Ki Mujar Sangkerta |
---|
Lahir | Mujar Siswantoro 25 September 1966 (umur 58) Jember, Indonesia |
---|
Kebangsaan | Indonesia |
---|
Nama lain | Mujar Mahasiswantoro |
---|
Almamater | FSRD-ISI Yogyakarta |
---|
Pekerjaan | Budayawan, Seniman |
---|
Dikenal atas | Institut Sangkerta Indonesia Yogyakarta |
---|
Suami/istri | Retno Wanito (almarhum) |
---|
Anak | Logamanta Samodra Perkasa (almarhum) Cakra Mahendra Javawardana Chanel Powerenergy Dzikrulloh (almarhum) |
---|
Orang tua | Hadi Susanto (ayah) dan Mujiyati (ibu) |
---|
|
Ki Mujar Sangkerta (lahir 25 September 1966)[1] merupakan seorang Budayawan dan Seniman khususnya sebagai Kriyawan atau Perupa kelahiran Jember yang saat ini berdomisili di Yogyakarta.[2] Gelar Ki yang disandangnya sampai saat ini diperoleh dari mantan Menteri Pendidikan dan Kebudyaan pada masa pemerintahan Suharto yaitu Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro yang kala itu menjabat pada tahun 1993-1998. Walaupun dikenal sebagai kriyawan, Ki Mujar Sangkerta juga memiliki berbagai karya seni lainnya berupa seni wayang, seni teater, seni musik, seni tari, bahkan merambah kedalam bidang sastra.[1] Selain itu, Mujar yang juga memiliki nama lain Mujar Mahasiswantoro[3] ini juga dikenal sebagai pendiri Institut Sangkerta Indonesia Yogyakarta dan juga dikenal sebagai pencipta pagelaran wayang alternatif yang berbahan dasar dari logam bernama Wayang Milehnium Wae.[4]
Kehidupan Pribadi
Mujar yang mempunyai nama lahir Mujar Siswantoro ini dilahirkan dari kedua orang tua yang berlatarbelakang sebagai guru yang mencintai kesenian. Ayahnya bernama Hadi Susanto dan ibunya yang bernama Mujiyati telah mengajarkan Mujar kecil dengan berbagai kesenian seperti macapatan, geguritan, menembang, bahkan sampai menggambar. Selama tahun 1970 sampai 1980 Mujar kecil berulang kali menjuarai berbagai lomba kesenian seperti tari ngremo, berdeklamasi, dan bahkan pernah menjadi juara favorit lomba lukis se-Jawa Timur.[1]
Atas dasar bakat seni didalam diri Mujar, kedua orangtuanya pun sepakat untuk mengarahkan Mujar agar meneruskan sekolah menengah pertamanya (SMP) di Yogyakarta. Keputusan tersebut diambil karena mereka percaya bakat kesenian Mujar akan berkembang dibawah arahan dari pamannya bernama Darmo yang juga merupakan seorang guru seni di SMPN Rambipuji Yogyakarta. Pamannya yang juga kerap dipanggil Om Darmo inilah yang menganjurkan Mujar untuk meneruskan pendidikan formalnya ke Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta yang dulunya terletak di daerah Kuningan Gejayan dekat kampus IKIP Yogyakarta. Setelah lulus dari SMSR, Mujar memutuskan untuk kembali meneruskan studi formalnya tentang seni rupanya di Fakultas Seni Rupa dan Desain, jurusan Seni Kriya Logam, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.[1]
Mujar tidak hanya terpaku dengan pendidikan formal saja, melainkan ia juga kerap belajar secara nyantrik pada berbagai seniman terkemuka yang Ia anggap lebih berilmu atau dianggap sebagai guru pada disiplin ilmu seni tertentu. Nyatrik itu sendiri berasal dari istilah pewayangan yaitu Catrik yang artinya murid yang berguru pada pandita, resi, atau begawan. Pada daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, Nyantrik artinya seseorang yang belajar ilmu seni kepada orang yang dianggap guru atau lebih berilmu darinya dengan menjadi Cantrik atau siswanya.[5]
