Lie On Moy

Lie On Moy (1884–1951) merupakan jurnalis, penulis, dan penerjemah berlatar belakang Tionghoa-Padang di Hindia Belanda. Lie On Moy merupakan salah satu jurnalis dan penulis wanita peranakan Tiongkok pertama di Hindia Belanda.

Biografi

Lie On Moy lahir di Padang, Sumatra, Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada 1884.[1] Keluarganya merupakan Orang Hakka yang berimigrasi ke Padang dari Tiongkok.[1][2]. Adik lelakinya Lie In Eng merupakan jurnalis dan penerjemah terkenal.[1] Latar belakang pendidikannya tidak tercatat dengan baik, tetapi ia diketahui belajar dalam bahasa Tiongkok dan Bahasa Melayu.[2]

Sekitar pergantian abad, Lie On Moy pindah ke ibu kota Hindia Belanda Batavia dan menikah dengan Lauw Giok Lan, yang akan dikenal sebagai salah satu jurnalis peranakan tiongkok terkenal.[2][3] Mereka setidaknya memiliki satu anak, Lauw Soei Goan. Lie menjadi penerjemah terkenal cerita-cerita Tiongkok ke bahasa Melayu, yang dijadikan serial di surat kabar; Lie On Moy terkadang menerbitkan karyanya dengan nama samaran seperti Hemeling.[2][4] Pada masa itu, sangat jarang penulis peranakan Tiongkok dan pribumi di Hindia Belanda menerbitkan tulisan dengan namanya sendiri; Habis Gelap Terbitlah Terang karya Kartini merupakan salah satu karya terkenal, hanya diterbitkan pasca kematiannya. Jurnalis wanita peranakan Tiongkok lainnya seperti Siem Piet Nio, Lie Loan Lian Nio, dan Nyonya The Tiang Ek baru aktif pada tahun 1920an.

Pada 1913, Lie bersama dengan suaminya Lauw Giok Lan, Tjoe Bou San, dan Song Chong Soei mendirikan publikasi mingguan di Batavia dengan nama Penghiboer (Entertainer) walaupun tidak bertahan lama.[5][6][7]

Karya dan kehidupan Lie pasca-dekade 1910-an tidak terdokumentasi dengan baik. Karena masyarakat Hindia Belanda yang sangat konservatif era itu, dengan sedikit jabatan publik untuk wanita peranakan Tiongkok atau pribumi, terdapat kemungkinan Lie meneruskan kariernya sebagai penerjemah atau penulis di bawah nama samaran. Lie wafat pada tahun 1951.[8]

Referensi

  1. ^ a b c Salmon, Claudine (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography. Paris: Editions de la Maison des sciences de l'homme. hlm. 233. ISBN 9780835705929. 
  2. ^ a b c d Salmon, Claudine (1984). "Chinese Women Writers in Indonesia and their Views of Female Emancipation". Archipel (dalam bahasa Inggris). 28: 155. 
  3. ^ Chandra, Elizabeth (December 2015). "Blossoming Dahlia: Chinese Women Novelists in Colonial Indonesia". Southeast Asian Studies. 4 (3): 533–64. 
  4. ^ Guo, Quan Seng (2023). Strangers in the Family: Gender, Patriliny, and the Chinese in Colonial Indonesia. Ithaca: Cornell University Press. hlm. 215. ISBN 9781501772528. 
  5. ^ Song, Ge (29 November 2021). "Les Sam Kok en malais aux Indes néerlandaises". Archipel. Études interdisciplinaires sur le monde insulindien (dalam bahasa Prancis) (Hors-Série n°1 - Ge SONG, Indes néerlandaises et culture chinoise - Deux traductions malaises du Roman des Trois Royaumes (1910-1913)): 49–68. doi:10.4000/archipel.2579. ISSN 0044-8613. 
  6. ^ Salmon, Claudine (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography. Paris: Editions de la Maison des sciences de l'homme. hlm. 223. ISBN 9780835705929. 
  7. ^ Setyautama, Sam (2008). Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa Di Indonesia. Jakarta: Gramedia. hlm. 160. ISBN 9786024246617. 
  8. ^ Setiono, Benny G. (2003). Tionghoa dalam pusaran politik. Jakarta: Elkasa. hlm. 445. ISBN 9799688744.