Komolom adalah sebuah kampung yang terletak di wilayah selatan Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke, Papua Selatan, Indonesia. Daerah kampung terdiri atas Pulau Komolom (atau Komolon, Komoran, atau Silam) beserta pulau-pulau kecil di sekitarnya. Pulau dan Kampung Komolom terletak sekitar 219 km ke arah barat dari ibu kota kabupaten di Merauke di wilayah Provinsi Papua Selatan.[1][3]
Geografi
Kampung Komolom merupakan salah satu dari 9 kampung luar di Distrik Kimaam. Daerah kampung terdiri atas pulau utama tempat permukiman kampung berada yaitu Pulau Komolom dan beberapa pulau kecil di sekitarnya seperti Pulau Tempel, Pulau Kate, dan Pulau Bumbel yang secara umum terletak di sebelah tenggara Pulau Kolepom atau Pulau Kimaam. Daerah kampung di sebelah barat berbatasan dengan Selat Malatar (Sungai Buya, Bensbach Creek) yang memisahkan Pulau Komolom dengan Pulau Kolepom sementara di sebelah timur berbatasan dengan Selat Marianne yang memisahkan Komolom dengan daratan utama Pulau Papua. Selat Cuburaka memisahkan Pulau Bumbel dan Pulau Kate dengan Pulau Komolom. Permukiman kampung terletak di sebelah selatan Pulau Komolom dan berjarak sekitar 48 km ke arah selatan dari Kimaam. Tidak terdapat akses darat langsung menuju kampung dari Kimaam maupun Merauke. Akses yang tersedia adalah melalui jalur laut menggunakan perahu cepat. Sebagian besar wilayah Pulau Komolom dan pulau-pulau di sekitarnya merupakan hutan dan rawa-rawa yang tidak dihuni oleh penduduk.[1][4][5] Tanjung Kool terletak di wilayah tenggara Pulau Komolom.[6]
Wilayah pulau-pulau di Kampung Komolom merupakan pulau-pulau yang terbentuk dari endapan sungai serta endapan pantai dari Kala Holosen. Endapan pantai dapat ditemukan di bagian selatan Pulau Komolom yang terdiri atas endapan klastik lumpur dan pasir halus hingga kasar sementara endapan sungai terdapat di wilayah-wilayah lainnya yang terdiri atas lumpur, pasir, dan kerikil.[7] Lingkungan sungai, rawa-rawa, dan pantai di Komolom memunculkan perkembangan lahan gambut serta tanah solonetzik salin yang bertekstur lempung.[8][9]
Demografi
Daerah Komolom hanya dihuni di bagian selatan Pulau Komolom di dekat Sungai Silam (Wilku) tempat kawasan permukiman Kampung Komolom atau Mombum berada. Peta tahun 1941-1943 dan tahun 1956-1960 menunjukan bahwa permukiman kampung terletak lebih ke arah barat di tepi Sungai Wilangi (Pelangi/Nakaneon).[3][4][10] Pada tahun 2006, pemerintah kabupaten melalui Dinas Migrasi, Permukiman, dan Tenaga
Kerja membangun sejumlah rumah di Komolom.[11] Kampung Komolom dihuni oleh 559 jiwa pada tahun 2010. Di kampung ini, hanya terdapat sebuah sekolah dasar (SD YPPK Komolom) dan tidak terdapat sekolah menengah.[1]
Penduduk Komolom memiliki bahasanya sendiri yaitu bahasa Mombum, sebuah bahasa yang berkerabat dengan bahasa Koneraw di Pulau Kolepom. Kedua bahasa ini membentuk satu kelompok sendiri yang diperkirakan merupakan bagian dari rumpun bahasa Trans-Nugini namun belum dapat dipastikan.[2]
Ekosistem
Pulau Komolom merupakan salah satu Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) di Papua. Wilayah rawa-rawa, hutan mangrove, dan lingkungan pesisir mendominasi ekosistem yang ada di Komolom. Hutan di pulau ini ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung serta terdapat pula Suaka Margasatwa Pulau Komolom dengan luas 698 km2.[12][13][14] Wilayah rawa-rawa, hutan mangrove, dan lingkungan pesisir mendominasi ekosistem yang ada di Komolom. Tumbuhan angsana dan damar juga ditemukan di Komolom. Komolom juga menjadi salah satu habitat satwa liar seperti kepiting, penyu, burung maleo, burung cendrawasih, biawak, babi hutan, serta buaya muara dan buaya irian. Dua spesies buaya tersebut merupakan satwa yang diburu oleh penduduk yang kuotanya dibatasi per tahun oleh Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Papua.[15][16][17][18]
^Cox, J.; Middleton, N.; Wattimena, M. (2003). "Indonesia"(PDF). Crocodile Specialist Group Newsletter. Vol. 22 no. 2. IUCN−The World Conservation Union Species Survival Commission.