La Posasu adalah seorang raja yang memerintah di Kerajaan Muna sejak tahun 1520. Ia berkedudukan sebagai Raja Muna ke-VIII menggantikan kakaknya yang bernama Lakilaponto setelah kakaknya menjadi sultan di Kesultanan Buton. Pada masa La Posasu terjadi perpindahan pusat pemerintahan Kerajaan Muna dari Bombona Wulu ke Kontu Kowuna. Pada masa pemerintahan La Posasu terjadi ikut-campur dari Kesultanan Buton atas masalah Kerajaan Muna sehingga kedua kerajaan ini mengalami perselisihan. Adik dari La Posasu menggantikan dirinya sebagai Raja Muna ke-IX setelah perselisihan antara Kerajaan Muna dan Kesultanan Buton.
Silsilah
La Posasu adalah putra kedua dari Sugi Manuru. Sugi Manuru merupakan raja di Kerajaan Muna yang menjabat sejak tahun 1501–1517 M sebagai Raja Muna Ke-VI.[2] La Posasu memiliki seorang kakak laki-laki bernama Lakilaponto dan seorang adik laki-laki bernama Rampe Isomba. Lakilaponto sebagai kakaknya menjabat sebagai Raja Muna ke-VII sejak tahun 1517–1520 menggantikan ayahnya yaitu Raja Muna ke-VI, Sugi Manuru.[2]
Masa pemerintahan
Awal pemerintahan
Pada tahun 1517, Lakilaponto mulai menjabat sebagai raja di Kerajaan Muna. Ia menjabat hingga tahun 1520. La Posasu menggantikan posisi kakaknya yaitu Lakilaponto sebagai raja di Kerajaan Muna pada tahun 1520 setelah kakaknya menjabat sebagai Raja Muna ke-VII selama 3 tahun.[2] Pergantian ini terjadi karena Lakilaponto menjadi raja di Kesultanan Buton. La Posasu kemudian menjadi Raja Muna ke-VIII.
Pemindahan ibu kota Kerajaan Muna dari Bombona Wulu ke Kontu Kowuna diperkirakan terjadi pada masa pemerintahan La Posasu. Pemindahan ini menjadikan istilah "Wuna" menjadi terkenal pemakaiannya dalam percakapan penduduk dalam bahasa Muna di Kerajaan Muna. Nama "Wuna" dalam bahasa Muna secara harfiah berarti bunga. Namun Wuna bukanlah bunga dari tumbuhan, melainkan karang yang menempel pada batu gunung dan berbentuk bunga pada tumbuhan. Sehingga nama Kontu Kowuna berarti batu berbunga.
Akhir pemerintahan
Pada masa La Posasu sebagai Raja Muna terjadi perselisihan dengan kakaknya yang menjabat sebagai Sultan Buton. Perselisihan ini diawalioleh pembangkangan rakyat Kerajaan Muna kepada La Posasu. Lakilaponto sebagai Sultan Buton sekaligus kakak dari La Posasu mengusahakan penyelesaian perselisihan antara rakyat dengan adiknya. Namun usaha ini gagal dan terjadi kekerasan yang dianggap sebagai tindakan ikut-campur Kesultanan Buton atas masalah Kerajaan Muna. Kekuasaan La Posasu sebagai Raja Muna ke-VIII akhirnya digantikan oleh adiknya yang bernama Rampe Isomba. Adiknya kemudian menjadi Raja Muna ke-IX.
Referensi
Catatan kaki
Daftar pustaka
- Niampe, L., Aso, L., dan Syahrun (2018). Kubais, ed. Wuna Anaghaini (PDF). Kendari: Oceania Press. ISBN 978-602-50640-0-5.
- Zuada, La Husen (2020). Samad, Muhammad Ahsan, ed. Desentralisasi, Gerakan Sosial, dan Etnisitas: Dinamika Politik Kendari (PDF). Kendari: Literacy Institute. ISBN 978-602-5722-38-7.