Lingkungan di PrancisLingkungan di Prancis merujuk pada kesatuan dari komponen-komponen alam di Prancis, yaitu lanskap dan habitat alami, spesies, keanekaragaman hayati, geodiversity dan keseluruhan dari fenomena dan interaksi yang mengaturnya. Itulah yang menjadi objek dari peraturan dan kebijakan sejak abad ke-17. Sebagai realisasi dari komitmen yang dibuat pada KTT Rio (1992), Konvensi Aarhus (1998), Direktif Eropa 2003/4/CE (2003), dan Piagam Lingkungan (2005) mengharuskan bahwa setiap orang tanpa siapapun identitasnya harus dapat mengakses informasi tentang lingkungan hidup. Prancis sering kali dinilai sebagai negara yang paling menghormati lingkungan di dunia, namun kondisi tersebut memburuk dengan cepat. Sebuah studi dari Yale Univesity dan Columbia University, menempatkan Prancis pada peringkat negara ketujuh pada tahun 2010 dan peringkat ke-27 pada tahun 2014.[1] Dimulai pada tahun 1994, Prancis mempublikasikan setiap empat tahun sekali laporan komprehensif mengenai lingkungan. PBB, IUCN, Eropa dan OECD kemudian menggunakan data tersebut disertai dengan data-data lainnya untuk secara periodik menilai situasi lingkungan negara ini, dengan merujuk semangat yang diusung OECD, « favoriser les échanges de bonnes pratiques, à aider les gouvernements à rendre compte de leurs politiques et à améliorer la performance environnementale, individuelle et collective, des pays »[2] atau "Mendorong pertukaran praktik-praktik lingkungan yang baik, membantu pemerintah dalam pelaporan kebijakan mereka dan meningkatkan kondisi lingkungan hidup baik setiap negara maupun secara kolektif". Bagian ketiga pada laporan akhir OECD menyangkut pembangunan berkelanjutan dan fokus pada transisi energi serta keanekaragaman hayati. Aktivitas manusiaIndustriIndustri di Prancis menghasilkan 45-50 % dari total emisi gas rumah kaca nasional. Sektor transportasi menghasilkan 22% dari total emisi gas rumah kaca, sedangkan perumahan menyumbang emisi sekitar 20-25 %. PertanianPada tahun 1997, lebih dari 20 000 km persegi merupakan lahan irigasi atau sekitar 7 % dari lahan pertanian produktif atau di Prancis dan Uni Eropa dikenal dengan istilah "surface agricole utile". Lahan irigasi ini terus meningkat dari 1,1 juta hektar pada tahun 1988 menjadi 1,6 juta pada tahun 2000.[3] 2,63 juta hektar lahan pertanian irigasi pada tahun 2000 dibandingkan dengan 0,8 juta di tahun 1970.[4] Data tersebut menunjukkan peningkatan daerah irigasi sebesar 229 % dalam 30 tahun. 5.7% merupakan lahan irigasi, khususnya budidaya jagung. Daerah dengan penyiraman yang intensif meliputi Nouvelle-Aquitaine, wilayah lembah di Rhône, la Beauce, dan les Pays de la Loire. Pada tahun 2005, lahan yang dikhususkan untuk pertanian organik sebesar 5,1% dari total lahan budidaya nasional. Namun 70 % dari produk-produk organik yang dikonsumsi di Prancis merupakan produk impor. Prancis merupakan negara konsumen pestisida kedua di dunia.[5] TransportasiDi tahun 2003, dua per tiga dari mobil yang terjual menggunakan diesel, sedangkan hanya 0,7% yang menggunakan biofuel. Prancis memproduksi setiap tahunnya sekitar 300 000 ton dari biodiesel.[6] Status lingkunganPencemaran airNegara anggota Eropa terikat pada kesepakatan untuk mencegah memburuknya status perairan; memulihkan kondisi perairan; mengurangi polusi dalam air permukaan; membersihkan zat berbahaya; dan untuk menurunkan konsentrasi polutan dalam air tanah. Pada tahun 2013:[7]