Proses awal nyantrik Mujar berawal dari pelukis maestro Affandi untuk memperoleh ilmu lukis. Hal unik yang terjadi dalam proses nyantrik ini adalah cara pembayarannya yang tidak menggunakan uang melainkan menyiapkan kanvas beserta cat dan kuas bagi Affandi. Selain itu, mujar juga nyatrik untuk memperoleh ilmu seni batik khusus fesyen atau lebih dikenal sebagai seni batik kontemporer kepada Widayana Koeswadji dan Amri Yahya. Tingginya minat kesenian Mujar tidak hanya berhenti pada seni rupa saja, melainkan juga merambah ke cabang seni lainnya yang ilmunya juga Ia peroleh dengan proses nyantrik secara informal. Dalam ilmu seni tari Mujar Nayntrik dengan Rama Wibatsyu, Rama Sas, dan Bagong Kussudihardjo. Ilmu tentang menyelaraskan dan membuat gamelan pada Mpu Trimanto. Ilmu mengenai wayang modern pada maestro pencipta wayang ukur yang bernama Ki Sigit Sukasman. Ilmu tentang seni pedalangan secara khusus di Sekolah Pedalangan Habiranda Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ilmu mengenai seni musik kontemporer yang dikenal sebagai instalasi bunyi pada Joseph Praba. Terakhir yaitu ilmu Etnomusikologi kepada Djaduk Ferianto dan Didit Fandoning. Selain itu, Mujar juga kerap dibantu pendalaman dalam pembelajaran berkeseniannya oleh 2 (dua) orang profesor yang bernama Prof. DR. Yudiaryani dan Prof. DR. M. Baiquni MA. Bahkan Mujar yang juga bersahabat dengan profesor Baiquni juga kerap diajak untuk menjadi dosen tamu bagi mahasiswa S2 (Magister) dan S3 (Doktor) Pascasarjana Pariwisata di Universitas Gajah Mada (UGM) untuk mengajar Estetika dan Seni Silaturahmi yang ia gagas sendiri. Yang dimaksud dengan seni silaturahmi sendiri adalah ilmu seni yang melibatkan berbagai elemen seperi masyarakat, aktor, mahasiswa, pelajar, dan lainnya dalam penggarapan karyanya dalam menerapkan nilai-nilai spirit secara komunal atau berkelompok untuk menghasilkan karya yang bersinergi diiriingi dengan nilai-nilai religius yang berupa Zikir.[1][6]
Aktivitas Kesenian
Dalam proses kreatif dalam berkesenian, Mujar biasanya melaukan riset yang nantinya memerpemudah dirinya memperoleh berbagai data yang detail mengenai seni yang akan Ia buat. Setelah mendapatkan data dari riset tersebut, Mujar akan mendiskusikan, mengkesplorasi, kemudian mensketsakan dalam waktu yang relatif cukup lama. Alasan Ia melakukan riset tersebut agar ide yang Ia peroleh itu unik atau tidak umum, spesifik, estetis, orisinil atau benar-benar baru, dan sangat merepresentasikan pribadi dirinya.[1]
Untuk konsepnya, Mujar memilih media logam yang umunya berasal dari logam Aluminium. Alasan mendasar memilih logam tersebut sebagai dasar penciptaan terutama dalam seni kriya adalah keinginannya untuk mengekspresikan gagasannya melalui bentuk, narasi, dan obsesi dari tiap detil tatah dan patahan benda seninya dan Aluminium sebagai logam yang lentur dapat merepresentasikan hal tersebut. Selain itu, dalam meproduksikan karya, Mujar lebih mengutamakan nilai inovasi, fungsi, dan kegunaan kriya logam tersebut baik dalam bentuk 2 (dua) dimensi berupa lukisan biasa dan lukisan logam maupun 3 (tiga) dimensi berupa patung. Oleh karena itu Mujar sebisa mungkin menghindari kaidah seni kriya logam karena dianggap kaku dan membatasi dirinya dalam membuat kesenian yang akhirnya menumpulkan dan mengebiri daya kreatif dalam penciptaannya.[1]
