Lontong balap

Lontong balap di piring

Lontong balap adalah makanan khas Indonesia yang merupakan ciri khas kota Surabaya di Jawa Timur. Makanan ini terdiri dari lontong, taoge, tahu goreng, lentho, bawang goreng, kecap, dan sambal. Lontong balap terdiri dari lontong yang diiris-iris dan di atas irisan lontong ini ditumpangi irisan tahu dan remasan beberapa lentho (bulatan kecil sebesar ibu jari dan dipencet ini bentuk lentho asli lontong balap, berbeda dengan lentho yang dipakai sekarang), kemudian di atasnya ditumpangi kecambah setengah matang yang porsinya terbanyak dalam hidangan, setelah itu diambilkan kuah secukupnya, sambal dan kecap disesuaikan selera pembeli. Makanan ini dihidangkan dengan pasangannya yaitu, beberapa tusuk sate kerang.

Manfaat Lontong Balap

  1. Meningkatkan Imunitas Tubuh Lontong balap mengandung bahan-bahan seperti tauge, yang merupakan sumber vitamin C dan antioksidan. Vitamin C dikenal memiliki peran penting dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu melindungi tubuh dari serangan berbagai penyakit dan infeksi.
  2. Kaya Akan Vitamin Kombinasi bahan dalam lontong balap, seperti tahu, lentho, dan bumbu-bumbu rempah, juga menyumbangkan kandungan vitamin yang bermanfaat bagi tubuh. Vitamin-vitamin seperti B kompleks dan mineral seperti zat besi dan kalsium dapat ditemukan dalam beberapa bahan makanan yang digunakan dalam lontong balap. Asupan vitamin dan mineral yang cukup penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
  3. Mendukung Pembentukan Otot Lontong balap mengandung bahan makanan berprotein, seperti tahu dan lentho, yang bermanfaat untuk pembentukan dan pemeliharaan otot. Protein merupakan komponen penting bagi tubuh, terutama bagi mereka yang aktif secara fisik atau mengikuti program olahraga. Memiliki makanan yang mengandung protein membantu mempercepat pemulihan otot setelah aktivitas fisik dan memastikan fungsi tubuh yang baik.

Sejarah nama

Komponen lontong balap

Menurut cerita dahulu lontong balap masih dijual dalam kemaron besar yang terbuat dari tanah liat yang dibakar, yang berat dan dipikul keliling kota. Kemaron besar yaitu wadah terbuat dari tanah liat (dibakar menjadi warna merah bata). Karena bobot kemaron yang berat, sekarang tempat ini diganti dengan panci yang terbuat dari logam.

Para penjual lontong balap ini, untuk berebut pembeli di perjalanan dan pembeli di pasar berjalan cepat-cepat menuju pos terakhir di Pasar Wonokromo, dari jalan cepat ini menimbulkan kesan berpacu sesama penjual (dalam bahasa Jawa: balapan), dari balapan ini kemudian dikenal dengan nama lontong balap.

Penjual lontong balap pada zaman dulu didominasi oleh penjual dari Kampung Kutisari dan Kendangsari yang sekarang menjadi wilayah Surabaya Selatan. Dari Kutisari-lah makanan lontong balap berasal. Kampung Kutisari dan Kendangsari, pada kenyataannya, keduanya sama-sama berjarak lebih kurang 5 km dari Pasar Wonokromo. Karena lontong balap dikenal luas oleh masyarakat dari Pasar Wonokromo yang sekarang berubah nama menjadi DTC, nama tempat itu pun melekat serta menjadi ciri khas nama masakan "Lontong Balap Wonokromo" yang untuk masa sekarang disebut lontong balap.

Pada masa sekarang lontong balap lebih sering dijual dalam kereta dorong dan warung, meski demikian nama lontong balap tetap tidak berubah. Lontong balap juga adalah makanan favorit orang Surabaya.

Referensi