Kerusuhan di Kosovo 2004 adalah kerusuhan yang disertai dengan kekerasan yang pecah di Kosovo pada 17 Maret 2004. Etnis Albania Kosovo, berjumlah lebih dari 50.000,[3] mengambil bagian dalam serangan luas terhadap minoritas etnis Serbia Kosovo. Ini adalah insiden kekerasan terbesar di Kosovo sejak Perang Kosovo 1998-1999.
Menurut laporan dari sumber berita di Serbia, selama kerusuhan tersebut, warga sipil tewas, ribuan etnis Serbia terpaksa meninggalkan rumah mereka, 935 rumah etnis Serbia, 10 fasilitas umum (sekolah, pusat perawatan kesehatan, dan kantor pos), dan 35 bangunan gereja Ortodoks Serbia dilecehkan, dirusak, atau dihancurkan, dan enam kota dan dan sembilan desa terjadi pembersihan etnis.[4][5]
Peristiwa tersebut disamakan dengan pembersihan etnis oleh Perdana Menteri Serbia saat itu, Vojislav Koštunica.[1] Di Serbia, peristiwa tersebut dinamakan "Pogrom Maret".[3][6][6][7][8][9]
Latar belakang
Lebih dari 164.000 anggota minoritas Kosovo telah meninggalkan provinsi tersebut segera setelah berakhirnya perang. Hal ini terutama terjadi pada kasus etnis Serbia dan etnis Rom.[10] Ketegangan etnis dan pertikaian teritorial telah menjadi masalah besar di Kosovo selama bertahun-tahun dan memicu Perang Kosovo tahun 1998-1999 di mana diperkirakan 10.000 orang tewas, mayoritas adalah warga sipil etnis Albania, yang juga merupakan alasan yang dikemukakan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat untuk intervensi NATO di Yugoslavia.[11][12][13] Setelah berakhirnya perang, provinsi ini dikelola oleh PBB di bawah naungan Misi Administrasi Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kosovo (UNMIK), dengan keamanan yang diberikan oleh Pasukan Kosovo (KFOR) pimpinan NATO.
Pendahuluan
Penembakan remaja Serbia
Pada 15 Maret 2004, seorang remaja Serbia berusia 18 tahun, Jovica Ivić, tewas dalam sebuah penembakan dari kendaraan yang sedang melaju. (drive-by shooting) di desa Čaglavica di region tengah Kosovo.[14]
Unjuk rasa pro-KLA 16 Maret
Pada 16 Maret, tiga asosiasi veteran perang KLA mengorganisasi unjuk rasa di kota-kota besar dan kecil etnis Albania, memprotes penahanan mantan pemimpin KLA atas tuduhan kejahatan perang, termasuk penahanan empat komandan pada bulan Februari. Unjuk rasa pro-KLA, anti-UNMIK, dengan 18.000 pengunjuk rasa, menyebabkan terjadinya demonstrasi-demonstrasi berikutnya yang dipicu oleh berita sensasional tentang tiga anak Albania yang mati tenggelam.
Tenggelamnya tiga anak Albania
Pada 16 Maret, tiga anak Albania mati tenggelam di Sungai Ibar di desa Čabar, dekat daerah permukiman etnis Serbia di Zubin Potok. Anak keempat selamat. Dispekulasikan bahwa dia dan teman-temannya telah dikejar-kejar menuju sungai oleh orang-orang Serbia sebagai balas dendam atas penembakan Ivić hari sebelumnya, namun klaim ini tidak terbukti.[17]
Lihat juga
Referensi
Sumber
Pranala luar