Pemikiran Rahner yang paling terkenal adalah teori "Kristen Anonim" yang merupakan cara pandang baru terhadap umat beragama non-Katolik.[2] Inti dari teori tersebut adalah rahmat Allah bekerja tidak hanya di dalam agama Kristen tetapi di dalam agama-agama lain.[1] Dengan demikian, agama-agama non-Kristen memiliki kemungkinan menjadi sarana keselamatan Allah.[1] Untuk mengetahui kemungkinan tersebut, maka umat Kristen harus berdialog dengan umat beragama lain dan melakukan studi lanjutan.[1]
Riwayat Hidup
Ia adalah teolog Jerman yang bergabung ke dalam Ordo Yesuit dan belajar di Freiburg di mana ia mendapatkan pengaruh dari Martin Heidegger.[5] Pada tahun 1939, Rahner menyelesaikan disertasinya dengan judul Spirit in The World.[5] Pada tahun 1948, Rahner menjadi guru besar teologi dogmatika di Universitas Innsbruck.[2][5] Setelah itu, Rahner juga menjabat guru besar di Muenchen dan Munster.[2]
Pemikiran
Pada tahun 1960-an Rahner mengarahkan pemikirannya ke agama-agama non-Kristiani dan melihat banyak hal yang berbeda, misalkan mengenai kedamaian dan keselamatan dari kekristenan yang sudah dijalaninya.[1] Dengan pemikirannya inilah ia menghasilkan teologi agama-agama yang revolusioner.[1]
Trinitas
Inti dari kristologi Rahner adalah Yesus sebagai perantara kedekatan Allah dan manusia yang tak tertandingi.[6] Sebelum disalibkan dan bangkit, Yesus mengklaim kalau diri-Nya merupakan penyingkapan Allah.[6] Dalam kemanusiaanNya, Yesus adalah sejarah kehadiran Allah yang disingkapkan kepada manusia melalui kebangkitannya.[6] Setelah Ia bangkit dari kematian, Ia menegaskan bahwa Yesus adalah satu-satunya penyelamat, maka ia harus ilahi.[6] Hanya penyelamat yang ilahi, yang mampu memediasi penyingkapan Allah kepada manusia.[6]
Keselamatan
Pemikiran Rahner mengenai keselamatan dilatarbelakangi oleh pernyataan dalam Konsili Lateran Keempat yang mengatakan kalau satu-satu keselamatan hanya ada dalam gereja Katolik.[2]
Pemikiran Rahner mengenai keselamatan dimulai dengan pernyataan 'Tuhan itu kasih'.[1] Dari pernyataan ini terkandung arti bahwa Tuhan mau menjangkau dan merangkul semua orang dan semua makhluk.[1] Dengan kata lain Tuhan memang mau menyelamatkan semua orang.[1] Dari kata kasih, Tuhan mau menyatakan dirinya kepada semua orang sebagai bentuk komunikasi.[1][6] Tuhan membuat diri-Nya hadir dan memampukan setiap orang mengalami realitas dari kehadiran Tuhan.[1] Inilah yang disebut rahmat, rahmat keselamatan.[1] Menurut Rahner, rahmat Allah bekerja dalam agama-agama.[1] Allah menawarkan pengorbanan diri-Nya di dalam dan melalui kepercayaan, perbuatan, dan ritual agama-agama lain.[1] Hal ini ditegaskan melalui ilmu antropologi dan psikologi, dengan anggapan bahwa apa pun yang dikeerjakan dengan tahu, percaya dan komi harus datang melalui tubuh sendiri juga tubuh orang lain.
Rahmat Allah dapat dirasakan oleh manusia melalui tubuhnya sendiri dan orang-orang lain yang ada disekitarnya.[1] Di antara banyak tubuh, salah satu sarana merasakan rahmat Allah yang terpenting dan efektif adalah agama.[1] Melalui agama, manusia dapat terus mencari makna yang lebih dalam mengenai rahmat Allah.[1]
Karena itu agama bisa menjadi jalan keselamatan.[1]Teologi agama-agama yang dihasilkan Rahner adalah bukan agama lain mempunyai pertanyaan dan jawabannya ada dalam agama Kristen, melainkan di kedua belah pihak ada jawaban dan pertanyaan.[1]Allah sepenuhnya memberikan keselamatan kepada manusia dan manusia merasakan keselamatan yang Allah berikan berdasarkan pengalaman kehidupannya.[2]
Kristen Anonim
Kristen Anonim adalah konsep teologis yang menyatakan bahwa orang yang belum pernah mendengar InjilKristen bisa diselamatkan melalui Kristus.[2] Kristen Anonim merupakan bentuk kasih Allah kepada manusia dengan cara dan bahasa yang berbeda.[1] Orang-orang Kristen Anonim diselamatkan bukan karena moralitas tetapi karena mereka telah mengalami kasih karunia dari Yesus Kristus tanpa menyadarinya.[2]
Pengaruh
Teologi Rahner sangat berpengaruh pada awalnya dalam Konsili Vatikan II (1962-1965).[6] Inspirasi untuk ide ini kadang-kadang berasal dari Konsili Vatikan IILumen Gentium, yang mengajarkan bahwa mereka "yang bukan karena kesalahan mereka sendiri, tidak mengetahui Injil Kristus atau Gereja-Nya, namun tetap mencari Tuhan dengan hati yang tulus, dan digerakkan oleh rahmat, mencoba dalam tindakan mereka untuk melakukan kehendak-Nya karena mereka mengetahui melalui hati nurani mereka - mereka yang terlalu dapat mencapai keselamatan kekal ".[6] Pemikiran Rahner yang radikal memberikan pengaruh dalam Konsili Vatikan II yang terlihat dalam salah satu rumusannya; pertama, Allah memberikan keselamatan kepada semua orang, kedua satu-satunya jalan keselamatan hanya melalui Yesus.[6] Ketiga, dengan adanya dua sisi yang berlawan ini, Gereja Katolik tidak menemukan jalan keluar dan tidak memilih untuk menemukan jalan keluar karena itu pekerjaan Allah.[6] Pengaruh utama Rahner tidak di Heidegger tetapi di-Thomists Neo dari awal abad 20, terutama tulisan-tulisan Joseph Maréchal.[3] Jejak radikal yang dilakukan oleh Rahner terhadap Gereja Katolik, kemudian hari diikuti oleh Schillebeeckx dan Kung.[2]
Referensi
^ abcdefghijklmnopqrst(Indonesia)Paul F. Knitter. 2008. Pengantar Ke Dalam Teologi Agama-Agama. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 79-87.
^ abcdefghijk(Indonesia)Tony Lane. 2005. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 266-268.
^ ab(Inggris)Gareth Jones. 2004. The Blackwell Companion to Modern Teology. USA: Blachwell Publishing. Hal. 343.