Sejak abad ke-20 terdapat banyak kasus korupsi polisi dan kekejaman yang dilakukan oleh polisi Amerika Serikat. Banyak usaha yang dilakukan untuk memerangi hal tersebut, tetapi kekejaman dan korupsi polisi masih terjadi hingga saat ini karena sudah membudidaya di dalam kepolisian, sikap defensi opsir polisi terhadap perubahan, dan serikat polisi yang menentang perubahan.[1] Perlindungan hukum yang diberikan kepada polisi (seperti kekebalan hukum), rasisme sistemik di departemen kepolisian, militerisasi kepolisian, taktik yang meningkatkan ketegangan dengan masyarakat (seperti toleransi-nol, dan penghentian-dan-penggeledahan badan, kurangnya pelatihan polisi dan akademi kepolisian, budaya senjata api Amerika Serikat, dan psikologi kekuasaan menyebabkan sulitnya perubahan terjadi di kepolisian Amerika Serikat.[2][3][4][5]
Doktrin hukum AS yang memberikan kekebalan hukum telah dikritisi oleh Reuters sebagai asuransi (alat) bagi kekejaman kepolisian untuk terus berlangsung tanpa ada hukuman dan pelanggaran hak-hak kemanusiaan para korbannya.[6]
Pada tahun 2000-an, pemerintah AS berusaha melacak jumlah orang yang dibunuh oleh polisi Amerika Serikat, namun program tersebut diberhentikan karena terlalu bermasalah.[7] Pada tahun 2006, muncul peraturan hukum yang mewajibkan pelaporan pembunuhan di tangan kepolisian, tetapi banyak departemen kepolisian yang tidak mau melaporkan.[8] Beberapa jurnalis dan aktivis berusaha memberikan perkiraan. Pada tahun 2019, diperkirakan lebih dari seribu orang ditembak dan dibunuh oleh polisi menurut Washington Post dan proyek Mapping Police Violence (Memetakan Kekerasan Polisi).[9][10][11]