Konflik Abraham dan LotKonflik Abraham dan Lot (bahasa Ibrani: מריבת רועי אברהם ורועי לוט, Merivat Roey Avraham Ve'Roey Lot) adalah sebuah peristiwa dalam Kitab Kejadian, dalam Bacaan Taurat Mingguan, Lech-Lecha, yang mengisahkan perpisahan Abraham dan Lot, akibat pertikaian di antara para gembala mereka. Persengketaan berakhir dengan cara damai, dimana Abraham mengakui sebuah bagian dari Tanah yang Dijanjikan, yang diberikan kepadanya, dalam rangka menuntaskan konflik tersebut dengan damai. Penjelasan AlkitabDalam Kejadian 13:5-13, Abraham (saat itu disebut Abram) dan Lot terpencar, akibat pertikaian di kalangan para gembala. Pada permulaan cerita, Lot dideskripsikan sebagai pria yang sangat kaya, seperti Abraham setelah ia kembali dari Mesir. Teks Alkitab tersebut tak menjelaskan alasan dari pertikaian tersebut. Namun, akibat dari pertikaian tersebut, Abragam menawarkan Lot untuk berbagi, dalam rangka mencegah gesekan, dan ia memberikan hak kepada Lot untuk menjadi orang pertama diantara keduanya untuk mengambil wilayah yang ia inginkan:
Robert Alter menyatakan bahwa bahasa Abraham bersifat "jelas, tegas dan sopan."[2] Lot menerima kesepakatan damai tersebut, untuk Pembagian Tanah, dan memilih wilayah dataran Yordania – di wilayah yang meliputi Sodom, dan cerita tersebut berakhir dengan Abraham dan Lot secara terpisah bermukim di wilayah berbeda dari Tanah tersebut:
BuntutRujukan kepada Sodom dalam ayat 13 menunjukkan bahwa Lot membuat pilihan yang buruk.[4] Narator memakai pilihan tanah Lor di dekat Sodom sebagai cara membayangi peran Lot dalam Pertempuran Siddim, dimana Lot tertangkap dalam pertempuran, dan peran Lot dalam penghancuran Sodom dan Gomorrah.[5] Lot menempatkan tenda-tendanya di dekat Sodom menurut Kejadian 13:12. Menurut 14:12, Lot tinggal di kota itu sendiri. Penghancuran Sodom dikaitkan dalam ayat 19. Buntutnya adalah contoh dari bagaimana Abragam menuntaskan sebuah konflik dengan mempercayakan Allah untuk mengurusi urusannya, sementara keputusna Lot berdasarkan pada apa yang ia pandang pilihan logis tanpa menyoroti kehendak Allah pada masa sebelumnya. Referensi
|