Komisi Lytton adalah suatu komisi dipimpin oleh V. A. G. R. Bulwer-Lytton, Earl Lytton kedua dari Britania Raya. Grup yang berada selama enam minggu di Manchuria pada musim semi 1932 dalam suatu misi pencari fakta, setelah bertemu dengan para pemimpin pemerintahan di Republik Tiongkok dan Jepang. Ketika itu diharapkan bahwa laporan yang dihasilkan oleh Komisi akan dapat membantu meredakan tingkat permusuhan antara Jepang dan Cina, dan dengan demikian akan membantu menjaga perdamaian dan stabilitas di Timur Jauh.
Isi laporan
Laporan Lytton berisi penjelasan mengenai situasi di Manchuria sebelum September 1931, yang menggambarkan berbagai hal yang tidak memuaskan tentang administrasi Cina dan cenderung memberikan dukungan atas berbagai klaim dan keluhan Jepang. Laporan kemudian dilanjutkan dengan narasi tentang peristiwa di Manchuria sesudah 18 September 1931, berdasarkan bukti dari berbagai orang dan keterangan saksi mata. Ia menggambarkan poin-poin penting dari Pertempuran Shanghai. Perhatian khusus diberikan terhadap asal usul dan perkembangan Negara Manchukuo, yang telah dideklarasikan pada saat Komisi tiba di Manchuria. Juga dibahas persoalan kepentingan ekonomi Jepang, baik di Manchuria maupun di Cina secara keseluruhan, serta bentuk dan efek dari boikot anti-Jepang yang dilancarkan Cina. Demikian pula kepentingan Rusia di kawasan tersebut juga disebutkan. Akhirnya, Komisi memasukkan studi tentang kondisi, yang dalam penilaian mereka, membuat solusi yang memuaskan dapat diterapkan; serta membuat berbagai usulan dan saran mengenai bagaimana kesepakatan mewujudkan prinsip-prinsip tersebut dapat diwujudkan.
Terlepas dari usaha untuk menjaga imparsialitas atas pandangan Cina dan Jepang yang saling bertentangan, efek Laporan Lytton dianggap sebagai pembenaran substansial dari argumentasi Cina, terutama pada masalah-masalah yang paling fundamental. Secara khusus, Komisi menyatakan bahwa operasi Tentara Kekaisaran Jepang yang dilakukan menyusul Insiden Mukden tidak dapat dianggap sebagai upaya membela diri yang sah. Mengenai Manchukuo, laporan tersebut menyimpulkan bahwa negara baru itu tidak mungkin terbentuk tanpa kehadiran tentara Jepang; negara tersebut tidak memiliki dukungan warganya (bangsa Cina), serta bukan terjadi karena gerakan kemerdekaan yang tulus dan spontan.
Konsekuensi
Pada bulan September 1932, bahkan sebelum berbagai temuan dalam Laporan Lytton diumumkan secara resmi pada tanggal 2 Oktober 1932, pemerintah Jepang telah memberikan pengakuan diplomatik resmi bagi pemerintahan boneka Manchukuo. Ketika temuan laporan tersebut diumumkan di Majelis Umum Liga Bangsa-Bangsa, pada bulan Februari 1933 sebuah mosi kemudian diajukan untuk mengutuk Jepang sebagai pihak agresor. Delegasi Jepang di bawah pimpinan Duta Besar Yosuke Matsuoka melakukan walk out. Pada 27 Maret 1933, Jepang mengumumkan menarik diri secara resmi dari keanggotaan Liga Bangsa-Bangsa.
Pada akhirnya, Laporan Lytton telah berperan menunjukkan kelemahan-kelemahan yang ada pada Liga Bangsa-Bangsa, dan ketidakmampuannya untuk menegakkan keputusannya sendiri. Situasi yang ada semakin dipersulit dengan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh Komisi Lytton untuk mempersiapkan laporannya. Selama waktu tersebut, Jepang telah mampu memastikan kekuasaannya atas Manchuria, dan dengan demikian secara bebas dapat mengabaikan kecaman Liga tanpa hukuman apapun.
Referensi
Walters, F. P. A History of The League of Nations. London, UK: Oxford University Press, 1960. hlm 491-492