Atas dasar inovasi karya seni logam inilah Mujar akhirnya mendapatkan respon positif dari para pemerhati dan kritikus seni, beberapa diantaranya Soedarpo SP, S.P. Gustami, M. Dwi Marianto, Narsen Afatara, Achmad Dahlan, Sumbo Tinarbuko, dan Agus Dermawan T. Mereka terkesan dengan kemampuan seni Mujar yang melahirkan ide serta teknik baru dalam seni kriya logam sehingga mampu menjadi produktif melahirkan relif logam nonfungsional figuratif dan non-figuratif. Selain dalam seni kriya logam, Mujar juga diakui dalam kemampuan mengakomodasi berbagai lintas seni dengan seni ketungannya yang cakupannya meliputi: seni teater, seni rupa, seni musik, bahkan sampai seni tari baik tradisional sampai modern atau kontemporer.[1]
Dari seni komunal yaitu seni silaturahmi yang digagas oleh dirinya lahirlah karya orisinil berupa wayang alternatif berbahan dasar logam Aluminium yang Ia namai sebagai Wayang Milehnium Wae. Dalam permbuatan Wayang Milehnium Wae mencoba bersinergi dengan masyarakat sekitar dengan membangun mental berorientasi lingkungan. Dengan gagasan tersebut diharapkan masyarakat terinspirasi untuk menghasilkan karya seni sembari membangun kesadaran agar tetap menjaga lingkungan dari berbagai macam polusi dalam proses pembuatannya. Mujar juga menamai konsep seni berorientasi lingkungan sebagai Merangkai Bunga Dalam Satu Pot. Mujar bertindak sebagai perangkai berbabagi macam bunga yaitu masyarakat dalam satu pot yaitu berupa kerja seni kolektif sehingga dapat bersinergi dan menghasilkan karya seni yang mempesona. Mujar juga diibaratkan sebagai dalang yang mampu memadukan berbagai unsur wayang yang terdiri dari wayang, Gamelan, Sinden, Kecrek, Wiyaga, Blencong, Kelir, Cempala, bahkan seluruh penontonnya dalam satu pertunjukan atau pakeliran.[1] Selain itu, berbagai karya seni kriya logam buatan dirinya juga didokumentasikan menjadi sebuah katalog seni berjudul Exotism, the art of contemporary metal craft dengan dwibahasa Inggris dan Indonesia pada tahun 1998 oleh penerbit Bangun Sangkerta di Solo, Jawa Tengah.[7]
Pendidikan
Riwayat Pendidikan Tambahan
- Pendidikan Tari Modern oleh PLT Bagong Kussudihardja pada tahun 1980-1982
- Pendidikan Mengenal Keris oleh Mpu Jeno Harumbrojo pada tahun 1980-1983
- Pendidikan Etnomusikologi oleh Didiet Herwani & Djaduk Ferianto pada tahun 1984-1985
- Pendidikan Tari Klasik Yogyakarta oleh Siswa Among Beksa pada tahun 1985-1986
- Pendidikan Batik Kontemporer oleh Kuswadji & Amir Yahya pada tahun 1986-1987
- Pendidikan Kritik Seni Rupa oleh Soedarso SP pada tahun 1990-1991
- Pendidikan Tari Klasik Bali oleh Saraswati pada tahun 1990-1992
- Pendidikan Instalasi Bunyi oleh Jhosep Praba pada tahun 1990-1993
- Pendidikan Wayang Ukur oleh Ki Sigit Sukasman pada tahun 2000-2005
- Pendidikan Teater Kontemporer oleh PLTB & PUSKAT pada tahun 2002-2004
- Pendidikan Workshop Film Indie oleh TBY pada tahun 2007[1]
Riwayat Penghargaan
- Penghargaan sebagai karya terbaik dalam bentuk sketsa dan gambar bentuk dalam rangka Pekan Orientasi Kesenian se-Indonesia di Yogyakarta pada tahun 1980.
- Penghargaan Pratita oleh Adhi Karya untuk karyanya berupa seni kriya mewakili SMSR Yogyakarta pada tahun 1981.
- Penghargaan sebagai karya terbaik dalam bentuk seni kriya logam oleh FSRD-ISI Yogyakarta pada tahun 1986.
- Penghargaan dalam lomba cipta desain baru kerajinan oleh Dikranas Jakarta pada tahun 1988.
- Penghargaan sebagai karya terbaik desain aksesoris oleh Persatuan Perancang Mode Indonesia di Jakarta pada tahun 1988.
