Kanibalisme manusia adalah tindakan atau praktik memakan daging atau organ dalam manusia lain. Orang yang melakukan kanibalisme disebut kanibal. Istilah "kanibalisme" juga digunakan dalam zoologi untuk menjelaskan hewan yang mengonsumsi bagian tubuh individu dari spesies yang sama sebagai makanan. Kanibalisme juga disebut sebagai antropofagi, yakni istilah yang muncul pada abad ke-15; diambil dari bahasa Yunani kuno'anthropos' (manusia) dan 'phagein' (makan).[1]
Manusia modern, Neanderthal, dan Homo antecessor diketahui pernah mempraktikkan kanibalisme hingga batas tertentu selama periode Pleistosen.[2][3][4][5][6] Kanibalisme kadang-kadang terjadi di Mesir dan Romawi kuno, serta pada masa kelaparan parah.[7][8]Suku Karib di di Antillen Kecil, Karibia, yang namanya menjadi asal kata "kanibal," dikenal karena reputasinya sebagai pemakan daging manusia, yang awal mulanya dicatat pada abad ke-17. Terdapat kontroversi mengenai kebenaran legenda tersebut dan kelaziman kanibalisme dalam budaya mereka.[9]
Kanibalisme telah didokumentasikan dengan baik di berbagai belahan dunia, termasuk di Fiji (yang dulunya dijuluki "Kepulauan Kanibal"),[10]Cekungan Amazon, Kongo, dan suku Māori di Selandia Baru.[11] Kanibalisme juga dipraktikkan di Nugini dan beberapa bagian Kepulauan Solomon, serta daging manusia dijual di pasar di sejumlah tempat di Melanesia[12] dan Cekungan Kongo.[13][14] Bentuk kanibalisme yang populer di Eropa pada masa modern awal adalah pengonsumsian bagian tubuh atau darah untuk keperluan medis. Praktik ini mencapai puncaknya pada abad ke-17 dan berlanjut dalam beberapa kasus hingga paruh kedua abad ke-19.[15]
Kanibalisme kadang dipraktikkan sebagai upaya terakhir oleh orang-orang yang dilanda kelaparan. Contoh terkenal antara lain Partai Donner (1846–1847), Holodomor (1932–1933), dan kecelakaan Penerbangan Angkatan Udara Uruguay 571, ketika para penyintas memakan mayat korban yang sudah meninggal untuk bertahan hidup. Selain itu, terdapat kasus-kasus ketika orang melakukan kanibalisme untuk kesenangan seksual, seperti Albert Fish, Issei Sagawa, Jeffrey Dahmer, dan Armin Meiwes. Kanibalisme juga dipraktikkan dan sangat dikecam dalam beberapa peristiwa perang baru-baru ini, terutama di Liberia[16] dan Republik Demokratik Kongo.[17] Kanibalisme masih dipraktikkan di Papua Nugini hingga tahun 2012 untuk alasan budaya.[18][19]
Kanibalisme sering dianggap menguji batas relativisme budaya karena menantang antropolog untuk menentukan apa yang dianggap sebagai perilaku manusia di luar batas yang dapat diterima. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tidak ada bukti yang kuat bahwa kanibalisme pernah menjadi praktik sosial yang diterima di mana pun di dunia, tetapi pandangan ini umumnya ditolak karena tidak sesuai dengan bukti yang ada.[20][21]
Etimologi
Istilah kanibalisme awalnya dibuat pada abad ke-16 oleh penjelajah Spanyol. Istilah itu berasal dar bahasa Spanyol canibales yang digunakan Kristofer Kolumbus untuk mendeskripsikan Suku Karib, penduduk asli di pulau-pulau Karibia yang dirumorkan memakan daging manusia. Karibal atau kanibal kemudian menjadi kata yang menggambarkan pemakan manusia, terutama bagi penduduk di Dunia Baru. Istilah ini menjadi lebih populer dibandingkan istilah lainnya yang juga menjelaskan praktik memakan manusia, antropofagi, yang berasal dari bahasa Yunani kuno.[22]
Jenis-jenis kanibalisme
Terdapat berbagai jenis kanibalisme bergantung pada alasan dan kondisinya.
Kanibalisme berdasarkan kondisi
Terdapat tiga jenis kanibalisme berdasarkan kondisi kanibalisme yang dilakukan, yakni kanibalisme terinstitusionalisasi (institutionalized), kanibalisme karena bertahan hidup (survival), dan kanibalisme karena penyakit mental (pathological).
