Kempeitai (憲兵隊code: ja is deprecated , Kenpeitai, 'Satuan Polisi Militer') atau Kempetai[1] merupakan unit militer yang berfungsi sebagai polisi militer sekaligus polisi rahasia yang ditempatkan di seluruh wilayah Kekaisaran Jepang, termasuk Indonesia yang merupakan wilayah jajahan. Dalam bahasa Jepang, nama Kempetai terdiri dari tiga huruf kanji yaitu 憲 ken 'hukum', 兵 hei 'prajurit' dan 隊 tai 'kelompok, pasukan', yang secara harafiah berarti Korps Prajurit Hukum.[2] Kempetai dapat disandingkan dengan unit Gestapo milik Nazi Jerman, karena memiliki kesamaan dalam tugas sebagai polisi rahasia militer. Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, Kempetai merupakan satuan yang paling ditakuti oleh masyarakat. Satuan ini tak segan-segan dengan bengis membunuh orang yang dianggap dapat membahayakan Jepang dalam usaha memenangkan Perang Pasifik.[3] Kempetai didirikan dan dinobatkan sebagai korps paling elit oleh Dewan Negara Meiji pada tanggal 4 Januari 1881. Awalnya, korps ini hanya terdiri dari 349 orang. Tugas utamanya adalah mendisiplinkan para perwira yang menolak kewajiban untuk masuk satuan militer. Namun, pada kenyataannya, Kempetai tidak hanya mengawasi anggota militer, tetapi juga turut mengawasi dan mengatur pergerakan masyarakat sipil.[4]
Di masa pendudukan Jepang di Indonesia, perwira Kempetai hidup mewah pada sebuah bangunan yang dinamanakan Gedung Keadilan (Raad van Justitie). Gedung ini sekaligus menjadi simbol kekejaman dan kebengisan satuan ini.[5] Salah satu kebiasaan tentara Kempetai adalah berbaris dengan derap yang khas serta lengan tegak lurus yang mengayun dengan bertenaga untuk membuat warga yang berada di jalan menyingkir. Kempetai memiliki seragam yang khas dengan sabuk kulit jenis sam brownes yang melintang di pundak.[6]
Kempetai melakukan beberapa langkah untuk menghambat menyebarnya semangat kemerdekaan. Strategi itu antara lain melakukan sensor media massa, mengawasi berbagai kelompok yang melakukan aktivitas yang membahayakan kekuasaan Jepang, melenyapkan jaringan mata-mata, dan melaksanakan pengawasan rahasia terhadap berbagai lembaga, seperti stasiun kereta api, kantor pos, sekolah, hotel, tempat ibadah, dan tempat umum lainnya, yang dianggap berpotensi menciptakan mobilisasi massa.[3]
Organisasi
Kempetai memiliki markas di setiap daerah militer. Pucuk pimpinan suatu markas adalah seorang mayor jenderal (少将code: ja is deprecated , shōshō), dengan seorang kolonel (大佐code: ja is deprecated , taisa) sebagai pejabat eksekutif. Satu markas terdiri dari dua atau tiga kantor cabang, yang masing-masing dipimpin oleh letnan kolonel (中佐code: ja is deprecated , chūsa) dengan jumlah personel sekitar 375 orang.
Kantor cabang dibagi menjadi beberapa buntai (分隊code: ja is deprecated ) yang terdiri dari 65 orang. Setiap kelompok dipimpin oleh seorang kapten (大尉code: ja is deprecated , taii) dengan seorang letnan satu (中尉code: ja is deprecated , chūi) sebagai pejabat eksekutif. Buntai kemudian dibagi menjadi detasemen detasemen (分遣隊code: ja is deprecated , bunkentai) yang terdiri dari 20 orang, dipimin oleh seorang letnan dua (少尉code: ja is deprecated , shōi), dengan bintara tinggi (准士官code: ja is deprecated , junshikan) sebagai pejabat eksekutif. Masing-masing detasemen berisi tiga regu: unit kepolisian (警務班code: ja is deprecated , keimu-han), unit administrasi (内勤班code: ja is deprecated , naikin-han), dan unit khusus (特務班code: ja is deprecated , tokumu-han).
Beberapa satuan Kempetai memiliki personel yang berasal dari penduduk lokal daerah pendudukan. Personel ini merupakan pasukan resmi dan dianggap sebagai bagian dari organisasi, tetapi hanya memiliki pangkat tertinggi sersan mayor (曹長code: ja is deprecated , sōchō).
Para tahun 1937, Kempetai memiliki 315 perwira dan 6000 prajurit. Mereka dikenal sebagai Disipliner Sipil. Pihak Sekutu memperkirakan bahwa pada akhir Perang Dunia II, setidaknya ada 7.500 anggota Kempetai,[7] termasuk personel yang menyamar.
Peralatan khusus
Kempeitai memiliki peralatan khusus untuk berbagai keperluan.[butuh rujukan]