Dahulu asal muasal penduduk Gumingsir berasal dari Blok Wali Kukum ( sekarang adalah perbatasan sawah milik Penduduk desa Limbangan dengan Desa Wonokromo ). Pada awalnya banyaknya penduduk Wali Kukum hanya berjumlah 28 orang dengan pimpinan Desa yang pertama adalah Kaki Koewoso/Kaki Bau Koewoso . karna letak Geografisnya Wali KuKum di sebelah timur Sungai Comal ( waktu itu letaknya di sebelah timur bantaran Desa Susukan ) maka jelas sebagai tempat langganan banjir dikala musim rendeng tiba, oleh sebab itu penduduk Wali Kukum selalu berusaha mencari tempat yang lebih tinggi atau selalu bergeser/Minggir untuk menghindari banjir luapan kali Comal.
Akhirnya mereka Minggir bergeser kearah utara agak ke timur ( timur laut, kalau sekarang tempat pertamanya di Gumingsir bagian Timur laut/Ujung. Di tempat baru ini banyak sekali pepohonan terutama pohon Wuni oleh karena itu mereka menyebutnya dengan Blok Siwuni.
Mereka sepakat berunding untuk nggingsir ( menyingkir pindah dari WaliKukum) ke tempat yang baru yang di sebutnya dengan Pulau Si Ceblung dengan pemimpin Desa bernama Kaki Koewoso atau biasa di sebut Bau Koewoso.
Pada waktu itu pemerintahan setingkat Kecamatan berada di Desa Padek, Oleh Camat Kaki Koewoso di beri mandat untuk menambah jumlah penduduk agar berjumlah 40 orang. Akhirnya ke 12 orang untuk menggenapi ke 40 orang di ambil dari Desa Wonokromo, Desa Susukan, Klegen, Sarwodadi/Kaso, gandu dan Desa Gedeg. Desa Si Ceblung yang berpenduduk campuran itu semakin tampak kemajuannya, baik cara-cara bercocok tanam, berdagang maupun sebagai nelayan dengan sampan kecil sederhana. Dari kemajuan yang semakin pesat dan cepat pemerintah Kecamatan memandang perlu adanya Kepala Desa/Lurah yang harus melalui pemilihan. Dengan demikian segera dilaksanakan pemilihan Lurah di Desa Si Ceblung dengan 2 calon lurah yang salah satu calon lurahnya berasal dari Desa Ketapang yaitu Kaki Daisan/Timan, sedang Calon Lurah yang satunya adalah Kaki Bau Koewoso sendiri.
Akhirnya yang terpilih adalah Kaki Daisan/Kaki Timan. Maka Lurah pertama Desa Gumingsir adalah Kaki Daisan/Timan dengan julukan Wonomerto Wijoyo. Dan mengingat Desa Si Ceblung berasal dari Walikukum dan beberapa orang dari desa tetangga maka Si Ceblung diganti menjadi Desa Gumingsir asal kata dari NGGINGSIR / DIGINGSIR
Kepala Desa Gumingsir
1.Kaki Daisan/ Timan dengan Julukan Ki Wonomerto Wijoyo
2.Kaki Blendrek dengan Julukan KI Wonorekso
3.Kaki Samblo ( yang saya baca tak ada julukannya)
4.Kaki Tjowongso
5.Kaki Taniman/ Kaki Torek dengan julukan Wono Drijo
6.Kaki Riwan / kaki Tjetet
7.Kaki Warmin dengan Julukan KI Wonosoeto
Pada kepemerintahan lurah Ki Wonosoeto ( adanya perkawinan anak lurah ) Gumingsir dan Limbangan di jadikan satu desa dengan Desa bernama Limbangan dan Gumingsir menjadi wilayah bagian Desa Limbangan…
II. Asal Muasal Desa Limbangan
Menurut sumber yang saya baca, penduduk desa limbangan asal mulanya dari penduduk Blok Pedasaran ( kira – kira tepatnya di bengkok carik desa limbangan dan desa sekitarnya) Pada zaman itu Blok Pedasaran sering sekali terjadi banjir saat musim – musim penghujan ( rendeng), maklum tempat tersebut lokasinya terlalu rendah sedangkan kali/sungai comal sering sekali meluapkan airnya ke segala penjuru kampong di sekitar sungai karna pada zaman tersebut sungai comal terletak di sebelah timur desa susukan .
