Letusan limnik adalah jenis bencana alam yang terjadi ketika karbon dioksida (CO2) secara mendadak meletus dari dasar danau dan membentuk awan gas yang dapat membuat hewan dan manusia mati lemas karena tidak dapat bernapas. Letusan tersebut juga dapat memicu tsunami. Bencana semacam ini jarang terjadi.
Bencana ini dapat terjadi jika air di danau menjadi jenuh dengan gas karbon dioksida. Gas ini mungkin berasal dari gas vulkanik di bawah danau atau dekomposisi materi organik. Karbon dioksida akan lebih mudah terserap jika tekanan air di danau tinggi, sehingga semakin dalam suatu danau, semakin tinggi tekanan di dasar, dan semakin banyak karbon dioksida yang larut ke dalam danau tersebut. Selain itu, karbon dioksida juga lebih mudah larut jika airnya dingin, dan dasar danau biasanya lebih dingin dari permukaan. Setelah danau sudah jenuh dengan karbon dioksida, peristiwa gempa bumi, aktivitas vulkanik, atau ledakan akan mendorong air yang jenuh ke atas, dan di situ tekanannya lebih rendah dan tidak dapat menahan karbon dioksida, sehingga gelembung-gelembung mulai muncul di permukaan dan gas karbon dioksida meletus ke atas.
Bencana ini pernah terjadi di Danau Monoun di Kamerun pada tanggal 15 Agustus 1984 dan menewaskan 37 orang.[1] Peristiwa ini juga pernah terjadi di Danau Nyos yang juga terletak di Kamerun pada tanggal 21 Agustus 1986 dan menghasilkan tsunami setinggi 25 m. Warna danau berubah menjadi merah dan gas karbon dioksida menyebar ke desa-desa sekitar. Hampir semua orang di sekitar danau tersebut meninggal karena tidak dapat bernapas. Tercatat terdapat 1.700 orang dan 3.500 hewan ternak yang tewas.[2]
Letusan limnik juga diperkirakan dapat terjadi di Danau Kivu karena danau tersebut sangat dalam dan mengandung banyak sekali karbon dioksida. Sampel sedimen yang diambil oleh Profesor Robert Hecky dari Universitas Michigan bahkan menunjukkan bahwa setiap 1000 tahun terjadi letusan yang mengakibatkan kepunahan di sekitar danau. Di pinggir danau ini kini terdapat sekitar dua juta warga dan danau ini 2.000 kali lebih besar daripada Danau Nyos. Danau ini juga terletak di dekat Gunung Nyiragongo yang dapat menjadi pemicu letusan limnik.
Terdapat upaya untuk mencegah letusan limnik dengan mengeluarkan gas dari danau-danau yang berbahaya. Pada Januari 2001, sebuah pipa dipasang oleh tim Prancis-Kamerun di Danau Nyos dan dua pipa lainnya dipasang pada tahun 2011 dengan dana dari United Nations Development Programme.[3][4] Sebuah pipa dipasang di Danau Monoun pada tahun 2003 dan dua pipa lain ditambahkan pada tahun 2006.[3][4] Pipa-pipa ini diperkirakan dapat mencegah peningkatan kadar gas karbon dioksida karena jumlah gas yang dikeluarkan sama dengan jumlah gas yang masuk secara alami ke dasar danau. Pada Januari 2003, diadakan sebuah proyek selama 18 bulan untuk mengeluarkan semua gas dari Danau Monoun,[5] dan semenjak itu danau ini dianggap aman.[3]
Catatan kaki
- ^ Sigurdsson, H.; Devine, J.D.; Tchua, F.M.; Presser, F.M.; Pringle, M.K.W.; Evans, W.C. (1987). "Origin of the lethal gas burst from Lake Monoun, Cameroun". Journal of Volcanology and Geothermal Research. 31: 1–16. Bibcode:1987JVGR...31....1S. doi:10.1016/0377-0273(87)90002-3.
- ^ Kling, George W.; Clark, Michael A.; Wagner, Glen N.; Compton, Harry R.; Humphrey, Alan M.; Devine, Joseph D.; Evans, William C.; Lockwood, John P.; et al. (1987). "The 1986 Lake Nyos Gas Disaster in Cameroon, West Africa". Science. 236 (4798): 169–75. Bibcode:1987Sci...236..169K. doi:10.1126/science.236.4798.169. PMID 17789781.
- ^ a b c Jones, Nicola (2010). "Battle to degas deadly lakes continues". Nature. 466 (7310): 1033. doi:10.1038/4661033a. PMID 20739980.
- ^ a b Nasr, Susan (24 March 2009). "How did Lake Nyos suddenly kill 1,700 people?". HowStuffWorks.com. Diakses tanggal 18 April 2013.
- ^ Nicola Jones (1 February 2003). "Lake to lose its silent killer". newscientist. Diakses tanggal 2009-08-20.
Pranala luar