Kanibalisme yang terinstitusionalisasi biasanya dilakukan oleh sekelompok orang sebagai bagian dari ritual atau adat istiadat di wilayah tersebut. Sebaliknya, kanibalisme karena bertahan hidup dilakukan oleh orang-orang yang mengalami kondisi kelaparan ekstrim sehingga ia mengonsumsi manusia sebagai cara untuk bertahan hidup. Sementara kanibalisme karena penyakit mental umumnya dilakukan oleh penderita gangguan mental seperti psikopati.
Endo-, ekso-, dan autokanibalisme
Endokanibalisme adalah suatu kanibalisme yang dilakukan pada orang-orang yang masih berasal dari kelompok budaya yang sama. Eksokanibalisme adalah kanibalisme yang dilakukan pada orang-orang di luar kelompok budaya atau bisa juga kelompok musuh.[1] Autokanibalisme adalah praktik mengonsumsi bagian tubuhnya sendiri.
Sejarah
Bukti-bukti arkeologi dan sejarah menunjukkan kanibalisme telah terjadi sejak ratusan ribu tahun yang lalu oleh Homo sapiens awal dan hominin purba. Kanibalisme dapat ditemukan sejak awal sejarah umat manusia dan di hampir semua benua. Di antara manusia modern, bukti-bukti kanibalisme dapat ditemukan sejak era prasejarah dan era modern awal Eropa, Amerika Utara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika Tengah dan Afrika Barat, Melanesia, Polinesia, Australia, Selandia Baru, dan Indonesia. Di era modern, praktik kanibalisme sangat jarang terjadi. Hukum digunakan untuk melarang praktik-praktik tersebut. Meski demikian, kanibalisme terkadang terjadi karena kondisi terisolir yang ekstrim, seperti pada kasus Pengepungan Leningrad.[23]
Kanibalisme di Eropa cukup lazim pada zaman prasejarah hingga di masa-masa berikutnya, meskipun praktik ini jarang ditemui setelah era modern. Tindakan ini sering kali dimotivasi oleh kelaparan, permusuhan, atau alasan kesehatan. Baik manusia modern maupun Neanderthal mempraktikkan kanibalisme sampai batas tertentu pada masa Pleistosen.[24][25][26][27] Para ilmuwan memperkirakan bahwa bisa jadi manusia modern mempraktikkan kanibalisme pada Neanderthal, yang berkontribusi pada kepunahan mereka.[28] Para arkeolog telah menemukan banyak bukti-bukti kanibalisme yang jelas dan tidak terbantahkan di berbagai situs prasejarah Eropa dan sejumlah penemuan lain yang diduga merupakan praktik kanibalisme.
Beberapa kasus kanibalisme untuk bertahan hidup dan menghadapi kelaparan juga tercatat, seperti pada masa Kelaparan Besar tahun 1315–1317. Pada awal era modern dan kolonial, terdapat tradisi laut yang diterima luas, yakni ketika kapal mengalami kecelakaan pelaut akan memakan jasad orang lain atau melakukan undian untuk menentukan siapa yang akan mati untuk dimakan yang lain.
Pada masa Perang Salib Pertama, tercatat kejadian kanibalisme yang dilakukan oleh pasukan salib terhadap musuh, yakni pemeluk Islam di Suriah. Meski masih diperdebatkan apakah kejadian ini terjadi karena kelaparan atau kebencian atas musuh. Beberapa kasus kanibalisme karena balas dendam terjadi di Eropa. Pada 1672, politikus Belanda Johan de Witt dan saudaranya, Cornelis, dihukum gantung akibat kerusuhan. Massa yang mengamuk memotong-motong bagian tubuh mereka dan memakannya.
Di era modern awal, muncul kepercayaan bahwa konsumsi bagian tubuh dan darah manusia dapat menyembuhkan banyak penyakit. Hal ini kemudian berkembang hingga mencapai puncaknya pada abad ke-17, dan terus berlanjut dalam beberapa kasus hingga paruh kedua abad ke-19.[29]
Referensi
^ ab"Anthropophagy". alimentarium (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-09-15.
^Gibbons, A. (August 1, 1997). "Archaeologists Rediscover Cannibals". Science. Sciencemag.org. 277 (5326): 635–637. doi:10.1126/science.277.5326.635. PMID9254427.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Sugg, Richard (2015). Mummies, Cannibals and Vampires: The History of Corpse Medicine from the Renaissance to the Victorians. Routledge. hlm. 122–125 and passim.
^Sugg, Richard (2015). Mummies, Cannibals and Vampires: The History of Corpse Medicine from the Renaissance to the Victorians. Routledge. hlm. 122–125 and passim.
Cannibalism — yea or nay? (2016) – discusses whether it is ethical and practical to eat dead humans in famine situations
Víctor Montoya, Cannibalism (2007, translated by Elizabeth Gamble Miller) – a look at representations of cannibalism in art and myth, and why we tend to be so horrified by it