- Penghargaan oleh Keraton Solo dalam pameran Solo Fair 1 yang merupakan salah satu acara dalam serangkaian acara Pagelaran Keraton Solo pada tahun 1977.
- Penghargaan sebagai koordinator dalam acara pameran seni kriya logam kontemporer di Siti Hinggil dalam serangkaian acara Pagelaran Keraton Yogyakarta oleh Keraton Ngayogyakarta pada tahun 2003.
- Penghargaan pameran seni rupa islami dalam rangka Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta pada tahun 2010.
- Penghargaan sebagai Bravo Leadership Award oleh Prof. Dr. M. Baiquni MA, mewakili Sekolah Rakyat Berdaulat, Kalasan Anak Alam (KALAM) pada tahun 2012.[1]
Riwayat Kejuaraan
- Juara 1 (satu) dan Juara favorit pada lomba lukis se-provinsi Jawa Timur dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (hardiknas) pada tahun 1976.
- Juara 1 (satu) pada lomba Kaligrafi Indah dan Lukis Bebas tingkat SLTP (SMP) se-provinsi Jawa Timur pada tahun 1978.
- Karya terbaik pada kedua karyanya menggunakan instalasi logam yang berjudul Perang Teluk dan Badai Gurun pada tahun 1991.
- Karya desainterbaik dalam kompetisi desain cindermata atau suvenir Indonesia di Jakarta pada tahun 1992.[1]
Riwayat Pameran Yang Diadakan
1980-1983
- Pameran Pekan Orientasi Kesenian se-Indonesia di gedung Purna budaya, provinsi Yogyakarta pada tahun 1980
- Pameran bersama semua jurusan didalam rangka harlah SMSR Yogyakarta pada tahun 1981
- Pameran humor atau kartun di gedung Kebudayaan Indonesia Belanda, Kartapustaka, Yogyakarta pada tahun 1981
- Pameran dan Bazar dalam acara Dies Natalis IKIP Negeri Yogyakarta pada tahun 1982
- Pameran bersama dengan siswa SMSR di gedung Art Gallery Seni Sono pada tahun 1983[1]
1984-1986
- Pameran akhir siswa SMSR Yogyakarta yang diadakan di Kampus Terpadu Sekolah Menengah Kesenian Mardawa Mandala di Bugisan, Yogyakarta pada tahun 1984
- Pameran dan demonstrasi dalam rangka kerja praktek kerja nyata (KN) siswa-siswi SMSR Yogyakarta tingkat akhir di gedung Transito Dati II Bantul pada tahun 1984
- Pameran Lukis di gedung Art Gallery Seni Sono, Yogyakarta pada tahun 1984
- Pameran bersama mahasiswa jurusan Kriya FSRD-ISI Yogyakarta di Taman Budhaya Surabaya pada tahun 1985
- Pameran Experimental Art dan Skecth dalam rangka Dies Natalis II FSRD-ISI Yogyakarta yang terletak di kampus Gampingan, Yogyakarta pada tahun 1986.
- Pameran kaligrafi Islam bersama dengan 30 (tiga puluh) seniman muslim se-indonesia di gedung Art Gallery Seni Sono, Yogyakarta pada tahun 1986
- Pameran keramik jenis non glasir dalam kelompok bernama As-Dower di gedung pendapa Hotel Ambarukmo, Yogyakarta pada tahun 1986[1]
1987-1988
- Pameran Kaligrafi dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW 1408 Hijriyah di Museum Negeri Sono Budoyo, Yogyakarta pada tahun 1987.
- Pameran Kaligrafi dalam rangka MTQ se-DI Yogyakarta di Wonosari pada tahun 1987.
- Pameran tunggal Seni Batik dan Seni Lukis dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-42 (empat puluh dua) di Kabupaten Jember, provinsi Jawa Timur pada tahun 1987.
- Pameran keramik se-Jawa dan Bali dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) TVRI ke-35 (tiga puluh lima) tahun di gedung Purna Budaya Yogyakarta pada tahun 1987.
- Lomba Cipta dan Pameran dengan judul Kerajinan Nasional di gedung Dikranas, jakarta pada tahun 1987.
- Pameran Kaligrafi di Wonosobo, provinsi Jawa Tengah pada tahun 1987.
- Pameran seni kerajinan rakyat se-Indonesia di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada tahun 1988.