Berkat standardisasi instalasi pengolahan air limbah dan rendahnya kandungan fosfat dari deterjen berkontribusi pada penurunan hampir 50 % tingkat pencemaran sungai oleh bahan organik.[8] Perkembangan ini direalisasikan dengan perbaikan berkelanjutan untuk kualitas air mandi sehingga pada tahun 2012, sebesar 98 % dari air mandi di Prancis telah memenuhi standar Eropa.[9] Setelah periode panjang kemunduran, penurunan jumlah bahan organik dalam air memberikan kontribusi untuk peningkatan kualitas biologis. Kemajuan ini, namun, diimbangi oleh polutan lainnya yang tidak dapat dihilangkan akibat perubahan praktik pertanian dan industri. Dengan demikian, kadar nitrat pada perairan, mata air dan air tanah umumnya tetap tinggi,[10] khususnya di region Bretagne (yang merupakan dampak peternakan), di Ile-de-France dan Centre (sebagai dampak dari besarnya skala budidaya), praktek pertanian yang intensif di wilayah ini mengarah ke penumpukan nitrogen berlebih yang bermuara di perairan (selanjutnya mengalir ke laut) atau air tanah. Tentu saja, praktek pertanian kini lebih berhat-hati dalam penggunaan pupuk ; tetapi proses ini memakan waktu. Kelebihan nitrogen ini mengakibatkan banyak konsekuensi :
Pencemaran tanah dan air permukaan oleh pestisida juga menjadi perhatian.[12] Meskipun penggunaan pestisida menurun, namun molekul yang digunakan lebih efektif dalam dosis rendah. Selain itu, beberapa pestisida bertahan di lingkungan selama beberapa dekade setelah diaplikasikan. Sebanyak 90 % dari pestisida yang berasal dari kegiatan pertanian (tanaman lapangan, pemeliharaan anggur, budidaya hortikultur) dan 10 % untuk fasilitas lokal (pemeliharaan ruang publik, pembatas jalan) dan rumah tangga (dapur taman, ruang hijau, trotoar). Pestisida memang memiliki efek yang merugikan pada kesehatan dan kualitas sumber daya air. Sedangkan untuk nitrat pada konsentrasi tertentu, hingga saat ini tidak ada pengolahan untuk membuatnya aman dikonsumsi. Polusi udaraAktivitas manusia yang melepaskan berbagai polutan ke udara : emisi gas, industri dan kegiatan pertanian, emisi yang berkaitan dengan pemanas ruangan dengan kayu... Banyak polutan (nitrogen oksida, sulfur dioksida, senyawa organik yang mudah menguap, pestisida, dan partikulat) sehingga menjadi suspensi di udara. Polutan ini dapat memiliki efek yang merugikan pada kesehatan. Polusi udara adalah penyebab dari 19 000 kematian prematur setiap tahunnya. Di bawah peraturan Eropa yang mengatur mengenai emisi polutan ke udara, selama periode 1990-2012, emisi polutan telah menurun secara substansial.[13] Perangkat pembakaran kini menjadi lebih efisien, seperti bahan bakar dengan kandungan timbal lebih rendah. Namun demikian, Prancis masih sering kewalahan dalam urusan jaminan kesehatan manusia: Prancis dihadapkan secara rutin dengan puncak polutan ozon, nitrogen dioksida atau partikel halus. Emisi gas rumah kaca (GRK)Selama periode 1990-2012, emisi gas rumah kaca di Prancis telah menurun dari 12 % [14] yaitu setara 568 juta ton CO2 pada tahun 1990, menjadi 490 juta ton CO2 pada tahun 2012. Pada tahun 2012, emisi karena penggunaan energi (transportasi, penghangat ruangan, pengoperasian fasilitas industri) mewakili 71.6% dari total emisi. Sementara yang berasal dari aktivitas pertanian (pencernaan ruminansia, emisidari pupuk mineral yang tersebar pada tanah) mencapai 18 % dari total. Sementara proses industri sebesar 7 %. Pada saat yang sama, jejak karbon Prancis meningkat sebesar 11 %, terutama karena konsumsi barang dan jasa yang diimpor. Degradasi tanahTanah memiliki banyak fungsi. Kesuburan tanah berkontribusi dalam menjamin keamanan pangan. Dengan kemampuan menyimpan karbon organik, ia berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca. Kualitas tanah juga tergantung pada kondisi ekosistem (fauna, flora, dan habitat alami).[15] Namun tanah sering kali mengalami banyak desakan, seperti alih fungsi, infrastruktur transportasi, fasilitas rekreasi, kegiatan industri, kegiatan pertanian, hingga deforestasi. Hal ini mengakibatkan banyak dampak lingkungan, antara lain:
Pemanfaatan tanahPada tahun 2009, alih fungsi lahan meningkat (peningkatan 3 % dari tahun 2000 sampai 2006), terutama dengan mengorbankan lahan pertanian dan lingkungan semi-alami. Urbanisasi sangat tinggi di kawasan pinggiran dan di beberapa daerah rawan banjir, yang meningkatkan risiko bencana, misalnya banjir akibat badai yang disebabkan oleh badai Xynthia, dari tahun 1999 sampai tahun 2006, jumlah perumahan telah meningkat lebih dari 1 % per tahun (terjadi peningkatan 8 % dalam 5 tahun). Catatan kaki
|