Orang-orang penduduk blok Pedasaran selalu merasa terancam dan was-was karna banjir yang selalu datang tiba-tiba dari kali comal, apalagi Blok Pedasaran yang notabene dataran rendah yang akhirnya penduduk Blok Pedasaran senantiasa berusaha mencari tempat lain yang terhindar dari luapan air kali Comal agar jangan kebanjiran. Pada akhirnya mereka menemukan sebuah tempat di sebelah utaranya ( kalau sekarang adalah Ujung Barat Desa Limbangan ( Limbangan Kulon ). Maka mereka bulat untuk pindah tempat, pemindahan dilakukan berangsur angsur ini di sebut juga Nglimbang atau di Limbang ( di pindah ). Di tempat yang baru mereka menamakan dengan nama Desa Limbangan dengan Kepala Desa yang Pertama adalah Kaki Warmin atau KI Wonosuto.
Pada tahun 1923 kedua dusun tersebut menjadi 1 wilayah Desa dengan nama Desa Limbangan dibawah kekuasaan Kawedanan Comal, Karesidenan Pekalongan. Kemudian setelah kemerdekaan masuk ke wilayah Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.
Wilayah Desa Limbangan tidak mempunyai kebudayaan yang khas hal itu bisa di maklumi karena berpenduduk campuran dari berbagai daerah . untuk bahasa sehari hari penduduk Limbangan berbahasa khas yang mirip dengan bahasa OSING Blambangan.
Daerah ini pada awalnya lebih ke utara lagi masih berupa pantai dan laut ( Ujung Kumpul ), hingga terjadi pendangkalan air laut. Sebelum Desa Limbangan lahir desa di sebelah timur terdapat Desa Gumingsir dan Ketapang yang ada terlebih dahulu jauh sebelum Limbangan lahir….
Asal Usul Desa Limbangan
Penduduk desa Limbangan asal mulanya berasal dari Penduduk Blok Pedasaran (Wilayah Pedasaran saat ini terletak kira-kira di Lokasi sekitar Bengkok Carik Desa Limbangan ).
Blok Pedasaran merupakan daerah cekungan yang setiap musim penghujan (rendeng) selalu mengalami banjir karena rendahnya tanah blok itu. Terutama terkena imbas luapan sungai Comal.
Oleh sebab itu, penduduk Pedasaran berusaha mencari tempat yang bebas banjir. Akhirnya mereka sepakat untuk pindah di lokasi sebelah utaranya, lokasinya lumayan agak tinggi.
Maka mereka bertekad bulat untuk segera pindah tempat tinggal. Dan pemindahan warga dilakukan dengan cara bertahap, diketuai oleh masing-masing ketua kelompok. Perpindahan yang secara bertahap dan berangsur-angsur ini dikenal dengan istilah di "limbang", dan akhirnya tempat baru ini disepakati dengan nama Limbangan.
Pada saat itu Desa Padek adalah Kantor Penewu (Kecamatan), oleh Camat disarankan untuk memilih salah satu ketua kelompoknya untuk menjadi Kepala Desa atau Lurah. Atas saran Penewu, maka dilaksanakan pemilihan Lurah pertama kali di Limbangan. Dan hasil pemilihan itu mengangkat Kaki Kandah sebagai Lurah Limbangan dengan gelar Ki Lurah Singodipo.
Asal Usul Desa Gumingsir
Desa Gumingsir sebenarnya sudah terlebih dahulu terbentuk sebelum desa Limbangan.