- Pameran dalam bentu Expo yang menampilkan hasil karya anak didik ketika Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Gondang, Tulungagung, provinsi Jawa Timur yang diadakan sebanayk 4 (empat) kali pada tahun 1988.
- Pameran bersama seni kriya berbahan dasar logam dan seni kriya berbahan dasar kayu di Sasana Aji Yasa yang terletak di kampus Gampingan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun 1988.
- Pameran lukisan Islamis se-ASEAN di gedung Purna Budaya, Yogyakarta pada tahun 1988.[1]
1989-1990
- Pameran seni rupa mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) FSRD-ISI Yogyakarta di Temanggung, Jawa Timur pada tahun 1989
- Pameran berjudul Lustrum 1 yang diadakan oleh Institut Seni Indonesia Jakarta pada tahun 1989.
- Pameran berupa seni kriya yang diadakan di Benteng Vredeburg, Yogyakarta pada tahun 1989
- Pameran berjudul "Seni Kerajinan Rakyat dalam rangka Musyawarah Nasional (Munas) II Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) Yogyakarta tahun 1989
- Pameran Seminggu yang diadakan di Hotel Sriwedari, Solo, Jawa Tengah pada tahun 1989.
- Pameran Lukis FKY di Benteng Vredeburg Yogyakarta pada tahun 1990
- Pameran Seni Budaya Islami di gedung PDHI Sasono Woro yang terletak di alun-alun Utara Yogyakarta dalam rangka Muktamar Muhammadiyah ke-42 pada tahun 1990
- Pameran Dies Natalis ISI ke-5 (lima) Yogyakarta pada tahun 1990.[1]
1991-1993
- Pameran seni rupa dalam rangka solidaritas pembongkaran Gedung Art Gallery Seni Sono Yogyakarta pada tahun 1991
- Pameran lukisan tunggal berjudul Lukis Gono-Gini Lukis di gedung Sasana Aji Yasa yang berada didalam kampus ISI Gampingan Yogyakarta pada tahun 1992.
- Pameran di Pusat Persahabatan anatar negara indonesia-Amerika Serikat (PPIA) di Surabaya, provinsi Jawa Timur pada tahun 1992
- Pameran Lukis di Hotel Hilton Jakarta pada tahun 1993
- Pameran bersama sketsa dan lukis di Art Center Bali pada tahun 1993
- Pameran tunggal seni kriya logam berbentuk 2 (dua) dan 3 (tiga) dimensi di halaman terbuka kampus ISI Yogyakarta tepatnya dibawah pohon beringin pada tahun 1993.[1]
1995-1997
- Pameran seni rupa berjudul Apresiatif di Gedung Olah Raga (GOR) Bantul Yogyakarta pada tahun 1995.
- Pameran Perdana seni kriya logam bersama PAKRIYO (Paguyuban Kriyawan Yogyakarta) yang diadakan di gedung pameran seni rupa Depdikbud, Jakarta pada tahun 1995.
- Pameran seni kriya logam di Siti Hinggil tepatnya Keraton Yogyakarta Hadiningrat pada tahun 1996.
- Pameran seni rupa dalam acara Festival Kesenian Yogyakarta VII pada tahun 1996.
- Pameran berjudul Jendela Seni Rupa di Gallery Maruzen Jakarta pada tahun 1996.
- Pameran bersama seni rupa di kawasan Istana Bogor pada tahun 1997
- Pameran Pesta kesenian Bali di Art Center Bali pada tahun 1997
- Pameran Biennale Seni Rupa I dalam kategori seni kriya logam di gedung Purna Budaya Yogyakarta pada tahun 1997
- Pameran Seni Rupa dalam acara Festival Kesenian Yogyakarta VIII pada tahun 1997.[1]
1998-2002
- Pameran dan demonstrasi lukis secara langsung didalam lingkungan keraton Kasunan Solo dalam acara Solo Fair I Pagelaran Keraton Solo pada tahun 1998
- Pameran tunggal seni kriya logam kontemporer yang diadakan di gedung World Trade Center (WTC) Jakarta pada tahun 1998
- Pameran seni kriya logam bersama dnegan kelompok Cipta Persada di Lobby Hotel Sheraton, Solo, Jawa Tengah pada tahun 1998.
