Lembayung malabarWikispecies mempunyai informasi mengenai Lembayung malabar.
Lembayung malabar,[1] basella rubra,[2] bayam sailan,[2] gandola [2] atau gendola[3] (Basella alba) adalah tumbuhan melilit, memiliki bunga, termasuk ke dalam genus Basella.[4] Tanaman ini berasal dari India anak benua, Indocina, Malaysia, Indonesia, Filipina, New Guinea; menjadi tumbuhan umum di Afrika, Cina Selatan, Amerika Tengah, dan berbagai negara Oseania.
Nama lainNama lain dari tumbuhan basella rubra ini adalah basella alba, bayam malabar, bayam panjat, gandola atau gendola; lembayung, remayung atau remajong dalam istilah Melayu.[5] DeskripsiLembayung malabar adalah tanaman merambat tahunan, tapi kadang-kadang dibudidayakan sebagai sayuran semusim. Batangnya sukulen dengan daun yang lunak. Tumbuhnya cepat, produktif, merupakan sayuran daun untuk pekarangan dan dijual. Lembayung merupakan sumber vitamin A dan C terutama jenis yang berbatang merah. Tumbuh di daerah panas dan lembap. Temperatur rendah memperlambat pertumbuhan dan menghasilkan daun yang kecil. Naungan akan menyebabkan lebih lebar dibandingkan dengan daun tanaman yang ditumbuhkan di bawah matahari penuh. Penyinaran <13 jam menyebabkan pembungaan. Lembayung dapat ditumbuhkan di berbagai kondisi tanah, akan tetapi tanah lempung berpasir lebih disukai terutama bila dilengkapi dengan bahan organik. pH tanah yang dianjurkan 5,5–8.[a][6] Lembayung memiliki batang yang tebal dan lunak dengan daun berbentuk hati dan bertangkai pendek. Daunnya tebal, berkerut, berair, dan berwarna hijau atau ungu. Basella rubra memiliki bunga berwarna merah dan batang merah keunguan, sedangkan B. alba memiliki daun dan batang berwarna hijau. Basella alba memiliki jumlah kromosom 2n = 48, sedangkan B. rubra 2n = 44.[7] KhasiatDaun lembayung berkhasiat sebagai obat pilek, obat borok, obat bisul, dan obat sembelit, akarnya berkhasiat sebagai obat mencret. Untuk obat pilek dipakai ± 10 gram daun segar Basella rubra direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit, setelah dingin disaring.[8] Tanaman ini menghasilkan tunas yang dapat dikonsumsi seperti bayam. Tunas muda dan daunnya dapat digunakan sebagai sayuran dengan direbus atau diolah menjadi sup, ditumis, atau dapat juga dibuat salad. Tunas muda dan daun basela kaya kandungan kalsium, zat besi, serta vitamin A dan C, sedangkan sebagai tanaman obat, daun vasela memiliki aktivitas antimikrob, antidiabetik, dan antiinflamatori. Dalam 100 g bagian yang dimakan, Basela mengandung air 91 g, protein 2,1 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 3,9 g, dan serat 1,3 g. Selain itu mengandung nilai energi sebesar 112 kJ/100 g. Kandungan vitamin dan mineralnya bervariasi, di antaranya vitamin A 1686-6390 IU, vitamin C 29–166 mg, Ca 16–117 mg, dan Fe 1,2–3,1 mg. Selain daun dan pucuk mudanya, bagian yang dapat dimanfaatkan ialah buahnya. Buah basela mengandung antosianin yang tinggi dan relatif stabil terhadap perubahan pH, suhu, dan cahaya, sehingga dapat dijadikan pewarna alami makanan.[7] BudidayaBasela dapat hidup pada kesuburan tanah sedang, namun sangat tanggap terhadap pemupukan N dan pupuk organik. Kombinasi pupuk organik dan anorganik dapat meningkatkan hasil dan memelihara kesuburan tanah. Pemupukan susulan dilakukan pada saat 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 HST yaitu berupa pupuk NPK 16:16:16 dengan dosis masing-masing aplikasi 60 kg/ha. Basela memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhannya. Pengairan harus dilakukan terutama setelah semai atau penanaman di dalam plot untuk menjamin pertumbuhan yang baik. Penyiangan diperlukan untuk menghindari persaingan tanaman dengan gulma. Untuk menunjang pertumbuhan yang baik, Basela memerlukan trellis atau gelagar sebagai penopang, karena karakter tumbuhnya yang merambat. Basela sangat rentan terhadap serangga daun, seperti leafminer dan ulat. Cara mencegahnya ialah menutup tanaman dengan jala, atau dapat juga dengan aplikasi pestisida yang sesuai target dan rekomendasi, sedangkan penyakit yang biasa menyerang ialah bercak daun yang disebabkan oleh Cercospora,Alternaria, atau Colletotrichum. Budidaya Basela yang baik dapat mencegah serangan penyakit, misalnya dengan rotasi tanaman, sanitasi lahan pekarangan, jarak tanam yang cukup, serta pengairan yang baik.[9] Basella bisa dipanen 30-45 hari setelah tanam (hst). Panen dapat dilakukan sekali atau beberapa kali. Untuk panen sekali, batang atau tunas dengan panjang 15 –25 cm dipotong dekat dengan permukaan tanah, dicuci dan diikat. Untuk panen beberapa kali, daun muda dan tunas dipanen dalam interval satu minggu. Panen yang berulang menghambat pembungaan dan merangsang tunas samping. Bila tunas memanjang karena tidak dipanen, maka tanaman perlu ditunjang dengan tralis. Sayuran daun seperti basella cepat layu, karena itu perlu dipanen sore hari atau pagi hari dan ditempatkan pada tempat yang sejuk dan terlindung dari sinar matahari.[6] GaleriReferensi
Catatan kaki
Lihat pula |