Penduduk Gumingsir pada awalnya berasal dari Blok Walikukun (Lokasi saat ini Perbatasan sawah Desa Wonokromo dan Limbangan. Penduduk Walikukun hanya sekitar 28 Kepala Keluarga, dan dipimpin oleh Kaki Bau Kuwoso.
Pada waktu itu aliran kali Comal berada di sebelah timur Bantaran Kali Comal sekarang ini (Desa Susukan) sehingga sama seperti warga Blok Pedasaran yang selalu kebanjiran setiap musim penghujan dan meluapnya kali Comal.
Akhirnya penduduk Walikukun berusaha mencari tempat yang lebih tinggi untuk menghindari banjir tersebut. Mereka menemukan daerah agak tinggi disebelah utara timur (timur laut). Ditempat itu sudah banyak tumbuh pepohonan, terutama pohon Wuni sehingga dikenal dengan Blok Siwuni.
Diperoleh kesepakatan untuk pindah ke blok Siwuni tersebut. Perpindahan tersebut dalam bahasa jawa disebut Gingsir atau bergeser. Kemudian oleh pimpinan Walikukun Bau Kaki Kuwoso tempat baru itu diganti nama dengan sebutan Desa Siceblung.
Sehubungan dengan jumlah penduduk yang masih sedikit, maka atas saran Penewu (Camat) agar mereka mencari tambahan penduduk agar bisa membentuk Desa, akhirnya mereka mendapatkan 12 kepala keluarga yang masih kerabat mereka juga yang berasal dari Desa Wonokromo, Susukan Klegen, Sarwodadi (Kaso) Gandu dan Gedeg, sehingga jumlah penduduk sebanyak 40 Kepala Keluarga.
Ajaran Kaki Bau Kuwoso agar warganya yang berasal dari berbagai desa yang berbeda untuk menjadi suatu ikatan keluarga yang kuat, membuahkan hasil. Warga Siceblung dikenal sangat rajin dan ulet, mata pencaharian mereka adalah bertani dan nelayan. Semakin berkembangya masyarakat, bahkan dari desa Ketapang pun bergabung menjadi warga Siceblung, akhirnya Penewu (Camat) menyarankan untuk dilakukan pemilihan Lurah, pada waktu itu terdapat 2 calon Lurah yaitu Kaki Daisan (Timan) yang berasal dari Desa Ketapang dan Kaki Bau Kuwoso sendiri.
Adapun yang terpilih sebagai Lurah adalah Kaki Daisan sebagai Lurah pertama Desa Siceblung dengan gelar Ki Wonomerto Wijoyo.
Untuk mengenang sejarah perpindahan penduduk dari blok Walikukun dengan proses Gingsir, maka nama desa diubah menjadi desa Gumingsir.
Bersatunya Gumingsir dan Limbangan menjadi 1 Desa.
Pada tahun 1922 dimulai penataan wilayah desa, dilihat dari syarat jumlah penduduk dan luas wilayah, sesuai aturan Pemerintah Hindia Belanda maka disarankan oleh Wedana (Waktu itu Padek sudah menjadi Kawedanan) agar Desa Limbangan dan Desa Gumingsir disatukan menjadi satu wilayah.
Pada masa Pimpinan Lurah Gumingsir yaitu kaki Warmin yang bergelar Ki Wonosuto dan Lurah Limbangan Kaki Tarjan (H. Brahim) maka diadakan kesepakan untuk peleburan desa. Dan akhirnya disepakati untuk peleburan desa Lurah dan untuk Lurah Limbangan gabungan yang pertama adalah Ki Kardijan, beliau awalnya menjabat sebagai Bau Desa, namun Kepemimpinan beliau hanya 1 tahun, selanjutnya dilakukan Pemilihan Lurah bersama yang terpilih adalah Ki Sarkum dengan gelar Singodiwongso pada tahun 1923, dan semenjak itulah hanya ada satu Desa di wilayah Gumingsir dan Limbangan, yaitu Desa Limbangan.