Letusan efusif adalah letusan yang berupa lelehan lava melalui retakan-retakan yang terdapat pada tubuh gunung api. Letusan dicirikan oleh magma yang di dalamnya bersifat basa, yang dapat membentuk aliran lava atau pembentukan kubah lava.[1][2] Efusif biasanya terjadi jika magma yang terkandung dalam gunung api sifatnya encer serta kandungan gasnya relatif sedikit.[3] Bentuk gunung berapi yang akan dihasilkan berbentuk kerucut melingkar dan perisai.[4]
Ringkasan
Letusan efusif terjadi ketika magmabasal berair panas (1200 °C) yang memiliki kekentalan dan kandungan gas yang relatif rendah mencapai permukaan. Gas terlarut keluar dengan mudah saat magma keluar, membentuk lava yang mengalir (aliran lava) menuruni bukit dengan cukup mudah.[5] Sementara letusan eksplosif umumnya melibatkan magma yang lebih kental dan memiliki kandungan gas yang lebih tinggi,[6] serta berasal dari fragmentasi magma.[7]
Letusan ini (relatif) letusan lembut dan efusif (lembut). Letusan efusif umumnya kurang berbahaya, meskipun letusan aliran lava mafik besar dapat merusak properti dan mungkin memiliki efek buruk pada kulitas udara regional.[2] Gunung berapi efusif tidak menghasilkan abu sehingga gunung berapi hanya terbuat dari lava. Letusan-letusan ini terjadi di batas lempeng divergen dan di tengah lempeng.[8] Jika magma naik sangat lambat di dalam saluran atau tenggorokan gunung berapi, semua gas bisa keluar. Ketika magma kental (atau lengket), ia tidak dapat mengalir mencapai permukaan, sehingga membentuk kubah lava.[1]
Transisi antara vulkanisme efusif dan eksplosif dapat terjadi selama fase letusan tunggal, misalnya, selama episode pertumbuhan dan keruntuhan kubah, dan letusan Vulcanian. Transisi dalam gaya letusan di gunung berapi yang sama juga dapat terjadi selama beberpa letusan, misalnya, aliran lava dan letusan Plinian dipisahkan oleh interval istirahat.[9]
Referensi
^ ab"Eruption styles". British Geological Survey (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-03-20.