Konstruksi kapal perusak kelas Fubuki disahkan sebagai bagian dari program perluasan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada tahun fiskal 1923. Kapal dalam kelas ini dimaksudkan untuk memberi Jepang keunggulan kualitatif terhadap kapal paling modern di negara lainnya.[2] Kelas Fubuki merupakan loncatan jauh atas desain perusak sebelumnya, begitu banyak sehingga mereka disebut sebagai tipe khusus (特型 Tokugata). Ukuran besar, mesin yang kuat, kecepatan tinggi, radius aksi yang luas, dan persenjataan yang belum pernah terbayang sebelumnya memberikan kapal perusak dalam kelas ini kemampuan yang setara dengan sebuah kapal penjelajah ringan di angkatan laut lainnya.[3] Kelas kapal Fubuki merupakan yang terbaik sepanjang tahun 1930-an, dan tetap tangguh sampai akhir Perang Pasifik.
Sejarah operasional
Pada saat penyelesaian pembangunan, Isonami bersama dengan adik-adiknya (Uranami, Shikinami, serta Ayanami) dimasukkan ke Divisi Perusak ke-19 dibawah Armada Kedua. Selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua (dari tahun 1937) Isonami mendukung pendaratan pasukan Jepang di Shanghai dan Hangzhou. Dari tahun 1940, ia ditugaskan untuk patroli serta membantu pendaratan pasukan Jepang di selatan Cina.
Pada tanggal 4-5 Juni, Isonami berpartisipasi dalam Pertempuran Midway sebagai bagian dari armada utama yang dipimpin oleh Isoroku Yamamoto. Ketika kembali dari pertempuran itu, dia rusak karena bertabrakan dengan Uranami dan kembali ke Arsenal angkatan Laut Yokosuka dengan tertatih-tatih untuk diperbaiki sampai akhir bulan Juli. Dari bulan Agustus hingga September, Isonami ditugaskan untuk misi pelatihan bersama kapal indukJun'yō dan Hiyō di Laut Pedalaman, dan mengawal mereka menuju Truk pada awal Oktober. Dia ditugaskan untuk patroli di luar dari Truk pada bulan Oktober, dan untuk melakukan misi "Tokyo Express" ke berbagai lokasi di Kepulauan Solomon sampai pertengahan bulan Januari 1943.
Pada tanggal 9 April 1943, saat mengawal konvoi dari Surabaya ke Ambon, Isonami ditorpedo oleh kapal selam USS Tautog dan karam saat menyelamatkan korban Penang Maru yang tenggelam karena terkena torpedo juga sebelumnya. Ia tenggelam di 35 mil laut (65 km) sebelah tenggara dari Pulau Wangiwangi pada posisi 5°26′S123°4′E / 5.433°S 123.067°E / -5.433; 123.067). Tujuh awaknya tewas dan sembilan lainnya terluka.[4]
^D’Albas. Death of a Navy: Japanese Naval Action in World War II.
^Nishidah, Hiroshi (2002). "Fubuki class destroyers". Materials of the Imperial Japanese Navy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-11. Diakses tanggal 2018-11-11.
Referensi
D'Albas, Andrieu (1965). Death of a Navy: Japanese Naval Action in World War II. Devin-Adair Pub. ISBN0-8159-5302-X.
Brown, David (1990). Warship Losses of World War Two. Naval Institute Press. ISBN1-55750-914-X.