- Pameran tunggal seni kriya logam kontemporer IV di Hotel Quality, Solo, provinsi Jawa Tengah.
- Pameran tunggal seni kriya logam kontemporer V di Hotel Ciputra, Semarang, provinsi Jawa Tengah pada tahun 1999
- Bersama dengan Nanang Husin mengadakan pameran seni rupa kontemporer dengan judul "Menyongsong Abad Millenium III di gedung Pamour Art Gallery Senggigi, Lombok, provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2000
- Pameran tunggal seni kriya logam kontemporer VI di gedung Hotel Holiday-Inn Senggigi, Lombok, provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2001
- Pameran rutin arisan seniman FKY di gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta pada tahun 2002.[1]
2003 - 2009
- Pameran berjudul Beger Seni dalam rangka menyambut tahun baru 2004 di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta pada tahun 2004.
- Pameran solidaritas dalam rangka penggalangan dana untuk korban tsunami dengan judul Aceh & Sumut Art For Aceh pada tahun 2004.
- Pameran seni kriya kontemporer I (Object Hood) di gedung Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta pada tahun 2004.
- Pameran bersama Seni Kriya dan Lukis di gedung Hotel Melia Purosani Yogyakarta pada tahun 2005
- Pameran tunggal seni kriya logam kontemporer VII berjudul Apresiasi Seni Rupa Untuk Murid Sekolah Dasar & Masyarakat Umum di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pujokusuman I, Yogyakarta pada tahun 2005
- Pameran solidaritas berjudul Peduli Gempa Yogyakarta di Jakarta pada tanggal 27 Mei 2006.
- Pameran besar seni rupa FSR-ISI Yogyakarta berjudul The Highlight yang memerlukan perjalanan dari Medium ke Trans Media tepatnya di Jogja Museum Nasional (JMN), Gampingan, Yogyakarta pada tahun 2006
- Pameran seni langsung (Performance Art live show) di gedung ASDRAFI Yogyakarta pada tahun 2008[8]
- Pameran besar Seni Visual berjudul Exposigns di gedung Jogja Expo Center (JEC) dalam rangka Dies Natalis 25 (dua puluh lima) tahun FSR-ISI Yogyakarta bersama dengan 600 (enam ratus) seniman lainnya yang terdiri dari Mahasiswa, Alumni Dosen ASRI, STSRI ASRI, dan FSRD-ISI Yogyakarta pada tahun 2009.[1]
2010-2018
- Pameran amal untuk korban erosi Gunung Merapi oleh keluarga besar UGM (Universitas Gajah Mada) beserta para seniman profesional lainnya di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi hardjasoemantri (Purna Budaya) Bulaksumur UGM Yogyakarta pada tahun 2010.
- Pameran dalam rangka memeriahkan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di gedung Gallery Gerjen Kauman bersama para senima lainnya di Sanggar Bambu Yogyakarta pada tahun 2010.
- Pameran seni rupa bersama kelompok PAKRIYO (Paguyuban Kriyawan Yogyakarta dan FKY (Festival Kesenian Yogyakarta) di Benteng Vredeburg Yogyakarta pada tahun 2010
- Pameran foto pagelaran alternatif wayang berbahan dasar logam bernama Wayang Milehnium Wae oleh Institut Sangkerta Indonesia di Museum Wayang Keraton Yogyakarta pada tahun 2014.[1]
- Pameran seni Wayang alternatif berukuran Besar berbahan dasar logam (aluminium) bernama Wayang Milehnium Wae dalam rangka Hari jadi Kabupaten Gianyar, Bali pada tahun 2015.[9]
- Pameran seni rupa berjudul #5 Huele ayng diadakan oleh Kemendikbud Indonesia dengan menampilkan karyanya berupa Wayang Milehnium Wae berjudul Garuda Sakti di Gedung Olah Raga (GOR) Taman Budaya Karang Panjang, Kota Ambon, provinsi Maluku pada tanggal 12 (dua belas) sampai 13 (tiga belas) September 2017.[10]
- Pameran Seni berjudul Kembulan dalam memperingati Harlah Nahdlatul Ulama ke-92 (sembilan puluh dua) tahun di gedung Studio Kalahan, Yogyakarta pada tahun 2018.[11][12]
Referensi