Kampis, kampis cina, kemiri cina atau bengkak[4][5] (Hernandia nymphaeifolia) adalah sejenis pohon dari hutan pantai, anggota suku Hernandiaceae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Lantern Tree, mengacu kepada bentuk buahnya yang seperti lentera Tiongkok (tanglong atau lampion).
Dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia: hapo-hapo (Sim.); kampé, mata ikan (Mnd.); kampis, kampak, binong laut (Sd.); bĕngkak, brĕndala, kĕmirèn (Jw.); nawoko ma lako, nau ma lako (Hal.); nyalako (Ternate); nyalau (Tidore).[6]
Pemerian
Pohon, dengan tinggi hingga 20 m dan gemang batang hingga 60 cm.[6]Daun tersebar, tunggal, bertangkai panjang, tanpa daun penumpu. Helaian daun bentuk perisai (peltata), bundar telur, 12-33 × 9–28 cm, bertepi rata, berujung runcing, gundul, seperti kulit.[7]
Bunga-bunga berkelamin satu, berumah satu, berkumpul dalam malai rata (cymose corymb) yang bertangkai panjang, 20–30 cm, dan berambut. Ujung tangkai dengan pembalut berdaun-4, melindungi 3 kuntum bunga, yang tengah betina dengan tangkai sangat pendek, diapit 2 bunga jantan yang bertangkai. Daun tenda bunga memanjang, 7-8 mm, tumpul, putih; kebanyakan berjumlah 6 pada bunga jantan, dan 8 helai pada bunga betina.[7]
Buah kering, berbiji tunggal, dengan pembungkus buah yang melembung, bulat memanjang lk. 4 cm, pada ujungnya membuka.[7]
Ekologi
Kampis tiongkok menyebar luas di wilayah tropika, namun terbatas di lingkungan pantai seperti di hutan pantai atau di rawa-rawa pantai. Pohon ini berbunga di sekitar bulan Maret, dan berbuah pada Juni hingga Juli.[8] Buah dan bijinya dipencarkan oleh kalong mariana (Pteropus mariannus).[9]
Manfaat
Kayu kampis tiongkok ringan dan kurang awet. Penduduk pulau-pulau di Pasifik selatan memanfaatkannya untuk perkakas ringan seperti terompah kayu, gagang kipas, papan tulis, pelampung jaring, bagian dari sampan dan lain-lain.[9]
Rumphius menguraikan tumbuhan ini dengan nama Arbor ovigera dan menyebutkan bahwa di Amboina pada masa lalu (dikenal sebagai ay gosso) akarnya dikunyah bersama buah pinang untuk mengatasi keracunan akibat makan kepiting atau yang sebangsanya.[10] Bijinya mengandung 51% minyak lemak yang kental, dan mengandung alkaloid.[6]
Catatan kaki
^Kubitzki, K. 1970. Botanische Jahrbücher für Systematik, Pflanzengeschichte und Pflanzengeographie, Band 90(1): 272. [8 Sep 1970]
^Koorders, S.H. 1894. "Plantkundig woordenboek voor de boomen van Java". Mededeelingen uit 's Lands Plantentuin. no. XII: 98. Batavia:G. Kolff & co. (1894).
^Clercq, F.S.A. de & M. Greshoff. 1909. Nieuw plantkundig woordenboek voor Nederlandsch Indië. Met korte aanwijzingen van het nuttig gebruik der planten en hare beteekenis in het volksleven, en met registers der inlandsche en wetenschappelijke benamingen. p. 254 (no. 1786). Amsterdam:J.H. de Bussy (1909).
^ abcHeyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia2: 829. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. (versi berbahasa Belanda-1916- II: 177-8).
^ abcSteenis, CGGJ van. 1981.Flora, untuk sekolah di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Hal. 206-7