Katemi adalah nama untuk karakter fiksi yang menjadi karakter utama dalam film Santet: Ilmu Pelebur Nyawa (1988) dan Santet 2: Wanita Harimau (1989). Karakter ini diciptakan oleh tim Soraya Intercine Films dan diperankan oleh Suzzanna.
Penampilan
Santet: Ilmu Pelebur Nyawa
Dalam film Santet: Ilmu Pelebur Nyawa, Katemi adalah seorang wanita yang menjadi istri dari seorang pemuka agama bernama Sarma. Karena kecantikannya, ia dilirik oleh Bisman, seorang juragan licik di Desa Karang Setan. Bisman sendiri sudah kesal melihat istrinya yang sakit-sakitan dan karena itu juga ia melirik wanita lain untuk menggantikannya.
Katemi melarikan diri usai melihat suaminya tewas disiksa oleh warga desa yang terprovokasi oleh Bisman. Ia selanjutnya terperosok ke dalam sebuah gua yang dihuni Nyi Angker. Katemi pun diangkat menjadi murid Nyi Angker. Hasil didikan Nyi Angker membuat dirinya memiliki ilmu sihir yang kemudian digunakannya untuk membalas dendam kepada Bisman dan kawanannya. Katemi pun kemudian mendapat gelar sebagai Wanita Santet oleh warga desa.
Ulah Katemi kemudian berhasil dihentikan oleh Ahmad Pramuja yang baru pulang setelah menimba ilmu di sebuah pesantren. Setelah mengetahui bahwa Katemi membunuh Bisman, Ahmad pun mencoba membujuk Katemi supaya bertobat. Meski awalnya sempat menolak, Katemi setuju untuk mengakhiri terornya tersebut yang kemudian membuat Nyi Angker keluar dan marah serta mencoba menghabisi nyawa Katemi maupun Ahmad . Setelah melalui pertarungan sengit, Ahmad berhasil mengalahkan Katemi. Selanjutnya Katemi pun bertobat dan bertekad kembali ke jalan lurus.[1]
Santet 2: Wanita Harimau
Dalam film Santet 2: Wanita Harimau, Katemi diceritakan telah berhasil menjalani kehidupan normal lewat bantuan Ahmad Pramuja. Namun, ia kembali terjerumus ke lubang hitam setelah kedatangan roh Nyi Loreng yang merupakan guru dari Nyi Angker. Oleh bisikan sesat Nyi Loreng, Katemi pun kembali memperdalam ilmu hitam, kali ini sebagai wanita harimau. Target utama Nyi Loreng yang meminjam raga Katemi tidak lain dan tidak bukan adalah Ahmad Pramuja sendiri.
Setelah mengetahui bahwa Katemi kembali mempelajari ilmu hitam, Ahmad tidak henti-hentinya mencoba mengingatkan Katemi bahwa perbuatannya adalah salah. Di sisi lain, ketika Katemi mulai melancarkan aksi terornya di Desa Karang Seta, muncul pemuda lainnya bernama Brahma, yang diketahui adalah putra dari Bisman, pria yang sebelumnya dibunuh oleh Katemi melalui ilmu hitam. Brahma, yang turut memendam dendam karena kematian ayahnya oleh Katemi, kemudian memanfaatkan isu wanita harimau sebagai cara untuk menyamarkan dirinya yang berprofesi sebagai pedagang dan penyelundup narkoba. Bisnis Brahma kemudian terbongkar oleh Katemi. Ia bersama komplotannya kemudian tewas satu persatu ditangan Katemi.
Hampir sama dengan di film pertama, kembali Ahmad Pramuja menjadi sosok yang menghentikan aksi Katemi, yang membuatnya kemudian bertemu serta bertarung dengan Nyi Loreng. Usai berhasil mengalahkan Nyi Loreng, Ahmad pun mengutarakan niatnya untuk meminang dan membimbing Katemi supaya menjadi wanita shalihah seutuhnya.[2]
Penerimaan
Sosok Katemi merupakan contoh standar penggambaran alur film horor Indonesia pada dekade 1980-an. Dalam bukunya yang berjudul Indonesian Cinema: Framing the New Order, peneliti dari University of Western Australia Khrisna Sen menyoroti persinggungan tema seks, mistis, dan tokoh agama, yang berjalan beriringan dengan ide moralitas kebangsaan, kedisplinan nasional, dan ketakwaan terhadap Tuhan.[3] Pada dekade 1980-an sendiri, pemerintah mengeluarkan Kode Etik Produksi Film Indonesia, yang mana didalamnya peran tokoh agama sangat ditonjolkan sebagai pemberi nilai moral untuk masyarakat.[4] Oleh karena itu, hampir pada film-film yang bertemakan laga ataupun horor, seolah ada persamaan alur tema dengan memunculkan sosok pemuka agama sebagai sosok yang dinilai sakti.[5]
Menurut penuturan Clift Sangra, Suzzanna menganggap karakter Katemi sebagai karakter terbaik selama berkarier di dunia film. Clift menambahkan, istrinya sebetulnya cukup jenuh saat menerima naskah skenario horor dengan karakter makhluk halus klasik seperti sundel bolong atau Nyi Roro Kidul.[6]
Majalah daring Magdalene menyebutkan sosok Katemi yang diperankan oleh Suzzanna sebagai representasi awal feminisme pada dekade 1980-an. Katemi pada awalnya digambarkan sebagai perempuan yang menjadi sasaran persekusi, pengucilan, dan penculikan. Namun, setelah berhasil mengumpulkan kekuatannya, Katemi kemudian berusaha untuk membebaskan perempuan-perempuan yang berada dalam jerat prostitusi yang dilakukan oleh Bisman.[7]
Referensi