dan Kapulogo marah menimpakan wabah penyakit. Penghormatan lain berupa permohonan berkat bagi mempelai. setiap acara pernikahan, kedua mempelai akan diarak ke Sendang untuk meminum air sendang agar segala cita-cita setelah menikah dapat tercapai.
|