Krisis pemerintahan Italia 2021 adalah peristiwa politik di Italia yang terjadi pada Januari 2021. Peristiwa ini mencakup pengumuman Matteo Renzi, pemimpin Italia Viva (IV) dan mantan Perdana Menteri, yang menyatakan mencabut dukungan dari IV kepada pemerintahanGiuseppe Conte.[1] Namun, pada 18 dan 19 Januari, partai Matteo abstain dan pemerintah memenangkan mosi percaya kunci di Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat.[2]
Pada 26 Januari, Perdana Menteri Giuseppe mengundurkan diri dari jabatannya sehingga mendorong Presiden Sergio Mattarella untuk memulai konsultasi baru bagi pembentukan pemerintahan baru.
Pada September 2019, pemerintahan baru dibentuk antara Gerakan Bintang Lima (M5S), Partai Demokrat (PD) dan Bebas dan Setara (LeU), dengan profesor universitas independen, Giuseppe Conte, sebagai pemimpinnya.[3][4][5][6] Namun, pada 16 September, beberapa hari dari pemungutan suara penobatan, dalam sebuah wawancara dengan La Repubblica, mantan Perdana Menteri Matteo Renzi mengumumkan niatnya untuk meninggalkan PD dan mendirikan partai baru bernama Italia Viva (IV).[7][8] Dalam wawancara itu, dia juga membenarkan dukungan kepada pemerintahan Conte.[9] Dua menteri, Teresa Bellanova dan Elena Bonetti, dan satu wakil menteri, Ivan Scalfarotto, mengikuti jejak Matteo ke partai barunya.[10]
Krisis politik
Antara Desember 2020 dan Januari 2021, diskusi muncul dalam koalisi pemerintah antara Giuseppe, mantan Perdana Menteri Matteo, dan pemimpin Italia Viva.[11] Mattep menyerukan perubahan radikal pada rencana pemulihan ekonomi pemerintah setelah pandemi COVID-19 dan juga menuntut Giuseppe menyerahkan mandatnya atas tugas koordinasi dinas rahasia.[12] Semasa konferensi pers akhir tahun, Giuseppe menolak permintaan Matteo dan menegaskan ia masih memiliki mayoritas di Parlemen.[13]
Pada 13 Januari, dalam konferensi pers, Matteo mengumumkan pengunduran diri dua menteri IV yang secara efektif memicu runtuhnya pemerintahan Giuseppe.[14] Matteo menyatakan: "Kami tidak akan mengizinkan siapa pun untuk memiliki kekuatan penuh, kami telah memulai pemerintahan ini yang tidak diberikan kepada Salvini. Ada keadaan darurat yang dramatis untuk dihadapi, tetapi itu tidak bisa menjadi satu-satunya unsur yang membuat pemerintah tetap hidup. Menanggapi pandemi berarti memiliki keinginan dan kebutuhan untuk membuka pemblokan situs konstruksi dan bertindak berdasarkan kebijakan industri. Ada alasan jika Italia adalah negara dengan jumlah kematian dan PDB tertinggi yang runtuh."[15]
Semasa pertemuan Dewan Perwakilan Rakyat malam sebelumnya, Giuseppe menyerang Mattep dengan gencar dengan menyatakan, "Italia Viva telah memikul tanggung jawab serius untuk memulai krisis pemerintah. Saya dengan tulus menyesal atas kerusakan besar yang telah ditimbulkan bagi negara kita karena krisis pemerintah di tengah pandemi. Jika sebuah partai memaksa para menterinya mundur, beratnya keputusan ini tidak dapat dikurangi sedikitpun."[16] Perdana Menteri segera didukung oleh Sekretaris Partai Demokrat, Nicola Zingaretti, yang menyebut krisis tersebut sebagai kesalahan yang sangat serius terhadap Italia dan tindakan terhadap Italia,[17] sementara Menteri Kebudayaan, Dario Franceschini, kepala delegasi demokrasi di pemerintahan, menyatakan: "Siapapun yang menyerang Perdana Menteri, menyerang seluruh pemerintahan dan Giuseppe Conte melayani negara dengan semangat dan dedikasi di saat tersulit dalam sejarah republik kita ".[18] Menteri Luar Negeri dan mantan pemimpin M5S, Luigi Di Maio, menggambarkan keputusan Mattep adalah langkah sembrono dengan menegaskan bahwa Perdana Menteri Giuseppe dan Presiden Sergio Mattarella adalah dua tiang Italia pada saat yang sarat ketidakpastian,[19] manakala Roberto Speranza, Menteri Kesehatan dan pemimpin de factoBebas dan Setara (LeU), mengatakan bahwa Conte "telah melayani negara dengan disiplin dan hormat", menambahkan bahwa LeU masih mendukungnya.[20] Selain itu, banyak anggota kabinet terkemuka lainnya seperti Stefano Patuanelli, Alfonso Bonafede, Vincenzo Spadafora dan Riccardo Fraccaro.[21] Para pemimpin oposisi, Matteo Salvini dan Giorgia Meloni, segera meminta pemilihan cepat.[22]
Pada 15 Januari, Conte mengumumkan bahwa dia akan melaporkan tentang krisis pemerintah di parlemen minggu depan. Dalam kesempatan itu, dia juga akan mencari mosi percaya untuk mengkonfirmasi dukungan parlemen terhadap pemerintah.[23]
Mosi percaya
Pada 18 Januari 2021, pemerintah memenangi mosi percaya di Dewan Perwakilan Rakyat dengan 321 suara mendukung, 259 suara menentang, dan 27 suara abstain.[24][25] Pada hari berikutnya, pemerintah memenangi mosi percaya di Senat dengan 156 suara mendukung, 140 suara menentang, dan 16 suara abstain[26][27] tetapi kabinet tidak dapat mencapai mayoritas mutlak di Dewan Perwakilan Rakyat.[28]
18–19 January 2021 Suara mosi percaya bagi Kabinet Conte II
Pada 26 Januari, setelah beberapa hari perundingan yang tidak meyakinkan dengan senator independen untuk mendapatkan kembali mayoritas mutlak di Senat, Giuseppe mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri.[29][30][31]