Karbosistein adalah mukolitik yang mengurangi viskositas dahak sehingga dapat digunakan untuk membantu meredakan gejala penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan bronkientasis dengan memungkinkan penderitanya mengeluarkan dahak dengan lebih mudah.[2][3] Karbosistein tidak boleh digunakan bersama antitusif (obat penekan batuk) atau obat yang mengeringkan sekresi bronkial.
Obat ini pertama kali dideskripsikan pada tahun 1951 dan mulai digunakan dalam dunia medis pada tahun 1960.[4] Karbosistein diproduksi melalui alkilasisisteina dengan asam kloroasetat.[5]
^Zheng JP, Kang J, Huang SG, Chen P, Yao WZ, Yang L, Bai CX, Wang CZ, Wang C, Chen BY, Shi Y, Liu CT, Chen P, Li Q, Wang ZS, Huang YJ, Luo ZY, Chen FP, Yuan JZ, Yuan BT, Qian HP, Zhi RC, Zhong NS (2008). "Effect of carbocisteine on acute exacerbation of chronic obstructive pulmonary disease (PEACE Study): A randomised placebo-controlled study". Lancet. 371 (9629): 2013–2018. doi:10.1016/S0140-6736(08)60869-7. PMID18555912.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Yasuda H, Yamaya M, Sasaki T, Inoue D, Nakayama K, Tomita N, Yoshida M, Sasaki H (2006). "Carbocisteine reduces frequency of common colds and exacerbations in patients with chronic obstructive pulmonary disease". Journal of the American Geriatrics Society. 54 (2): 378–380. doi:10.1111/j.1532-5415.2005.00592_9.x. PMID16460403.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)